WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Showing posts with label Dominican Republic. Show all posts
Showing posts with label Dominican Republic. Show all posts

Tuesday, November 13, 2012

Books "IN THE TIME OF THE BUTTERFLIES"



Judul Asli : IN THE TIME OF THE BUTTERFLIES
Copyright © Julia Alvarez, 1994
Penerbit Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Istiani Prajoko
Editor : Anton Kurnia & Dian Pranasari
Cetakan I : Oktober 2012 ; 576 hlm 

[ source ]
Pada liburan weekend kemarin, meski tidak ikut serta dalam memperingati Hari Pahlawan 10 November 2012, mendadak diriku ingin membaca kisah kepahlawanan atau sosok yang memperjuangkan kemerdekaan. Karena kisah Uncle Tom’s Cabin by Harriet Beecher Stowe (tentang perjuangan para budak kulit hitam  menjelang American Civil War) dan Night : A Holocaust Story by Elie Wiesel sudah terselesaikan, maka pilihanku jatuh pada buku ini, yang menurut sinopsisnya berdasarkan kisah nyata perjuangan 4 wanita bersaudara yang dijuluki Las Mariposas (para Kupu-Kupu) para pejuang melawan pemerintahan diktator Jenderal Rafael Trujillo di Republik Dominika. 

Mereka adalah Patria, Dedé, Minerva dan María Teresa Mirabal, putri-putri cantik Don Enrique Mirabal dengan Mercedes Reyes de Mirabal, yang dikenal baik oleh para penduduk sekitar. Mereka memiliki sifat serta karakter yang sangat berbeda satu sama lain, namun kedekatan dan kasih sayang antara mereka tak mudah terputuskan, meski di kemudian hari masing-masing menerima cobaan berat. Patria si sulung yang sangat religius, bahkan diyakini akan menjadi salah satu biarawati, sebelum ia menerima ‘panggilan hati’ yang lain ketika beranjak remaja. Dedé yang memiliki pembawaan tenang, peka serta memiliki emphaty terhadap orang lain, seringkali berada di pihak netral dan mengalah jika terlibat dalam pertikaian antar saudara. Minerva yang cantik, pemberani dan mudah naik darah, memiliki pemikiran sendiri, cenderung memberontak pada belenggu tradisi. María Teresa yang termuda dan memuja Minerva, cenderung mengikuti kemauan dan jejak kakak yang dikaguminya, meski sifatnya yang lebih lembut bertolak belakang dengan Minerva yang keras. 

[ source ]
Kehidupan mereka yang semula tenang dan damai, mulai berubah semenjak mereka bersekolah di Inmaculada Concepción. Di sinilah Minerva yang baru berusia 12 tahun, bertemu dan bersahabat dengan Sinita Perozo – gadis yatim-piatu yang menyimpan rahasia Trujillo. Jenderal Rafael Trujillo adalah Presiden Republik Dominika yang fotonya berada di setiap rumah penduduk, berdampingan dengan lukisan Gembala Yang Baik (keterangan : Yesus Kristus dikenal sebagai Penggembala Manusia), dihormati dan disembah oleh semua penduduk. Perintahnya adalah maklumat sekaligus firman bagi mereka semua, setidaknya demikianlah propaganda yang dilakukan. Hingga Sinita menceritakan kisah hidupnya, yang membuatnya menjadi yatim-piatu. Keluarga Sinita adalah penentang rezim Trujillo yang semena-mena, dan semuanya terutama kaum pria, tewas dihabisi sebagai pemberontak. Bahkan sejarah Trujillo dalam merebut kekuasaaan dari Presiden sebelumnya hanya diketahui oleh segelintir orang, yang tentu saja menjadi buruan pasukan Trujillo.

Minerva yang ngeri atas kisah Sinita, berada antara percaya dan tidak atas kisah itu. Tapi ketika suatu hari, ia melihat kenyataan yang terjadi di depan matanya, bagaimana Trujillo yang sedang berkunjung di sekolah mereka, tertarik pada Lina Lovatón – gadis cantik bagai malaikat meski baru berusia 15 tahun, dan akhirnya ia membuat gadis itu hamil dan dikurung dalam istana mewah yang diperuntukkan bagi semua gundik Trujillo, yang gila wanita tanpa peduli usia maupun latar belakang mereka. Kisah bergulir ketika kedekatan hubungan Minerva dan Sinita, membawa mereka ke dalam berbagai kegiatan dan kampanye menentang Trujillo. Dan ketika kelompok mereka memenangkan kontes drama pendek yang terpilih untuk ditampilkan di depan El Jefe Trujillo, kisah tentang penderitaan Ibu Alam yang diperbudak dan diikat, hingga Liberta (Kemerdekaan) dan Gloria (Kejayaan) dan penonton membebaskannya, terjadi peristiwa yang membuat mereka, terutama Minerva dan Sinita, menjadi sorotan Trujillo sebagai calon pemberontak.

[ source ]
Kisah bergulir beberapa tahun kemudian, ketika para gadis Mirabal mulai melepas masa kanak-kanak serta gambaran ‘naif’ tentang dunia yang indah, nyaman dan aman. Mereka juga mulai berkenalan dengan pria-pria yang kemudian merubah masa depan mereka. Dimulai dari Virgilio Morales – dokter muda yang idealis serta memiliki pikiran radikal akan pemerintahan yang lebih baik. Lio, panggilan akbranya, dekat dengan Minerva yang juga berapi-api tentang pemikiran pemerintahan yang lebih baik, namun Dedé diam-diam juga menaruh perhatian pada pemuda itu. Tanpa disadari, persahabatan Lio dengan keluarga Mirabal inilah awal perkenalan para gadis-gadis ini dalam kegiatan bawah tanah yang kelak dipeolopori oleh para Mariposa ini.

Penulis menutuskan kisah fiksi yang menarik ini berdasarkan legenda Las Mariposas yang terkenal di masyarakat Dominika. Bahkan beliau khusus mengunjungi Dedé Mirabal – satu-satunya dari 4 bersaudara yang selamat dari pembunuhan Trujillo, guna mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang kehidupan wanita-wanita Mirabal. Dengan gaya penulisan ala buku harian, pembaca diajak mengikuti curahan hati serta pikiran masing-masing karakter. Meski harus sedikit sabar karena kronologis waktu yang dikisahkan tidak berurutan, terkadang meloncat ke depan atau bahkan mundur ke belakang, tetap mampu menarik perhatianku untuk membaca buku ini hingga tuntas. Ada kemungkinan penulis memberikan nuansa tersendiri untuk merangkum sejarah kehidupan Las Mariposa, apalagi peristiwa ini telah lewat 50 tahun lamanya. Akan tetapi penulis juga menyertakan kata pengantar bahwa beliau tetap berusaha mempertahankan fakta-fakta sejarah dari sekian banyak ‘rumor’ yang menyelubungi peristiwa pembunuhan pada tanggal 25 November 1960, apalagi mengingat para saksi yang ada telah tewas, hanya para pelaku yang mengetahui kebenaran peristiwa itu. 

[ source ]
Yang membuat novel ini sedikit berbeda, penulis bukan hanya menggambarkan para wanita Mirabal ini sebagai pahlawan, melainkan sebagai manusia biasa, dengan segala keraguan serta ketakutan yang menyelubungi pikiran mereka. Bagaimana Patria berusaha mengatasi keguguran di awal pernikahan, bagaimana ia berusaha keras mencari kembali keyakinannya pada Tuhan setelah menyaksikan pembunuhan pemuda seusia anaknya saat Retret,  dan bagaimana ia harus bergulat antara keinginan menyelamatkan keluarganya dengan seruan batinnya untuk terjun dalam kancah pemberontakan. Kemudian Dedé  yang selalu mendukung keluarganya, harus memilih antara mereka atau suami serta anak-anaknya, apalagi ketika sang suami menentang kegiatan bawah tanah yang dilakukan oleh saudar-saudarinya. Penggambaran Minerva sebagai wanita yang selalu tampak berani dan tak kenal takut, ternyata menyimpan kesepian serta ketakutan yang dalam, berusaha untuk kuat bagi orang-orang disekelilingnya. Kejadian menyentuh yang merubah María Teresa dari gadis lincah nan lugu, menjadi pendukung utama kegiatan mata-mata setelah Minerva, bagaimana ia berjuang melawan siksaan para penjaga hingga keguguran saat mereka berusaha memaksa suaminya untuk menyerah.

Ini bukan sekedar kisah sejarah, melainkan kisah perjuangan para wanita di era pemerintahan rezim Trujillo, bahkan setelah sang ‘monster’ berhasil dibunuh, Republik Dominika masih mengalami kekacauan serta perebutan kekuasaan. Mengapa Las Mariposa ini menjadi sangat terkenal ? Kemungkinan karena mereka bukan sekedar pejuang dan pemimpin, tetapi juga seorang wanita, seorang istri, seorang ibu yang mengalami kepedihan kehilangan satu demi satu orang yang dikasihi. Walau bukan pembicara yang fasih, bukan ilmuwan yang sangat cerdas, bukan pula ahli bela diri maupun senjata. Mereka hanya berusaha menjadi diri sendiri serta mendukung keluarga serta orang-orang yang dikasihi dengan segala cara, mengatasi segala ketakutan dan kengerian yang menyelubungi kehidupan sehari-hari. Mereka merupakan perwujudan kebulatan tekad serta keberanian yang mampu memberikan pengharapan bagi masyarakat tertindas di Republik Dominika. 

[ source ]
“Kita tidak bisa tetap acuh tak acuh terhadap kesedihan yang telah membuat menderita begitu banyak orang Dominika yang baik. Semua manusia dilahirkan dengan hak yang berasal dari Tuhan dan tidak ada kekuatan duniawi yang dapat mengambil hak tersebut.  Menyangkal hak-hak ini merupakan pelanggaran yang serius terhadapa Tuhan, terhadap harkat manusia. Dominus vobiscum – tuhan besertamu.”
[  ~ Padre Gabriel ~ from In The Time of the Butterflies”  by Julia Alvarez | p. 359 -360 ]

~ More about Mirabal Sisters at HERE .....

[ source ]
Julia Alvares, meninggalkan Republik Dominika menuju Amerika Serikat dan tiba di New York pada 6 Agustus 1960 saat berusia 10 tahun. Ia telah menulis 6 novel, 2 buku nonfiksi, 3 kumpulan puisi, dan 8 buku untuk anak-anak serta remaja. Karya-karyanya mendapat penghargaan luas, termasuk Latina Leader Award in Literature pada 2007 dari Congressional Hispanic Caucus Institute, Hispanic Heritage Award in Literature pada 2000, Woman of the Year dari majalah Latina pada 2000, dan dipilih untuk ikut serta dalam program New York Public Library pada 1996, yaitu “The Hand of the Poet : Original Manuscript by 100 Masters, From John Donne to Julia Alvarez.”

[ source ]
Pada tahun 2001, novel ‘In The Time of the Butterflies’ (1994) diadaptasi sebagai film layar lebar dengan pemeran utama Salma Hayek sebagai Minerva Mirabal. Pada tahun 2009, novel ini terpilih oleh National Endowment for the Arts sebagai program Big Read yang diselenggarakan secara nasional di Amerika Serikat. 

Julia dan suaminya, Bill Eichner, tinggal di Vermont, Amerika Serikat, tapi kerap bepergian ke Republik Dominika. Ia mendirikan Alta Gracia – sebuah pusat kebudayaan untuk pemberantasan buta huruf dan perkebunan kopi organik, di tanah kelahirannya itu. 


Best Regards, 

Facts Behind "THE MIRABAL SISTERS"



[ source ]

THE MIRABAL SISTERS
The Mirabal Sisters (The Hermanas Mirabal) adalah empat bersaudara dari Republik Dominika yang menentang pemerintahan diktator Jenderal Rafael Leonidas Trujillo. El Jefe Trujillo menjadi President Republik Dominika pada masa pemilihan 1930-1938, 1942-1952, dan kemudian meneruskan pemerintahan secara diktator dan menghabisi siapa saja yang berani menentang dirinya. Proses beliau menjadi presiden juga dicurigai merupakan konspirasi yang disengaja untuk menggulingkan presiden sebelumnya. Selama lebih dari 30 tahun, rezim Trujillo telah menghabisi lebih dari 50.000 bangsa Haiti dan Dominikan. 

Pada tanggal 25 November 1960, dengan tipu-muslihat dilakukan pembunuhan terhadap ketiga bersaudara beserta seorang pengemudi setia yang menemani perjalanan mereka mengunjungi suami-suami yang menjadi tahanan politik. Jasa dan perjuangan mereka memperoleh penghargaan pada 17 Desmber 1999  oleh United  Nation General Assembly, yang juga menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari  Internasional bagi  Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (Internasional day for the Elimination of Violence against Women)

Mirabal Sisters House and now Museum [ source ]
Keluarga Mirabal semula adalah keturunan petani, yang seiring dengan perkembangan menjadi pemilik lahan yang luas dan memungkinkan mereka hidup sebagai kalangan menengah ke atas. Keturunan Mirabal terakhir Don Enrique Mirabal yang menikah dengan Mercedes Reyes de Mirabal, dikarunia 4 orang putri yang terkenal akan kecantikan serta keramahan mereka. Sebagai pria yang masih mengikuti pola pikir tradisional, meski beliau juga menikmati kenyamanan dan kemewahan jaman modern, pada awalnya beliau berkeinginan putri-putrinya besar sebagai gadis biasa dan menikah, memiliki keluarga, sebagi seorang istri dan ibu. Namun berkat dorongan serta kemauan keras istrinya, Mercedes (yang diduga buta huruf hingga beliau tak mau anak-anaknya memiliki nasib serupa), akhirnya beliau terpaksa memperbolehkan anak-anaknya menempuh pendidikan di sekolah luar.

Dari ke-4 putrinya, Don Enrique paling menyayangi Minerva yang sifat keras kepalanya menyerupai dirinya. Justru karena kekerasan kemauan Minerva, alih-alih menuruti keinginan ayahnya agar tetap tinggal dirumah dan membantu di toko, ia memilih sekolah bahkan melanjutkan pendidikan pada jenjang yang tinggi dibandingkan ke-3 saudarinya. Minerva yang paling cantik dan menarik sekaligus pemberani dan mudah naik pitam, justru merupakan pelopor penentang Trujillo yang paling aktif bukan hanya di dalam keluarganya, melainkan juga dalam lingkup pergaulan sosial. 

Siapakah para wanita terkenal yang dikenal sebagai Mirabal Sisters ini ?

[ source ]
Patricia ‘Patria’ Mercedes Mirabal ( 27 Februari 1924 – 25 November 1960 )
Ia semula diharapkan menjadi seorang biarawati oleh sang ibu, apalagi semenjak kecil ia terlihat sangat religius untuk anak seusianya. Namun akhirnya ia memilih untuk menikah pada usia 17 tahun dengan Pedrito Gonzáles, petani yang ulet dan bangga akan tanah pertanian milik leluhurnya di San José de Canuco. Pada kehamilan pertama, Patri keguguran hingga depresi, membuatnya kehilangan keyakinan terhadap agama dan Tuhan. Kemudian mereka memiliki 2 putra-putri, Nelson dan Noris yang mampu memberikan sedikit pengharapan dalam hidupnya. Patri juga mengalami pertentangan batin yang cukup lama, terutama karena ia mencemaskan masa depan putranya Nelson yang tertarik dalam kegiatan-kegiatan rahasia paman serta bibinya. Patria menempuh segala cara untuk menghindari keterlibatan lebih dalam, namun ketika doanya justru membawa pada tragedi di puncak gunung saat retret.

Dalam usaha memulihkan kondisi serta keyakinannya yang mulai hilang, Patria mengikuti sebuah retret yang justru membawanya pada tragedi pembantaian kaum pemberontak pada tanggl 14 Juni (tidak kurang dari 49 orang tewas dalam peristiwa ini). Ia menyaksikan seorang pemuda yang  kehilangan nyawa di depan matanya, mengingatkan dirinya akan bayi yang tewas dalam kandungannya 13 tahun silam. Kejadian ini merupakan awal dari perubahan pikirannya untuk mendukung kegiatan Minerva serta María Teresa di kegiatan bawah tanah. Keputusan untuk terlibat langsung dan mendukung perjuangan saudari-saudarinya ditentang oleh sang suami, dan Patri mampu bersikap keras jika ia memiliki panggilan hati. Bahkan putra bungsu yang terlahir setelah perubahan dalam hidupnya, diberi nama Raúl Ernesto (nama pemimpin pemberontak rezim Chili yang dikenal dengan panggilan Che). Anehnya pada saat penangkapan saudara-saudaranya, dirinya justru terhindar, alih-alih suami serta putranya Nelson turut diciduk oleh pasukan Trujillo. 

[ source ]
Bélgica Adela Mirabal-Reyes ( 1 Maret 1925 )
Yang lebih dikenal sebagai Dedé Mirabal, diam-diam menaruh hati terhadap Virgilio Morales yang ternyata jatuh hati pada Minerva. Namun Dedé terbiasa untuk mendahulukan kepentingan keluarganya daripada dirinya sendiri, maka ia memutuskan menerima lamaran saudara sepupunya Jaimito ‘Jaime’ Fernandez, dan mereka memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia dengn Jaime Enrique dan Baby Jaime Rafael. Meski ia tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan gerakan bawah tanah yang dipelopori oleh ke-3 saudarinya (terutama karena larangan keras suaminya yang tidak menyetujui kegiatan para pemberontak ), pada akhirnya ia justru berperan dalam mendukung dan membesarkan putra-putri Patria, Minerva dan Mate, bersama sang ibu Mercedes yang bertahan hidup dalam kepedihan kehilangan hampir seluruh keluarganya, demi kelangsungan hidup cucu-cucunya. Kini Dedé sebagai satu-satunya dari Mirabal Sisters yang selamat dari pembunuhan, mengelola museum ‘Museo de las Hermanas Mirabales’ yang berlokasi di lahan keluarga Mirabal yang tersisa dari sitaan dan perampasan para antek Trujillo. 

[ source ]
Maria Argentina Minerva Mirabal ( 12 Maret 1926 – 25 November 1960 )
Ia berhubungan dengan Virgilio Morales – salah satu pemimpin pemberontak yang sangat aktif, hingga menjadi buronan no. 1 pasukan Trujillo. Minerva  bahkan nyaris menjadi istrinya, seandainya tidak ada campur tangan sang ayah serta saudarinya. Namun hal ini tidak mampu menghapus keinginan Minerva dalam aktifitas yang dianggap radikal bagi seorang gadis muda di kalangan terhormat. Apalagi setelah ia bertemu dan menikah dengan Manolo Tavárez (nama samarannya Enriquillo). Minerva merupakan salah pemimpin wanita yang dikenal sebagai pelopor gerakan bawah tanah yang kemudian disebut sebagai ‘the Movement of the Fourteenth of  June’ menentang Trujillo. 

Semenjak remaja, Minerva telah beberapa kali berhadapan langsung dengan sang diktator. Bahkan pada tahun 1949 ketika Trujilllo sengaja menjebak dirinya, memaksa agar ia menjadi salah satu gundik simpanannya, Minerva menempatkan dirinya sekaligus keluarganya sebagai target balas dendam Trujillo. Dengan akal-muslihat, Minerva mampu merubah jebakan menjadi ijin serta dukungan Trujillo untuk belajar di bidang hukum dan memperoleh gelar sebagai seorang pengacara. Namun bukan Trujillo jika tak mampu membalas perlakuan Minerva terhadap dirinya, dengan cara tidak mengeluarkan ijin praktek bagi Minerva. Pasangan ini menjadi pahlawan Nasional rakyat Dominika, meninggalkan warisan bagi putra-putrinya : Minou dan Manolito.

[ source ]
Antonia María Teresa Mirabal ( 15 Oktober 1935 – 25 November 1960 )
Ia akrab dipanggil Mate, si bungsu yang memiliki fisik lemah dan menderita asma, memuja Minerva dan kedekatan mereka membawa perkenalan Mate pada 2 hal yang merubah masa depannya.  Pertama, ia bertemu dengan pasangan hidupnya, seorang aktifis gerakan bawah tanah yang dipanggil Palomino. Pemuda yang aslinya bernama Leandro Guzmán Rodríguez. Pernikahan mereka yang relatif singkat, berubah menjadi tragedi ketika sang suami yang merupakan rekan aktif bersama Manolo Tavárez (pemimpin gerakan bawah tanah 14 Juni), diciduk dan ditahan sebagai tahanan politik yang berbahaya. Tak berapa lama berselang, dirinya serta Minerva turut ditangkap, ditahan serta disiksa berulang kali semasa dalam tahanan. Akibat salah satu penyiksaan yang ditandai sebagai peristiwa 11 April, Mate yang sedang hamil mengalami keguguran setelah pendarahan hebat (ia disiksa di hadapan suaminya yang dipaksa menyerah dan menuruti kemauan Trujillo). Berkat saran Minerva, demi mengurangi derita akibat kehilangan bayinya, Mate menulis pengalaman mengerikan itu dalam bentuk tulisan, yang nantinya berhasil diselundupkan keluar tahanan dan diberitakan. Putri pasangan ini yang masih bayi bernama Jacqueline, dibesarkan oleh bibi serta neneknya. 

"LAS MARIPOSAS" [ source ]
Selama lebih dari 3 bulan, keluarga yang tersisa tak mengetahui bagaimana nasib masing-masing anggota keluarga yang diciduk dengan paksa. Ketika kemudian muncul berita dari para simpatisan Las Mariposas serta gerakan bawah tanah mereka, baru diketahui mereka semua ditahan di La Cuarenta ( La 40 ) – kamp  penyiksaan yang angker bagi para penentang Trujillo. Tertangkapnya para pelopor ini justru menimbulkan serangkaian gerakan pemberontakan yang tak terduga. Bahkan pihak  Gereja Katolik yang selama ini bersikap netral, mulai unjuk gigi dan mengecam tindakan rezim Trujillo, perang pun tak terelakan. Minerva dan Mate tetap aktif di balik tahanan, dan akhirnya berkat kampanye organisasi kemanusiaan, termasuk OAS (Organisasi Negara-Negara Amerika Selatan), maka kedua wanita ini dibebaskan dan menjadi tahanan rumah, meski demikian para pria keluarga mereka (Manolo, Leandro, Pedrito tetap ditahan). Salah satu sumber berita adalah tulisan Mate tentang perincian penyiksaan yang dialaminya pada tanggal 11 April 1960, dan surat tersebut berhasil diselundupkan dan diambil oleh perwakilan OAS yang khusus datang meninjau kondisi para tahanan akibat propaganda dan kecaman dari dunia luar terhadap tindakan rezim Trujillo. 

[ source ]
Salah satu korban yang turut tewas dalam tragedi 25 November 1960 adalah Rufino de la Cruz ( 10 November 1923 – 25 November 1960 ), pengemudi kendaraan yang semula disewa untuk mengantarkan keluarga Mirabal mengunjungi para tahanan, hingga akhirnya justru dengan setia menjaga dan mengantar mereka setiap saat. Ia turut tewas karena kesetiaan dan pembelaan terhadap ke-3 wanita Las Mariposas. Perjalanan mereka yang terakhir menuju Puerta Plata, tempat tahanan baru bagi Manolo dan Leandro yang berada di puncak pegunungan yang terpencil. Pemindahan tahanan serta rencana pembunuhan itu, dibuat seakan-akan merupakan peristiwa kecelakaan belaka. Trujillo sengaja membuat hal ini dengan tujuan membungkam gerakan Las Mariposas sebelum mengenai seluruh Dominikan. Namun peristiwa ini justru memicu kebangkitan Nasional, dan hanya dalam waktu setahun setelah tragedi ini, Trujillo dibunuh.

[ this is compiled from many sources, such as : Wikipedia | Viva Las Mariposas | In The Time of the Butterflies]

Best Regards,