Judul Asli : THERESE RAQUIN
Copyright © 1868 on the 2nd Edition [ with author Introduction
]
Copyright © by Émile Zola
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Julanda Tantani
Desain & Ilustrasi cover : Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : Agustus 2011 ; 336 hlm
Saat hendak memulai membaca kisah ini, sekelumit keraguan muncul, lebih
dikarenakan reaksi saat membaca sinopsis di sampul belakang buku ini, ditambah
dengan pendahuluan terlampir yang ditulis oleh sang penulis pribadi. Namun
sekali pepatah jangan pernah menilai seuatu dari tampilan luar sebelum mencoba
meliaht lebih seksama isi di dalamnya, memberikan sedikit pengharapan serta
usaha untuk menguatkan diri untuk menerima sebuah kisah yang terburuk yang
pernah kubaca. Dan tahukah Anda, hal ini harus berlaku pada setiap aspek
kehidupan yang akan kita hadapi, karena setelah membaca dan menelaah kisahnya
hingga akhir, semua bayangan serta imajinasi awal terhapuskan. Yang ada sebuah
kenyataan baru yang cukup mencengangkan sekaligus memberikan reaksi tak terduga
menjelang akhir kisah salah satu contoh kehidupan anak manusia.
Therese Raquin adalah sosok wanita yang sepanjang perjalanan hidupnya tak
pernah memperoleh penghargaan yang cukup, hingga membentuk dirinya sebagai
karakter tertutup, menyembunyikan berbagai gejolak ketidakpuasan yang diderita
semasa kanak-kanak hingga beranjak dewasa. Dibesarkan oleh sang bibi
sepeninggalan kedua orang tuanya, ia harus menerima dan menelan segala sesuatu
yang diberikan dan diajarkan oleh sang bibi. Hidup bertiga dengan bibi serta
saudara sepupunya – Camille, putra tunggal yang merupakan pujaan hati ibunya,
tanpa interaksi sosial serta pergaulan bebas dengan pihak lain, memberikan
kesempatan untuk ‘memperkerdil’ perkembangan mental, sikap serta karakter kedua
bocah ini. Mme Raquin bukanlah sosok orang tua yang terlihat jahat, ia
menyediakan semua yang dibutuhkan oleh putra serta kemenakannya, namun dalam
kasih sayang yang salah langkah, dirinya memperlakukan mereka dalam kapasitas
bagaikan memperlakukan bayi yang belum memiliki kemauan untuk berpikir sendiri
atau bahkan berusaha mandiri.
[ source ] |
Alhasil Camille tumbuh menjadi pemuda lemah (secara mental maupun fisik),
manja dan egois. Bahkan dalam keterdiaman dan sifat menerima apa adanya,
Therese membangun dinding tembok tebal guna membuat dirinya tak pernah
merasakan ketidak-nyamanan bahkan kesakitan saat mengalami segala sesuatu yang
membuat dirinya kecewa akan kehidupan yang dijalaninya. Ketika ia diputuskan
untuk dinikahi oleh Camille serta
kepindahan mereke sekeluarga dari kediaman yang menyenangkan ke sebuah
rumah-toko di kawasan kumuh (yang sekali lagi semuanya merupakan keputusan Mme
Raquin), mendorong mereka semua dalam kehidupan semu, tampak baik di luar namun
tiada perasaan mendalam yang terjalin di antara mereka. Jika ada sesuatu yang
disebut sebagai Kasih-Sayang, itu hanyalah sebuah kedok untuk mempertahankan
ke-egoisan masing-masing pihak, pada diri Mme Raquin, Camille maupun Therese.
Hingga suatu hari muncul gangguan yang merusak arus tenang menghanyutkan yang
tampak pada permukaan kehidupan keluarga Raquin. Gangguan berupa sosok pria
muda, sehat dan ceria, yang memiliki penampilan berbeda 180 derajat dengan diri
Camille. Sosok yang mampu memikat tiga orang keluarga itu, berperan sebagai
sahabat Camille, putra angkat Mme Raquin, dan pasanngan selingkuh Therese.
Kisah ini bergulir dengan penggambaran keseharian kehidupan suatu
keluarga yang masing-masing memiliki rahasia, berusaha mencari kepuasan serta
kebahagiaan di luar lingkup keluarga alih-alih berusaha meraih kedekatan serta
pengertian satu sama lain. Perbuatan amoral yang semula hanya dilakukan sebagai
reaksi impulsif semata, berubah menjadi sesuatu yang berbahaya karena merusak
jiwa para pelakunya. Hal satu menuntun pada hal lainnya, hingga sebuah
peristiwa mengerikan terjadi, sebuah nyawa melayang akibat keserakahan dan
keegoisan semata. Namun hasil akhir yang terjadi justru di luar dugaan.
Alih-alih kebahagiaan dan kebebasan, mereka justru semakin terbelenggu dalam
jerat lingkaran setan yang menyelimuti hati serta pikiran, menelan jiwa-jiwa
yang tersesat dalam kesesakan dan kegelapan. Tiada satu pun kebaikan yang
muncul dari penggambaran kisah serta perjalanan setiap karakter. Secara
perlahan namun pasti, pembaca digiring melalui nafsu, kemarahan, ketakutan,
keputus-asaan, dendam kesumat dan kegilaan mengambil alih segenap jiwa dan
raga.
[ source ] |
Tema pembahasan sifat-sifat jahat bahkan cenderung sadis acapkali
kudapati dalam berbagai kisah thriller, namun selalu ada jalan keluar untuk
menemukan sisi kebaikan atau hal-hal positif di dalamnya. Dan hal ini tak dapat
kutemui sedikit pun dalam kisah Therese Raquin. Penulis telah berhasil
menampilkan kondisi paling mengerikan dari perubahan secara kejiwaaan, mental
serta pikiran yang semakin memburuk. Yang patut kuberikan pujian adalah sang
penerjemah yang berhasil menuangkan kalimat-kalimat sang penulis dalam konteks
yang bisa dikatakan sebagai untaian kalimat yang cukup indah dan memukau, walau
konteksnya sungguh membuatku harus mengernyitkan dahi.
Apakah hasil terjemahan
ini membantu diriku untuk menikmati bacaan ini ? Bisa jadi, karena sang
penerjemah juga berhasil membuatku terkesan saat membaca kisah ‘The Strange Case of Dr. Jeckyl and Mr. Hyde’
karya Robert Louis Stevenson yang kebetulan juga menampilkan perbandingan
karakter, akhlak serta moral dari manusia. Sebuah pembicaraan tentang sifat
dasar manusia, perbedaan antara kebaikan dan keburukan, ditampilkan dalam suatu
garis batas yang sangat tipis. Semuanya tergantung dari sudut pandang mana Anda
menilainya. Sebagaimana para tokoh dalam kisah Therese Raquin, mereka telah
menentukan sudut pandang pilihan masing-masing, namun apakah mereka juga siap
menerima tanggung jawab serta konsekuensi dari pilihan tersebut ? Apakah kita
sebagai pembaca juga mampu memberikan penilaian seadil-adilnya tanpa berat
sebelah ? Semuanya kembali kepada sudut pandang atau bisa dikatakan pada hati
nurani masing-masing.
Conclusion :
~ Laurent's Nightmare ~ [ source ] |
What can I say about Zola’s works on Therese Raquin ? It’s quite intrigueing,
from the very start I’m already prepare for the worse, specially when read the
introduction by the author, and through the story there’s mixed-up feeling I
get, but at the end I just feeling sorry for all those characters. As I mention
before, Zola gave an Introduction or more like something to be said to at least
defense him self from all the critique regarding this story. But while reading
it, I became more and more understand what exactly he really he want to say to
the readers. Zola trying to build a story and doing some research about people
with different kind personalities, he even gave them the opposite strength and
weakness for the two main characters. He almost successced, but he forgot the
main key on the subject. If you want to talk about personality, you cannot just
looks on the one perspective, like he did – focusing on all the negative,
because a person really have all the fourth different personality but some of
them are stronger than the others.
That’s why (might be) almost all the readers
are quite disturbing by all the negative, the bad, the ugliness and worse
scenario that happen in the entire story from start until the end. If they
blame it on the ‘pornographic-side’ – that’s the wrong side to point-out. I’m
more conserance by the reaction after the murderer, how they reacted on each
others – accused everyone else on their unhappiness and worse nightmare. Is
easily to recognise that ‘self-conscience’ already eating their own mind for
those years they spend living in secrecy, hidding the truth. And there is also
another source that should explore more by Zola, regarding Therese and Laurent
past life, what makes them becoming those person. It’s true that every human
being are born with their unique and special characters, but if you gonna blame
it on the personality – that’s subject are not the strong argument, ‘cause
someone personalities are build and shape by its environment – meaning they can
be change into worse or better.
~ Therese & Laurent at First Wedding Night ~ [ source ] |
From all that Zola provide to the readers, they
all just mixed-up with all the worse kind influence. So the question is, why
they cannot changes into others alternative, something that can sets them free
from the burden of guilty ? It’s because on their mind, there is no other ways
to do it. They refuse to looks on the path and open the door. It’s not about
the personalities ( I will refuse Zola's concept in this subject ) it’s simply
because they are weak and lazy. I’ve known from the experiance that only the
stronger minded person, have a guts to take the next step to make a change in
their own life. The keys is in acceptance and never quite on any obstacles and
strength by Hope and positive-mind-set. That’s why at the end of this story, I’m
only feeling one thing : SADNESS on those wasted life – used to pursue
something that will not exist long enough to be enjoying.
[ more about the author and related works, check on here : Émile Zola | Therese Raquin's Book |
Therese Raquin's Adaptation | Zola's Works | Movies Adaptation ]
“Therese Raquin” are include in my RC on :
1th book in Zoladdiction Event 2013
19th
book in 2013 TBR Pile
54th
book in The Classics Club
33th
book in 1001 Books You Must Read Before You Die
Best Regards,
Congrats for finishing this one. This is my first love with Zola. I was amazed at how honest Zola wrote about the 'beast' in human.
ReplyDelete