Books “PERTEMPURAN DUNIA”
Judul Asli : THE WAR OF THE WORLDS
Copyright © 1898
by H.G. Wells
Penerbit : Elex
Media Komputindo
Alih Bahasa :
Ursula Gyani Buditjahja
Cetakan I :
2012 ; 236 hlm
[ Review in
Indonesia & English ]
“Mereka memandang Bumi dengan rasa dengki dan menyusun rencana untuk kami semua. Di awal abad ini, terwujudlah rencana besar itu ...”
Membaca kisah
fiksi ilmiah selalu menarik perhatian terutama karena kisah tersebut
berdasarkan berbagai teori yang akan menjadi sebuah kenyataan di masa depan.
Sebagai salah satu kisah klasik yang mengusung teori tentang keberadaan makhluk
asing (extra-terrestrial), kisah ini bukan sekedar dongeng seperti film animasi
karya Disney, melainkan penuh dengan ketegangan, kengerian yang mencekam serta
gambaran brutal akan invasi alien di Bumi.
[ source ] |
Melalui tokoh
utama yang berperan sebagai narator (tanpa nama), sosok ini digambarkan sebagai
seseorang yang memiliki kecerdasan, pengetahuan serta keingin-tahuan layaknya
seorang ilmuwan. Dan secara kebetulan, ia adalah salah satu orang yang
menyaksikan kehadiran pertama kali kaum Martian (sebutan untuk penghuni dari
planet Mars) di Bumi, dan ia juga salah satu orang yang selamat dari pemusnahan
serta pembantaian makhluk-makhluk hidup di sekitarnya. Mengambil tempat di kota
Woking, Surrey yang terus merambah kota-kota lain hingga mencapai London,
Inggris, penggambaran invasi serta usaha penaklukan kaum Martian disertai
berbagai teori yang dituturkan oleh sang narator, pembaca akan memperoleh
gambaran potongan-potongan kejadian yang mampu menimbulkan suasana yang sangat
mencekam.
Lewat narasi
yang dibuat sebagai jurnal buah pikiran tokoh utama dalam usahanya memberikan
penjelasan serta peringatan bagi kaum manusia, akan masa depan, berbekal
pengetahuan bahwa ada kehidupan lain di planet-planet di dekat Tata Surya kita,
dan peristiwa yang digambarkan, bisa kembali terjadi sewaktu-waktu (seting
waktu kisah ini digambarkan menjelang akhir abad ke-19). Kisah yang dibagi
dalam 2 bagian, yang pertama menggambarkan saat kaum Martian mulai berdatangan
ke Bumi, bagian kedua menggambarkan perjalanan waktu yang dialami manusia
selama kaum Martian menduduki wilayah Inggris.
[ Part I : The
Coming of the Martians | Datangnya Kaum Martian ]
Peristiwa dan
konflik dimulai saat kota kecil, Woking, Surrey kedatangan ‘meteor’ yang
ternyata berwujud silinder yang memiliki penutup. Saat para penduduk dan
pengamat berusaha membuka dan meneliti benda itu, silinder yang terdiam
beberapa waktu lamanya, terbuka dan mengeluarkan sesuatu yang digambarkan
sebagai asap kelabu berbentuk tentakel dan memiliki semacam kotak yang mampu
mengeluarkan ‘sinar panas’ membakar dan menghanguskan apa saja, material,
tumbuhan termasuk tubuh manusia.
[ source ]
“Mereka yang belum pernah melihat kaum Martian dalam keadaan hidup, nyaris tidak mampu membayangkan keganjilan tampangnya yang mengerikan. Mulutnya yang membentuk huruf V dan terus menerus bergetar, bibir atasnya yang mencuat, tidak adanya sederetan alis, sekelompok sungut Gorgonnya yang menyeramkan, intensitas luar biasa dari matanya yang sangat besar, kulitnya cokelat mengilat seperti jamur. Bahkan di perjumpaan pertama ini, sekilas, saya merasa jijik dan ngeri.” [ p.24-25 ]
Kota yang
tenang menjelang akhir pekan, dengan kedatangan beberapa pengunjung yang
tertarik akan munculnya benda aneh yang tak mampu dijelaskan (pada waktu itu
keberadaan alien atau extra-terrestrial belum diketahui secara luas), maka
peristiwa berikutnya yang digambarkan sebagai ‘munculnya sosok makhluk’ dari
dalam lubang silinder, yang bukan saja membinasakan makhluk hidup di sekitarnya
lewat kabut hitam pekat dan sinar panas, tetapi disusul dengan kedatangan
‘silinder-silender’ lainnya dalam jeda waktu tertentu, dan dalam sekejab
makhluk-makhluk yang selanjutnya disebut sebagai kaum Martian, menghancurkan
pemukiman, merusak lahan serta pepohonan, memusnahkan serta menangkap makhluk
hidup maupun makanan serta minuman yang tersedia. Penduduk Inggris diserang
tanpa sempat membela diri. Yang beruntung masih sempat melarikan diri, yang
terlambat, tewas di tempat seketika.
“Rasa takut yang saya rasakan itu bukanlah rasa takut yang rasional, namun kepanikan karena rasa ngeri. Bukan hanya karena disebabkan oleh kaum Martian, namun juga karena senjakala dan kesenyapan di sekeliling saya. Sedemikian luar biasanya dampak dari terenggutnya kodrat kemanusiaan saya itu hingga saya berlari sambil menangis tanpa suara seperti anak kecil.” [ p. 32 ]
[ source ] |
Sang narator
membawa pembaca bersama-sama menjalani pelarian saat ia berusaha menyelamatkan
istrinya ke luar kota, ke tempat tinggal saudara sepupunya di Leatherhead,
sekitar 12 mil dari tempat tinggalnya. Setelah mengantarkan sang istri dengan
selamat, ia berbalik ke kota asalnya untuk mengembalikan kereta yang dipinjam.
Namun pemandangan yang menyambut dirinya sepanjang perjalanan kembali, sangat
mengerikan dan semakin memasuki wilayah Woking, jelas telah terjadi pemusnahan
besar-besaran di wilayah itu. Bukan hanya ia harus menyaksikan kerusakan
wilayah pemukimannya, tetapi juga menghadapi kengerian dari mayat-mayat
orang-orang yang dikenalnya, serta kesunyian yang mencekam, ketakutan serta
kengerian tiada tertahankan merasuki benaknya.
“Saya masuk sendiri bersama kunci pintu, menutup, mengunci lalu menggembok pintu, tertatih-tatih ke kaki anak tangga, dan duduk. Imajinasi saya sarat dengan peluncuran monster-monster dari logam dan mayat yang terhempas ke pagar. Saya mendekam di kaki anak tangga dengan punggung saya menghadap dinding. Tubuh saya bergetar hebat.” [ p. 61 ]
[ Part II : The
Earth Under The Martians | Bumi Di Bawah Kaum Martian ]
Pada bagian
kedua mengisahkan perjalanan sang narator kembali ke kota Letherhead guna menemui
sang istri, terlebih setelah Woking luluh lantak dihancurkan oleh Kaum Martian.
Namun perjalanan kembali ini tidak secepat dan semudah yang pernah ia lalui.
Karena dimana-mana tampak jejak penyerangan Kaum Martian dan ia mendapati
dirinya terjebak dalam pertempuran antara pasukan tentara Inggris yang berusaha
melawan senjata-senjata Kaum Martian. Hal ini menyebabkan ia harus memilih rute
yang lebih jauh, memutari wilayah yang rawan serta berbahaya bagi keselamatan
dirinya. Akan tetapi di mana pun ia berusaha mencarai jalur baru, tak berapa
lama pasukan Martian turun menghabisi wilayah tersebut.
[ source ] |
Bahkan ketika
ia sedang bersembunyi dan memulihkan diri di sebuah rumah kosong bersama salah
satu kenalan yang juga selamat, sungguh tak diduga justru di dekat rumah itu
silinder kelima jatuh dan mengeluarkan kawanan makhluk aneh yang sibuk bekerja.
Demi menjaga keselamatan masing-masing, ia memilih berdiam diri sejenak sembari
menunggu rombongan makhluk itu pergi. Ternyata hal tersebut memakan waktu
berhari-hari, karena tampaknya kaum Martian yang baru mendarat ini memiliki
misi khusus, membuat serta membangun sesuatu di tempat itu. Dalam penantian
tiada akhir, menunggu nasib tanpa berani bersuara atau keluar dari
persembunyian tanpa ketahuan, ia dan kenalannya nyaris ‘gila’ dalam ketakutan,
ketegangan, kelaparan serta kehausan.
Jika manusia
dihadapkan pada suatu kondisi yang sangat ekstrim dan ia tak mampu melarikan
diri, terperangkap dalam situasi yang mencekam hingga kehilangan akal sehatnya,
maka satu-satunya hal yang berfungsi sebagai penggerak adalah insting untuk
bertahan hidup. Maka tak heran jika pada akhirnya antara manusia dan alien
nyaris serupa dalam bertindak saat berhadapan dengan sesuatu yang dianggap
sebagai maut. Kemampuan membela diri hingga menyerang dan melukai sesamanya
demi keselamatan diri sendiri, ini sering kali terlihat dalam kondisi
peperangan, demikian pula dalam kisah yang mencekam ini.
“Sekarang, kami telah mengetahui bahwa kami tidak dapat menganggap planet bumi ini terkurung seutuhnya dan tempat hunian yang aman bagi manusia ; kami tak mampu mengantisipasi kebaikan atau kejahatan tidak kasat mata yang mungkin akan menimpa kami dari luar angkasa .... dari persemaian benih kecil di sistem tata surya, ke segenap penjuru sisi nyata dari ruang makhluk tak bernyawa, yang sangat luas. Namun, itu hanya sebuah mimpi yang jauh. Sebaliknya, boleh jadi kehancuran kaum Martian hanyalah soal penangguhan belaka. Bagi mereka, bukan kami, itu adalah masa depan yang telah ditakdirkan.” [ p.233 – 234 ]
[ source ] |
My Random
Though :
H.G. Wells are
one of many authors of sci-fi fiction I’ve been wanting to read. And just like
Jules Verne, who already give such imagination and full description on how if
you want and can to do a ‘Journey to the Center of Earth’ – this stories also
give another perspectives on how if the Martians (people of planet Mars) had
come and conquer the Earth. Mars is one of the planet that not only near but
also share the similar climate as one of planet on the Sun Solar System. But
Mars had reach their limit when the Sun cannot reach them anymore, and the
planet temperature’s really down, no living thing can survive under frozen
planet. So the altenative are all the Martians must search a new planet for
them to survive. Earth is one of many choice, not only they are nearest but
also they had similar temperature and climate.
When finally
the Martians came to the Earth, first reaction of many humans are confuse,
‘cause they never know about aliens or so called ‘extra-terrestrial’ ( this
story sets on 19 century, focus in London theritory ). The author write this
down using a single point of view from the main character who also act as a
narrator, telling audience about his survival journey on the days when the
Martians attack and destroy all living thing on the Earth ( again this story
sets on England ).
[ source ] |
If you read
this book on the 20 century just like I did, this story seems a little childish
with full description on the look of the Martian or even how they attack, while
we can watch The Transformer or even the classic Aliens Series starring
Sigourney Weaver. But let me remind you, specially when you gonna start reading
it. Keep it open mind and always remember that this story written on the year
1895-1897, there’s no such technology back then even the knowledge about alien,
machine that can opperate by them self ( you can called robots this day ), or
even how they can transforms from raw materials and build up another machine
just in days.
Just like his
earlier novel The Time Machine, the author puts several theories from inventing
the life of the Martians, who later become a popular series written by Edgar Rice Burroughs on Barsoom Series ( already adapted into movies by Disney on the
title “John Carter” ), until the science it self, and created not only
imagination but giving an idea for scientist and inventor, such as Robert Hutching Goddard. Beside all the theory, this story also reflect on how Wells
take his thought on Charles Drawin’s theory on natural selection and how he
describe the situation its self during the First World War, the used chemical
weapon known as Mustard Gas, or Heat-Ray ( later after 1950 ‘Laser’ was
invented ), and the idea building the fighting-machine describe on this story
is also one of the program during the War.
[ source ] |
If you not a
fan in this sci-fi things, still this stories can give such ‘chill’ through the
humans character. Specially when the character trap on the broken house,
hidding from the Martians who had landed really close to his place. He cannot
talk, only whisper occasionally, cannot move unless really slow so it cannot be
hear by the Martians, had a limited source on food and drink, just sit still
and quite for days, waiting for the right moment or when the Martians gone.
Times flies, but when you thinking that your life is gonna ended if the
Martians catch you, you only can wait and watching others humans being eaten by
the alien, how cannot you stay possitive rather being insane ?? Yes, its brutal
and could be horror stories too. No wonder when Orson Welles puts this on the
radio broadcast in 1938, it become histeria and panic-attack.
[ source ] |
Herbert George Wells ( 21 September 1866
– 13 Agustus 1946 ), adalah penulis fiksi ilmiah asal Inggris yang terkenal,
dan bersama dengan Jules Verne dan Hugo Bernsback, mereka dijuluki sebagai “The
Father of Science Fiction.” Karya beliau yang terkenal dengan tema serupa
adalah The Time Machine, The Island of Dr. Moreau, The First Men in the Moon,
dan The Invisible Man.
The War of The
World menjadi lebih terkenal setelah Orson Welles membuat adaptasi drama radio
berdasarkan kisah ini dan menyiarkan secara langsung pada tahun 1938,
menyebabkan serangan panik pada masyarakat karena mengira hal tersebut
merupakan kejadian nyata. Selain itu kisah ini telah diadaptasi berkali-kali
untuk film layar lebar, serial televisi, drama radio, kisah musikal, film
animasi, hingga permainan games dan buku komik. Film adaptasi terbaru dibuat
pada tahun 2005 oleh Steven Spielberg, dibintangi Tom Cruise dan Dakota
Fanning.
[ source ] |
More about this
author and his works, check on here :
Best Regards,
No comments :
Post a Comment