WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Wednesday, March 7, 2012

Books "WUTHERING HEIGHTS"

Judul Asli : WUTHERING HEIGHTS
Penulis : Emily Bronte
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 
Alih Bahasa : Lulu Wijaya
Desain & Ilustrasi Cover : Martin Dima
Cetakan I : April 2011 ; 488 hlm 


Sinopsis :
Dimulai pada tahun 1801 di suatu wilayah Inggris yang cukup terpencil dan jauh dari keramaian, seorang pemuda bernama Mr. Lockwood menyewa kediaman bernama Thrushcross Grange, dan sebagai seorang yang mengenal kesopanan, ia berusaha menemui sang pemilik guna mengenal lebih dekat sekaligus beramah-tamah. Pemilik Thrushcross Grange adalah Mr. Heathcliff, yang tinggal di Wuthering Heights. Mr. Lockwood mendapati keanehan serta berbagai kejanggalan yang membuat dirinya bertanya-tanya, mengapa Mr. Heathcliff memilih tinggal di Wuthering Heights daripada Thrustcross Grange yang jelas-jelas terlihat lebih terawat. Ditambah dengan para penghuni Wuthering Heights yang sangat tidak menyenangkan, dimulai dari Mr. Heathcliff yang angkuh, pemarah dan kasar ; Joseph sang kepala pelayan ( namun tidak ada pelayan lain selain Zillah, wanita sang juru masak ) yang suka mengutip ayat-ayat Alkitab namun tidak segan untuk mengutuk setiap orang yang dijumpainya ; Hareton Earnshaw pemuda aneh, canggung dan kasar serta wanita muda yang dipanggil Mrs. Heathcliff, menantu Mr. Heathliff, yang senantiasa cemberut, masam, serta menghardik setiap orang di kediaman tersebut. 

Mr. Lockwood tidak menyukai Wuthering Heights maupun para penghuninya, namun ada kemisteriusan yang mengundangnya untuk tetap berkunjung, meski kunjungan itu juga tidak disambut dengan hangat, hingga suatu hari saat cuaca buruk melanda dan Mr. Lockwood mendapati dirinya terjebak di Wuthering Heights tanpa dapat pulang ke Thruscross Grange, ia bermalam di Wuthering Heights ( juga berkat kebaikan hati Zillah, satu-satunya penghuni yang mampu bersikap dan berpikir normal ), ia ditempatkan di kamar khusus yang sebenarnya terlarang dan selalu ditutup oleh Mr. Heathcliff. 

Dan pada malam di tengah badai bergejolak di luar, Mr. Lockwood berusaha mengisi waktu menunggu kantuk datang, sembari membaca buku harian seseorang bernama Catherine Earnshaw yang terdapat diantara buku-buku di kamar tersebut … ia tertidur dan kemudian terbangun antara sadar dan tidak mendengar ketukan-ketukan aneh di jendela kamar tersebut, disertai rintihan dan tangisan wanita, hingga ia merasa ditarik oleh wanita itu, yang memohon untuk diperbolehkan masuk, karena ia adalah Catherine Earnshaw yang telah sekian tahun terkungkung tanpa bisa masuk …. 

Mr. Lockwood terbangun dengan rasa takut dan ngeri, terlebih saat melihat reaksi Mr. Heathcliff yang mendobrak masuk mendengar teriakan Mr. Lockwood dan betapa celotehan tak masuk akal serta ekspresi wajah Mr. Heathcliff yang menakutkan, membuatnya segera angkat kaki dari Wuthering Heights, menunggu Thrushcross Grange dan akhirnya ambruk dalam kondisi sakit berat hingga dokter menyarankan dirinya istirahat total beberapa minggu ke depan. Mr. Lockwood tidak berminat kembali ke Wuthering Heights, namun berbagai pertanyaan berkecamuk di benaknya, maka ia pun mendekati pengurus Thrushcross Grange Mrs. Ellen Dean, guna mengorek sejarah di balik kemisteriusan serta keanehan yang terjadi. Mrs. Ellen Dean orang yang ramah dan suka mengobrol dan ia adalah salah saksi yang masih hidup sepanjang sejarah keluarga Earnshaw – Linton – Heathcliff, dan dimulai kisahnya … 


Wuthering Heights ditempati oleh keluarga Earnshaw dengan kedua putra-putrinya, Hindley dan Catherine, hingga suatu saat sepulang dari tugas luar kota, Mr. Earnshaw membawa pulang juga seorang anak gypsi yang menggelandang di jalanan. Keluarganya tidak menyukai anak liar tersebut yang diberi nama Heathcliff, termasuk Ellen yang saat itu pelayan muda serta Joseph sang kepala pelayan Wuthering Heights. Hindley sangat membenci Heathcliff yang dianggap merebut posisinya sebagai satu-satunya putra Earnshaw, namun semakin buruk dan keji perlakuan Hindley pada Heathcliff, Mr. Earnshaw sebagai satu-satunya pelindung Heathcliff, semakin menyayangi anak itu. Si kecil Cathy semula juga suka mengganggu Heathcliff hingga suatu ketika ia berubah menjadi sekutu dan teman karib Heathcliff, terutama dalam berbagai kenakalan yang mereka lakukan. Seiring dengan pertumbuhan masing-masing, Hindley, Catherine dan Heathcliff beranjak dewasa. 


Kematian Mr. Earnshaw membawa berbagai perubahan, Hindley yang semula dikirim bersekolah di tempat jauh dari Wuthering Heights, pulang membawa serta seorang istri yang tak pernah diketahui atau dikenal oleh keluarganya. Ia menegaskan bahwa dirinya adalah tuan dan pemilik Wuthering Heights, Heathcliff tidak boleh kembali dalam kediaman karena bukan sanak keluarga, melainkan sebagai pelayan, dan Catherine dilarang berhubungan dengannya karena dianggap tidak layak … sesuatu yang sangat sulit dan mustahil karena Catherine sangat menyayangi Heathcliff, hingga suatu hari Catherine berjumpa dengan keluarga Linton di Thruscross Granger, dengan kedua putra-putri mereka, Edgar dan Isabella yang manis, tenang, sopan dan beradab. 

Keakraban baru yang terbentuk, tanpa disadari mulai menyingkirkan Heathcliff yang meski sudah jauh lebih beradab dan mempelajari berbagai pengetahuan bersama Catherine, namun tetap tak mampu menyembunyikan keliaran serta keganasan yang ada dalam dirinya. Hindley yang selalu berusaha menjauhkan Catherine dengan Heathcliff menemukan jalan dengan mendekatkan keluarga Linton agar mampu mempengaruhi Catherine, dan hal tersebut berhasil. Catherine yang beranjak remaja, merupakan gadis tercantik dan memukau di wilayah yang terpencil itu, meski ia menyayangi Heathcliff, ia juga menikmati pemujaan Edgar serta persahabatan manis dengan Isabella, hingga lama kelamaan ia merasa tidak nyaman dengan kekasaran serta kebodohan Heathcliff, yang selalu tak mampu menahan diri jika berada di dekat keluarga Linton hingga ia justru senantiasa bersikap buruk, sesuatu yang diharapkan Hindley untuk semakin memperolok dan menjerumuskan Heathcliff. 


Konflik semakin hari semakin memuncak, masalah semakin bertambah. Di mulai dengan kelahiran putra pertama Hindley, bayi laki-laki yang diberi nama Hareton Earnshaw, yang sayangnya disertai dengan tewasnya sang ibu, Francess Earnshaw, wanita lemah yang sangat disayangi Hindley. Kematian sang istri merubah Hindley menjadi pribadi yang mengerikan, selalu mabuk, pemarah hingga menyakiti siapa pun yang dianggap mengganggu, termasuk putranya yang langsung dirawat dalam perlindungan Ellen Dean. Sementara itu Catherine dengan pikiran serta impian yang muluk, terjebak dalam dilema, antara jiwanya yang telah menjadi milik Heathcliff, namun ia tak mau membuang impiannya merendahkan diri demi Heathcliff sedangkan ia mampu meraihnya dengan Edgar yang manis dan mudah dikendalikan, dan akhirnya ia menerima lamaran Edgar, membuat Heathcliff menghilang tanpa jejak setelah ia tanpa sengaja mendengar curahan hati Catherine kepada Ellen.


Sekian lama pasangan baru Linton, Edgar dan Catherine menempati Thrushcross Grange sepeninggalan kedua orang tua Edgar, Catherine merasakan ada sebagian jiwanya yang hilang entah kemana. Dan suatu hari, tanpa tanda-tanda, muncullah sosok hantu yang sekian lama menghilang : Heathcliff, dengan penampilan baru yang menunjukkan kemakmuran serta kekayaan disertai aura kebuasan dirinya yang tak menyurut. Ia langsung menempati Wuthering Heights, yang terlantar serta kacau-balau karena Hindley sang pemilik hanya mabuk dan mabuk, bahkan anaknya Hareton tumbuh menjadi anak liar tak berpendidikan, hanya ada Joseph yang sudah tua namun masih setia dengan segala ceramah dan kutukan dari ayat-ayat Kitab Suci. 

Perlahan namun pasti, Heathcliff merencanakan pembalasan demi merebut apa yang dianggap menjadi miliknya. Ia memperalat Isabella Linton, hingga mau melarikan diri menikah dengannya, namun berakhir menjadi budak dan pelayan yang selalu dihinanya di Wuthering Heights. Ia meraih kesetiaan Hareton dengan menyelamatkannya dari kegilaan dan amukan ayahnya Hindley, namun dibelakangnya ia justru mengambil hak waris Hareton hingga ia tak memiliki apa pun kecuali dirinya serta kebodohannya. Ia membuat Hindley semakin gila, terjerumus semakin dalam atas kecanduan dan jerat hutang. Ia berusaha merebut kembali Catherine dengan segala cara, tanpa memperdulikan peringatan keras dari Ellen bahwa Catherine bukanlah wanita remaja sebagaimana dulu diingatnya … dan pada akhirnya kekerasan Heathcliff membawa hasil pada kematian Catherine setelah melahirkan putrinya, bukan sekedar kelemahan fisik namun juga gangguan jiwa yang pelan-pelan menggerogoti Catherine saat ia menyadari pilihannya menikah dengan Edgar tidak memuaskan dirinya yang cenderung egois ingin semua orang di sekelilingnya hanya memusatkan perhatian pada dirinya seorang, kelemahan yang tak mau diakui oleh Catherine, keangkuhan dan kesombongan yang tak mau dilihat oleh Edgar maupun Heathcliff  karena pesona Catherine.


Catherine Linton sudah tiada, namun pengaruhnya masih terasa, bagi Edgar sang suami, ia mampu mengalihkan kesedihannya dengan mencurahkan perhatian serta kasih sayang pada putrinya seorang, si mungil Cathy. Sedangkan Heathcliff bagaikan diamuk kegilaan yang semakin membengkak. Ia menyalahkan setiap orang akan kehilangan dirinya atas Catherine. Kematian Hindley secara aneh, memperkuat posisinya sebagai penguasa Wuthering Heights, menyiksa Joseph, Hareton serta Isabella, akhirnya melarikan diri saat mendapati dirinya hamil, demi menyelamatkan dirinya dari kebuasan Heathcliff yang menjadi-jadi. Namun fisik yang lemah, tanpa adanya support dari siapa pun termasuk Edgar yang membuang dirinya dari keluarga, semenjak ia melarikan diri dengan Heathcliff, akhirnya membuat Isabella tewas pada usia muda, meninggalkan putranya Linton Heatcliff yang justru sangat menyerupai keluarga Linton dibanding Heathcliff, pemuda yang lemah, lesu, sakit-sakitan dan senantiasa rewel. 

Edgar yang berniat mengurus sang kemenakan sepeninggalan adiknya, tak mampu menghalangi kekerasan Heathcliff yang berniat mengambil anaknya – putra yang tak pernah dikenal, diketahui bahkan dilihatnya semenjak kelahirannya hingga kematian ibunya. Bukan karena kasih sayang ia berniat mengambil putranya, namun rencana balas dendam masih berkecamuk di benaknya. Ia berniat menyiksa Edgar, orang yang dianggapnya menyebabkan kematian Catherine hingga ia tak dapat memilikinya, dengan cara licik dan hasutan-hasutan, ia berusaha membuat putri Edgar : Cathy agar menikah dengan putranya Linton. Kegilaan Heathcliff dengan membuat putranya yang lemah semakin lemah secara fisik maupun mental, menakut-nakuti dan mengancam agar Linton memperdaya Cathy hingga mau datang ke Wuthering Heights hanya untuk menjadi tawanan menunggu kematian Edgar Linton yang sedang sekarat. 


Berhari-hari Cathy dan Ellen menjadi tawanan di Wuthering Heights, tanpa ada yang tahu kecuali Linton yang terlalu ketakutan melawan ayahnya, dan Hareton yang aneh namun juga tertarik pada Cathy, yang sebenarnya juga sepupunya … hingga Cathy menyanggupi menikah dengan Linton asalkan ia boleh pulang menemani ayahnya yang sekarat, namun tak menggerakkan hati Heathcliff yang justru merencanakan membongkar makam Catherine dan makam Edgar nantinya agar mereka tak dapat bersatu. Ellen lebih dahulu dibebaskan, namun Cathy masih menjadi tahanan, hingga ia berhasil melarikan diri setelah sekian lama memohon pada Linton, hanya untuk bertemu sejenak dengan ayahnya yang kemudian langsung meninggal. Cathy dan Ellen tak bisa lama berkabung, karena Heathcliff langsung datang guna membawa kembali Cathy ke Wuthering Heights sebagai menantunya, membersihkan Thrushcross Grange dengan memecat semua pelayan kecuali Ellen yang diwajibkan menjaga dan merawat kediaman tersebut untuk disewakan dan tidak boleh menginjakkan kakinya ke Wuthering Heights kecuali ada perintah dari Heathcliff. 

Cathy yang terpaksa kembali ke Wuthering Heights, hanya untuk mendapati bahwa kondisi Linton semakin parah, tanpa ada satu pun yang mau membantunya merawat, bahkan permintaan memanggil dokter tak dihiraukan oleh sang ayah. Hingga dalam waktu singkat, Linton meninggal di pangkuan sepupu-istri yang menyayanginya bagaikan kakak-adik. Namun Cathy tidak menjadi manusia bebas, karena Heathcliff telah mencurangi sebagaimana ia merampas hak waris Hareton Earnshaw, ia membuat Cathy tak memperoleh apa pun sebagai janda Linton, karena Linton dipaksa menanda-tangani pengalihan warisannya kepada ayahnya alih-alih istrinya, dan pengacara Edgar Linton disuap Heathcliff untuk mengakali warisan Edgar kepada putrinya. Maka gadis muda yang ceria, cerdas dan banyak akal dalam sekejap berubah menjadi wanita ketus, muram, sinis pada siapa pun saja. Sungguh sangat mengerikan kondisi penghuni Wuthering Heights … dan Mr. Lockwood yang mendengarkan kisah sepanjang sejarah yang mengerikan itu, memutuskan segera angkat kaki dari wilayah tersebut setelah kesehatannya memungkinkan. 

Kesan dan Kesan dan Kesan :
Huaaahh …. Terakhir kali daku merasakan ‘keletihan’ jiwa seperti ini, setelah membaca buku yaitu The Road by Cormac McCarthy yang masih membekas dan rasa merinding membayangkan dunia kiamat. Wuthering Heights sungguh merupakan kisah yang menguras emosi dan energi, bukan sekedar karakter yang kelam, namun kesuraman, kekelaman dan paling parah “aura-negatif” benar-benar terpancar dalam kisah ini, membuat-ku benar-benar capek membacanya, rasanya halaman demi halaman tak ada habisnya penyiksaan mental menghadapi problematik orang-orang yang dapat ku-katakan “gila”. 

Apalagi dengan gaya roman yang bikin gregetan, tarik-ulur tanpa adanya ketegasan, tanpa mau memikul tanggung jawab masing-masing, saling menyalahkan orang lain atas ketidak-bahagiaan diri sendiri, duh, benar-benar karakter yang bisa jadi ‘cermin’ mengingatkan diri kita jangan selalu negatif dalam menghadapi apa pun dan daku sangat-sangat bersyukur hidup di jaman seperti ini, terlepas dari segala konflik yang melanda dunia, perseteruan dan musibah yang terjadi di sekitar kita, at least daku tidak hidup di jaman Bronte bersaudara yang tercermin lewat mahakarya mereka … sungguh mukjizat mereka berdua mampu menjalani hidup sembari menulis karya yang notabene ‘pemberontakan kecil’ yang dapat mereka lakukan pada kehidupan sehari-hari. 


Syukur pula pada Ibu Kartini yang mempelopori emansipasi wanita, apa jadinya jika wanita tidak memiliki hak, tidak memiliki suara, tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri terutama lewat bacaan. Bagaimana penulis mengungkapkan bahwa setiap perubahan yang dialami Heathcliff muda dengan berusaha membaca dan menulis demi Catherine agar mampu bersaing dengan Edgar yang bisa mengungkapkan puisi berbunga-bunga guna merebut perhatian Catherine. Bagaimana kisah yang sama terulang saat Hareton muda dan Linton berebut perhatian Cathy juga lewat puisi dan kisah-kisah dalam buku. Bagaimana Hareton muda yang sengaja dibuat liar dan bodoh oleh Heathcliff, menemukan keberanian untuk belajar sendiri meski hanya untuk menjadi bahan tertawaan Cathy. Bagaimana pula Heathcliff mampu merubah Cathy yang periang menjadi sosok penuh kepahitan dengan menghancurkan satu-satunya hiburan di Wuthering Heights yang kelam, dengan membuang serta membakar semua buku yang ada. 

Namun penulis tidak hanya mengungkapkan segi negatif dengan keburukan-keburukan yang terjadi. Penulis mampu menyelipkan beberapa pesan moral ( yang cukup ‘tak terlihat’ diantara sekian banyak bombardir keburukan-keburukan ), yang sangat menyentuh, bagaimana pada akhirnya insan-insan muda mampu mengatasi kekelaman yang menyelimuti benak mereka, dengan berusaha meraih satu sama lain, saling membantu keluar dari kegelapan, dengan belajar MEMBACA BUKU !!!


Pesan lain yang tertangkap : berhati-hatilah dalam bersikap dan bertindak pada anak-anak maupun kaum muda, karena karakter dasar mereka terbentuk pada saat itu. Kesalahan-kesalahan Heathcliff, Catherine dan Hindley mulai terbentuk saat mereka kanak-kanak, sedangkan keturunan mereka yang lebih banyak mendapatkan perhatian serta kasih sayang ( walau pun tidak seratus persen ) mampu membuat perbedaan dalam perkembangan jiwa dan karakter mereka saat dewasa serta mengurangi segi-segi negatif dari dalam diri masing-masing.  

Mengutip perkataan Ellen Dean ( seorang pelayan namun memiliki kebijakan dan akal sehat jauh lebih banyak dibandingkan para majikannnya ) serta kesadaran yang datang terlambat pada pemuda Mr. Lockwood ( yang semula didorong oleh Ellen Dean untuk mendekati Cathy Linton Heathcliff, namun memilih melarikan diri ), bahwa persatuan mampu terbentuk dari kemauan akan ‘satu pihak untuk memberi dan dihormati, dan satu pihak untuk menerima dan menghormati’ … sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh Heathcliff maupun Catherine – pasangan jiwa namun tak mampu bersatu karena masing-masing penuh ke-egoisan untuk meminta dan menuntut.

Dan menutup resensi yang sangat panjang ini, daku ingin mengucapkan terima kasih kepada penerbit yang bersedia menuangkan dalam edisi terjemahan karena tidak mungkin daku sanggup menyelesaikan bacaan ini dalam bahasa aslinya. Dan salut setinggi-tingginya kepada penerjemah, sungguh sangat panjang ‘siksaan’ yang anda derita demi terselesaikannya karya sastra klasik ini dalam kosa kata yang paling tidak dipahami oleh orang-orang seperti daku ini (^_^) 


Best Regards, 
* HobbyBuku * 


No comments :

Post a Comment