WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Monday, April 22, 2013

Books "THE PRAGUE CEMETERY"



Judul Buku : THE PRAGUE CEMETERY
By Umberto Eco
Copyright © RCS Libri S.p.A. – Milano Bompiani 2010
Penerbit :  Bentang Pustaka
Alih Bahasa : Nin Bakdi Soemanto
Editor : Mahfud Ikhwan
Desain Sampul : Andreas Kusumahadi
Cetakan I : Februari 2013 ; 616 hlm  

Pernahkah Anda membayangkan perjalanan sebuah kisah sejarah yang merubah tatanan kehidupan manusia melalui berbagai perombakan serta serangkaian peristiwa yang menngerikan ? Pernahkah Anda terpikir atau memiliki rasa ingin tahu akan kebenaran di balik kisah serta aneka peristiwa yang telah terjadi di masa silam ? Karena berbicara tentang sejarah mau tak mau kita akan mengungkit sesuatu yang telah terjadi, puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Berbekal dari rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari fakta serta kebenaran akan tindakan-tindakan yang berkaitan denga pembantaian dan pembunuhan inilah, diriku mencoba membuka ‘pembelajaran’ yang diberikan oleh sang penulis yang terkenal akan penulisan dengan bahasa yang indah sekaligus cukup ‘membingungkan’. Sejarah tentunya lebih baik dikenang akan hal-hal yang dianggap baik, indah dan menarik. Namun kebenaran acapkali harus berhubungan dengan pemaparan sifat-sifat manusia dari sudut pikiran terkelam. Satu jawaban pasti, sejarah takkan akan lepas dari kaitan peperangan. Dan inilah sumber ide awal yang membuat sang penulis membuat kisah yang sangat unik, sebuah konspirasi yang merubah tatanan dunia.


[ source ]
SIAPAKAH AKU ?  Sebuah pembuka yang mengawali kisah ini, yang mampu menggelitik rasa penasaran apakah yang hendak disajikan oleh sang penulis. Melalui narator yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai sosok pria bernama Simone Simonini – pria yang lahir dari ayah yang bekebangsaan Italia serta ibu berkebangsaan Perancis, namun ia dibesarkan oleh sang kakek Giovan Battista Simonini, yang membenci pemerintahan Napoleon dan membesarkan cucunya sebagai putra Perancis. Kapten Simonini mengalami kekecewaan dan kepedihan ketika putra satu-satunya memilih berjuang dan bergabung dengan pasukan Italia, hingga tewas dalam pertempuran. Maka sang cucu semenjak kanak-kanak telah dijejali berbagai kisah sejarah serta ajaran-ajaran doktrinasi untuk selalu waspada terhadap ‘musuh utama’ yang menyebabkan keruntuhan suatu pemerintahan serta revolusi di setiap negara. Hal yang akan membawa kebencian aneh sosok bocah Simonini terhadap kaum Yahudi hingga ia beranjak dewasa. 

Salah satu kisah favorit sang kakek yang akan menjadi landasan perbuatan Simonini di kemudian hari, bermula ketika sang kakek menulis surat kepada Abbé Barruel – sosok terkemuka yang mencetuskan buah pemikiran bahwa Para Kesatria Templar berada di balik Revolusi Prancis yang menggulingkan pemerintahan monarki Raja Prancis, dan mereka telah berhasil menyusup ke berbagai jawatan yang memegang peran penting dalam pemerintahan dunia selama lebih dari 500 tahun. Diantaranya adalah Freemasonry Inggris yang kemudian terpecah menjadi Illuminati of Bavaria, yang justru menyebabkan tumbuhnya sekte Anti Kristus, sesuatu yang cukup aneh karena bersumber dari perkumpulan kaum Kristen. Adapun isi surat Kapten Simonini adalah memberikan masukan serta petunjuk bahwa dalang dari munculnya perkumpulan Anti Kristus tidak lain adalah kaum Ibrani, dengan teori bahwa para pendiri Freemason dan Illuminati adalah orang Yahudi yang bertujuan mengenyahkan kaum Kristen dari muka bumi. Surat tersebut tidak mendapat balasan, namun telah diedarkan dalam kalangan Gereja Kristen dan para pemuka agama dunia, muali dari Paus Agung Pius VII hingga Uskup Agung Galia. 

[ source ]
Kapten Simonini adalah pemeluk Katolik, dan  Abbé Barruel merupakan didikan Ordo Jesuit, yang diusir dari Prancis oleh Louis XV, menjadikan Ordo Jesuit semakin kuat dalam organisasi rahasia yang berperan di balik layar aneka peristiwa penting melibatkan politik dunia. Kefanatikan sang kakek serta kegilaannya terhadap konspirasi serta usaha untuk menciptakan dunia yang lebih baik, tertanam sangat dalam di benak bocah Simonini, yang diberitahu bahwa nama baptisnya diambil dari nama Santo Simonini – martir kanak-kanak yang diculik, dibunuh secara brutal untuk diambil darahnya sebagai ritual orang Yahudi di abad ke-15. Rasa takut serta mimpi buruk akan sosok Yahudi bernama Mordechai akan datang mengambilnya untuk diambil darahnya sebagai kurban, mewarnai masa kanak-kanak bocahnya.  Hingga ia beranjak dewasa, ketidak-sukaan terhadap bangsa Yahudi yang menempati setiap sisi wilayah Prancis, mulai dari ghetto yang kumuh hingga kawasan elite, membawanya pada sebuah ide yang menjadi saah satu pemicu Revolusi dan peperangan di belahan dunia lain.

Membaca kisah ini membutuhkan kesabaran serta ketekunan untuk mengikuti alur serta menemukan benang penghubung antara kisah satu dengan lainnya. Dituturkan dengan penulisan jurnal pribadi, seorang narator yang tak diketahui namanya, hingga kemunculan sosok Kapten Simonini yang menulis perjalanan ‘mundur’ sejarah kehidupannya, ditambah dengan jurnal sosok bernama Abbé  Dalla Piccola, serta kehadiran aneka ragam tokoh serta karakter dunia yang terlibat dalam peristiwa sejarah dunia seputar Eropa, cukup membingungkan serta memusingkan. Meski Eco mampu menyajikannya dengan gaya penuturannya yang khas dan indah, tak pelak pelajaran sejarah dan kombinasi antara fiksi serta realita mampu membuat ‘mabuk’ pembaca yang cukup menyukai jenis historical-fiction ini. Fakta sejarah selalu merupakan unsur yang menajadi minat pribadiku sebagai pembaca, namun Eco sengaja membuatnya berbeda, bukan saja karena gaya khasnya, melainkan juga penempatan karakter Simonini yang berada pada kondisi ‘mental’ yang mengalami trauma hingga berubah memiliki semacam kepribadian ganda. 

[ source ]
Dugaan awal ini muncul akibat jurnal yang berganti-ganti menjadi sosok yang berbeda, dan melupakan apa yang telah terjadi sehari sebelumnya. Sosok Simonini bisa tertidur di malam hari sebagai Kapten Simonini, namun terbangun dengan pemikiran sebagai sosok lain, dengan tempat tinggal yang berbeda, serta penampilan yang berbeda. Berbagai alat bantu penyamaran, juga ditemukan, menimbulkan dugaan awal berkaitan dengan pekerjaan yang ia lakukan sebagai semacam ‘mata-mata’ bagi pihak-pihak tertentu. Kejadian yang memakan waktu di abad ke-19 pada masa Eropa sedang dilanda kerusuhan, pergolakan serta Revolusi tiada henti, peperangan serta perebutan kekuasaan politik disertai permainan kotor terjadi di setiap bidang, menyeret korban setiap harinya. Mulai dari adu kekuasaan antara kaum Jesuit dengan Freemason, pemberontakan Kaum Republik di Italia menentang kekuasaan para imam serta Gereja Katolik, Penyatuan Italia, Komune Paris, hingga Protokol Zion. Dengan cerdik, Eco memasukan sosok Simonini untuk berperan dalam setiap kejadin, sebagai alat bantu maupun pencetus ide hal-hal yang menjadi catatan sejarah dunia. Simonini memiliki kemampuan sebagai ahli pemalsu dokumen, yang kemudian berkembang saat ia memiliki ide alih-alih sekedar ‘menyalin’ membuat dokumen palsu, bagaimana jika ia ‘menciptakan’ dokumen yang akan merubah pemikiran dunia. Dari ide awal sang kakek, ia memunculkan kisah Kuburan Praha (Prague Cemetery) dengan tujuan menyingkirkan kaum Yahudi.

Ada beberapa poin penting di balik pernyataan ‘perang’ terhadap kaum Yahudi, mengapa mereka menjadi sasaran kebencian kaum Eropa, terlepas dari surat Kapten Simonini terhadap Abbé Barruel (yang memang terjadi dalam sejarah), diantaranya kekuatan persekutuan Kaum Yahudi dalam menjaga sesamanya di segala bidang. Kaum Yahudi mampu hidup serta beradaptasi dalam berbagai kondisi, bahkan di wilayah yang berbeda. Kaum Yahudi bukan pencipta tetapi mereka pandai berhitung dan memanfaatkan segala sesuatu bagi masa depan kehidupan mereka. Dari sudut pandang negatif, hal ini mencerminkan rasa iri serta keserakahan terutama karena kaum Yahudi yang bukan penduduk asli di berbagai belahan negara Eropa, mampu mengangkat kehidupan pribadi masing-masing, dan kaya raya lewat peminjaman uang (dengan riba) serta perdagangan emas. Dan di sisi lain, segala sesuatu bisa saj tak memiliki alasan khusus, hanya sebagai alat bantu, sarana untuk mencapai tujuan utama, hingga mereka terjerumus dalam permainan politik kotor.
[ source ]
“Tetapi, mengapa kau secara khusu membuntuti orang Yahudi?”
“Karena, di Rusia ada orang Yahudi. Jika hidup di Turki, aku akan buntuti orang Armenia. Aku tak ingin menghancurkan orang Yahudi. Aku hanya berkepentingan dengan moral rakyat Rusia. Adalah keinginanku bahwa orang-orang tidak mengarahkan kekecewaan mereka terhadap Tsar. Oleh karena itu, kami membutuhkan musuh. Musuh yang bisa dikenali dan ditakuti haruslah berada di dalam rumahmu atau di ambang pintumu. Itulah orang Yahudi. Yang Mahakuasa sudah memberikan mereka kepada kami dan dengan begitu, demi Tuhan, mari kita manfaatkan mereka dan berdoa agar selalu ada beberapa orang Yahudi untuk ditakuti dan dibenci. Kita butuh seorang musuh untuk memberi rakyat harapan.” [ p. 470 ]
“Makna identitas sekarang didasarkan pada kebencian terhadap mereka yang berbeda. Kebencian harus digali sebagi gairah rakyat. Musuh itu adalh sekaligus teman rakyat. Kau selalu menginginkan seseorang untuk dibenci dengan tujuan agar kesusahanmu memperoleh pembenaran. Kebencian adalah gairah purba yang hakiki. Itu adalah cinta yang tak biasa. Itulah sebabmya Kristus dibunuh ; dia bicara melawan alam. Kau tidak mencintai seseorang sepanjang hidupmu – tetapi kau bisa membenci seseorang sepanjang hidupmu, asalkan dia selalu ada untuk menjaga agar kebencianmu tetap hidup, Kebencian menghangatkan hati.” [ p. 471 ]
Melalui sosok Simonini, yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, tidak suka melakukan konfrontasi fisik termasuk memandang kaum wanita sebagai sumber penyalkit yang menjijikan, menikmati kenyamanan serta keamanan diatas segalanya, sehingga ia tak segan-segan menempuh jalan lain guna mendapatkan hal tersebut (termasuk membelot, berkhianat, mengorbankan orang lain hingga membunuh), suka pada perhatian serta memiliki kekuasaan serta pengaruh (yang mendorongnya pada pembuatan teori Kuburan Praha, demi popularitas serta ketenaran), tak pelak para pembaca akan dibawa menelusuri sisi gelap dari pikiran-pikiran manusia. Dengan gamblang penulis menuangkan berbagai sudut pemikiran yang mampu menimbulkan aneka konflik seputar konspirasi serta permainan politik menghalalkan secara cara segala usaha demi kekuasaan.  Disertai silabus jurnal sang tokoh utama sepanjang pertengahan Maret 1897 hingga akhir tahun 1898, sebuah kisah perjalanan hidup penipu, mata-mata, penulis, imam, serdadu, ilmuwan, sejarawan, pembela kebenaran, pengkhianat, serta pembunuh, semua dirangkum dalam satu wadah, satu karakter yang kompleks.

[ source ]
Tentang Penulis :
Umberto Eco, adalah seorang penulis, linguis sekaligus filsuf kelahiran Alessandria, Italia, lahir pada tanggal  5 Januari 1932. Dikenal luas berkat novelnya yang berjudul The Name of the Rose, Eco merupakan salah satu penulis termasyhur pada abad 20. Sebagai profesor semiotika di Universitas Bologna, karya fiksi Eco sangat kaya bahasa dan simbol, penuh kiasan, juga sarat referensi sastra maupun sejarah. Tak hanya menulis novel, Eco juga produktif menulis esai, teks akademik, dan buku anak. Di rumahnya, Milan dan Rimini, Italia, Eco menyimpan koleksi 50.000 buku yang diantaranya adalah incunabula – buku yang dicetak sebelum abad 16 dan sangat langka. Eco sangat suka tertawa karena baginya, hidup seperti halnya fiksi, adalah permainan yang menakjubkan.  

[ more about the author, books and related works, check on here : Umberto Eco | The Prague Cemetery | Wikipedia | Movies Adaptations ]

Best Regards,

No comments :

Post a Comment