WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Showing posts with label Serambi. Show all posts
Showing posts with label Serambi. Show all posts

Monday, September 30, 2013

Books "GOOD WIVES"

Judul Asli : GOOD WIVES
Copyright © Louisa May Alcott, 1869
Penerbit Serambi
Alih Bahasa : Rahmani Astuti
Editor : Moh. Sidik Nugraha
Proofreader & Lay-out : Eldani & Siti Qomariyah
Desain Sampul : Onymarga
Cetakan I : April 2010 ; 536 hlm ; ISBN 978-979-024-206-7

Kisah ini merupakan kelanjutan dari ‘Little Women’ yang berakhir dengan pertunangan Meg dengan John Brooke – guru pribadi Laurie / Teddy, serta kepulangan Kapten March dari medan perang, membawa kebahagiaan serta kemeriahan pada keluarga ini. Meski demikian, muncul sedikit ketegangan akibat ulah Jo yang tidak setuju akan hubungan John dengan Meg, karena ia sangat menyayangi kakak tertuanya dan menginginkan Meg menjalani kehidupan sebagaimana ia impikan selama ini, menikah dengan pria yang mapan dari keluarga kaya dan terhormat. John Brooke pria muda yang baik hati, tulus dan jujur, namun miskin dan Jo memikirkan masa depan yang suram akan terjadi pada Meg.

Books "LITTLE WOMEN"

Judul Asli : LITTLE WOMEN
Copyright © by Louisa May Alcott, 1868
Penerbit Serambi
Alih Bahasa : Rahmani Astuti
Editor : Moh. Sidik Nugraha
Proofreader & Lay-out : Eldani & Siti Qomariyah
Desain Sampul : Onymarga
Cetakan I : Juli 2009 ; 492hlm ; ISBN 978-979-024-165-7
Rate : 5 of 5

Ini adalah kisah keluarga March yang terdiri dari pasangan March serta keempat putrinya, Margaret ‘Meg’ (16 tahun), Josephine ‘Jo’ (15 tahun), Elizabeth ‘Beth’ (13 tahun) dan si bungsu Amy. Kisah dibuka dengan adegan menarik tentang dialog keempat gadis yang mengeluh karena menjelang Perayaan Natal, suasana gembira dan bahagia tak mampu mereka rasakan akibat kepergian ayah tercinta, yang berangkat memenuhi panggilan hati untuk membantu sesamanya, berjuang membela kebenaran dalam Perang Saudara (American Civil War). Di samping suasana peperangan yang tak memungkinkan mereka untuk ‘berfoya-foya’ – kondisi keuangan keluarga juga tak menunjang keinginan tersebut.

Sunday, June 30, 2013

Books "THE HAPPY PRINCE & OTHER STORIES"

Books “PANGERAN BAHAGIA”       
Judul Asli : THE HAPPY PRINCE & OTHER STORIES
Copyright © Oscar Wilde, 1888
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Risyiana Muthia
Editor : Dian Pranasari
Proofreader : Adi Toha & Dinar Ramdhani Nugraha
Cover by IG Grafix
Cover Illustration by Charles Robinson [ from The Happy Prince & Other Stories by Oscar Wilde ; published by David Nutt, Londin, 1888
Cetakan I : April 2011 , 108 hlm

Mengenal nama Oscar Wilde lewat karyanya The Picture of Dorian Gray serta karya lakonnya yang sangat menggelitik The Importance of Being Earnest, ternyata rasa humornya yang unik dan terbilang ‘satir’ serta kejeliannya dalam menyoroti sifat serta karakter manusia, juga muncul dalam buku yang merupakan kumpulan cerita pendek ini. Awalnya kuduga ini sekedar dongeng kanak-kanak belaka, namun setelah membaca satu demi satu, sungguh mengejutkan, dibalik permainan dongeng serta legenda yang menakjubkan, tersembunyi pesan-pesan yang cukup ‘blak-blakan’ bagi pembaca anak-anak atau remaja.

Monday, March 18, 2013

Books "TRIO MUSKETRI"


Books “TRIO MUSKETRI” 
Judul Asli : THE THREE MUSKETEERS
Copyright © Alexandre Dumas
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Hera Diani
Editor : M. Sidik Nugraha
Cover by Gilang | iggrafix
Cetakan I : Januari 2010 , 540 hlm

Siapa yang tak kenal dengan kisah petualangan para musketri yang dipopulerkan dengan slogan ‘All For One and One For All!” terutama lewat adaptasi film dan drama yang telah dilakukan berkali-kali. Walau sedikit malu, perkenalan awalku dengan kisah klasik ini justru dimulai dari film adaptasi layar lebar yang rilis pada tahun 1993, dibintangi oleh Chris O’Donnell sebagai pemuda d’Artagnan, didampingi Kiefer Sutherland (Athos), Charlie Sheen (Aramis), Oliver Platt (Porthos) dan Rebecca de Mornay (Milady), hingga pada tahun 2011 akhirnya menemukan versi terjemahan terbitan Serambi. Sayangnya, perkenalan awal sebagai pembaca pemula kisah klasik, menghambat proses pemahaman diriku, yang akhirnya berbuntut pada ‘mogok’ ditengah jalan alias tidak meneruskan membaca kisah ini hingga akhir.

Kemudian di tahun 2012, melalui BBI (Blog Buku Indonesia) serta gathering Serambi di Surabaya, diriku berkenalan dengan para penggemar kisah-kisah klasik yang mendorongku untuk mencoba kembali bacaan klasik yang memiliki wacana serta sumber yang sangat luas. Alhasil setelah beberapa kali mencoba, ternyata bacaan klasik memiliki suatu ‘keunikan’ serta menawarkan dunia yang berbeda bagi penikmat buku. Sebagaimana seorang pemula di dunia bacaan klasik, memiliki panduan serta pedoman untuk menemukan selera serta menimbulkan daya tarik dan minat, sangatlah penting agar tidak tersesat di dalam lika-liku dunia buku yang telah berusia berabad-abad ini. Untungnya diriku menyukai detail-detail sejarah, sehingga pencarian akan kisah klasik dari berbagai variasi genre, berhasil meningkatkan minat untuk menekuni bacaan jenis ini.

Dan tahun ini, perkenalan dengan petualangan epik kembali dimulai setelah beberapa teman menyatakan diri hendak membaca bersama (salah satu kiat untuk membangkitkan semangat membaca, cari teman yang memiliki minat sama dan buat semacam klub buku). Anehnya setelah lewat lebih dari setahun, pemahaman tentang kisah ini justru lebih mudah daripada pengalaman pertama, dan yang pasti jauh lebih mengasyikkan. Seperti juga saat diriku menikmati membaca kisah Harry Potter entah untuk yang kesekian kalinya (dan tak pernah bosan sama sekali), maka beberapa kisah-kisah klasik juga memiliki kesamaan, semakin sering dibaca ulang, justru semakin menarik bukannya membosankan ... tidak percaya ? Silahkan dicoba terlebih dahulu, jika Anda pecinta berbagai kisah, dijamin justru bisa ketagihan (^_^)

Sedikit berbeda dengan persepsi adaptasi film layar lebar, terutama buatan Hollywood, maka The Tree Musketeers menyajikan drama kolosal berlatar belakang sejarah konflik berkepanjangan antara kerajaan Inggris dan Perancis pada abad ke-17. Melalui salah satu tokoh utama, pemuda berusia 18 tahun bernama d’Artagnan, berasal dari wilayah Gascon dan keluarga terhormat yang tidak seberapa mampu, mengejar impian masa depan dengan berusaha bergabung dengan pasukan musketri yang tersohor sebagai pelindung Penguasa Perancis. Pada masa tersebut, latar belakang keluarga sangat menentukan masa depan seseorang, maka untuk memasuki dunia yang  terbilang ‘elite’ dibutuhkan sponsor atau rekomendasi khusus, seandainya seseorang tak memiliki keberuntungan, dilahirkan sebagai keturunan bangsawan kaya dan terhormat (kriteria ini acapkali justru bertolak belakang dengan sifat dan karakter yang terpuji, menjadi bahan sorotan para penulis kisah-kisah klasik).

D’Artagnan memiliki surat pengantar yang ditulis oleh ayahnya, ditujukan kepada Monsieur de Treville – pimpinan pasukan Musketri. Namun akibat kecerobohan serta darah-panas pemuda yang masih ‘hijau’ ini, surat tersebut hilang, dicuri oleh pria aneh yang akan menjadi lawan tanding dalam petualangan ini. Dengan penuh tekad bulat dan pantang menyerah, pemuda ini tetap berangkat menemui Kapten de Tréville, yang membawa pertemuan dirinya dengan sosok Athos, Aramis serta Porthos yang dikenal sebagai Three Musketeers yang tak terkalahkan, kepercayaan sang Kapten sekaligus anak buah yang paling sulit diatur karena tak menyukai tata cara serta senantiasa bentrok dengan pasukan Kardinal Duc de Richelieu. Kerajaan Perancis saat itu diperintah oleh Raja Louis XIII yang sering tidak sepaham dengan kebijakan sang Kardinal yang juga memiliki agenda tersendiri. Karena masing-masing memiliki pengaruh serta berusaha memperluas kekuasaan dengan memperkuat pasukan masing-masing, tak pelak berbagai konflik sering muncul di antara para pengikut mereka.

Perseteruan dalam satu negara akibat adanya dua kubu yang cukup kuat dan berbeda keinginan ini dimanfaatkan oleh negara-negera lain serta pihak-pihak yang juga memiliki agenda tersendiri. Sang Kardinal yang didukung oleh Spanyol dengan dalih penyebaran agama, melawan Sang Raja yang didukung oleh ‘saudara’ mereka, Kerajaan Inggris. Namun Kardinal Richelieu merupakan sosok yang sangat cerdik disamping kelicikan serta kekejaman yang ia terapkan dalam mencapai tujuannya. Dengan memanfaatkan jaringan mata-mata yang tersebar di dalam badan pemerintahan Perancis maupun Inggris, beliau merencanakan agar terjadi perpecahan dalam persekutuan antara Perancis dann Inggris. Rencana ini muncul setelah tercium adanya skandal antara Ratu Perancis dengan Duke of Buckingham – perwakilan resmi Ratu Inggris yang menangani hubungan mereka dengan Perancis. Karena melibatkan hubungan rahasia tingkat tinggi, rencana ini harus dijalankan dengan sangat hati-hati, guna menjerat para korban dalam perangkap yang tak dapat disangkal.

Tanpa terduga, kemunculan d’Artagnan sebagai anggota baru dan termuda dari pasukan Musketri, yang masih dalam masa percobaan, justru merupakan awal akan terbongkarnya konspirasi antara dua negara. Dengan semangat menggebu-gebu serta sifat selalu ingin tahu, sekaligus latar belakang dirinya yang bukan dari golongan bangsawan kelas atas, membawa d’Artagnan pada perkenalan dua oarang wanita cantik yang menarik hatinya. Yang satu nantinya menjadi musuh yang dikejar karena memiliki sifat bagai ular berbisa, yang satu lagi merupakan korban yang berhasil diselamatkan oleh d’Artagnan, hingga akhirnya menjadi korban tipu-daya wanita yang sakit hati atas perlakuan d’Artagnan, dan melakukan balas dendam yang keji. Dengan cerdik dan memanfaatkan semangat petualangan serta alasan untuk membela kepentingan masing-masing, perburuan, petarungan, pembunuhan serta balas dendam demi kehormatan, kisah ini dijalin dengan melibatkan tokoh-tokoh yang memiliki karakter serta latar belakang yang sangat menarik. Jika di awal kisah sosok d’Artagnan menjadi sorotan, secara perlahan, pembaca dibawa untuk membuka tabir serta selubung rahasia yang terjalin di antara masing-masing karakter.

Adapun judul The Three Musketeers yang memberikan gambaran perjalanan kehidupan penuh petualangan para tersohor musketri Athos, Porthos dan Aramis, sekaligus memberikan jalan pembuka bagi kisah pemuda d’Artagnan yang akan berlanjut dalam serial d’Artagnan Romances. Melalui karakter d’Artagnan sebagai penghubung kisah, sorotan pada siapakah Athos, Aramis serta Porthos, bagaimana latar belakang kehidupan mereka sebelumnya, dan bagaimana masing-masing akan memiliki peran penting pada kelanjutan kisah hingga akhir. Dumas yang juga terkenal lewat karya lainya The Count of Monte Cristo – sebuah kisah perjuangan hidup serta balas dendam yang merupakan vendetta terhadap keluarga orang-orang yang telah menyakitinya, sekali lagi menunjukkan kepiawiannya dalam mengolah fakta sejarah menjadi fiksi penuh petualangan, skandal, konspirasi dengan bumbu romansa yang menggelitik, sarat dengan kritikan terhadap kehidupan bangsawan serta keluarga kerajaan. Edisi terjemahan ini juga cukup memadai dan mampu menyajikan secara penuh karya klasik dunia bagi para penikmat bacaan klasik di Indonesia. Dan alangkah baiknya seandainya kelanjutan kisah ini yaitu Twenty Years After dan The Vicomte of Bragelonne : Ten Years Later juga bisa disajikan dalam edisi terjemahan Indonesia, untuk memperkenalkan lebih banyak karya klasik penulis dunia, terutama karya-karya Alexandre Dumas yang sangat memikat ini.

~ also read the English version and check on my review at : The Three Musketeers ~
[ more about the author, books, and related adaptations, check on here : Alexandre Dumas | The Three Musketreers | Movies Adaptation (1993) | Movies Adaptation (2011) | All Movies Adaptation ]

Best Regards,

Wednesday, January 16, 2013

Books "RASPUTIN'S DAUGHTER"



Judul Asli : RASPUTIN’S DAUGHTER
By Robert Alexander
Copyright © 2006, R.D. Zimmerman
Penerbit Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Rahmani Astuti
Editor : Dian Pranasari & M. Sidik Nugraha
Cetakan I : Desember 2012 ; 404 hlm
[ Review in Indonesia and English ]

Nama Rasputin dikenal sangat erat kaitannya dengan kehidupan penguasa Kerajaan Rusia terakhir : Tsar Nicholas II yang mengalami nasib tragis, dieksekusi sekeluarga pada tanggal 16 Juli 1918. Berbagai kisah dan versi selalu menggambarkan diri Rasputin sebagai penyebab kejatuhan Imperium Rusia, dan ia juga yang berada di balik kematian keturunan terakhir keluarga Romanov, hingga legenda Putri Anastasia yang selamat dari pembantaian turut mewarnai kisah-kisah keluarga kerajaan Rusia ini. Namun dalam kisah berikut, pembaca akan dibawa menelusuri kehidupan Rasputin sebagai manusia biasa, melalui penuturan sang putri yang selamat dan melarikan diri dari Rusia, sebuah fiksi dengan latar belakang sejarah yang terekam dalam catatan Seksi Ketigabelas, akan memukau sekaligus membuat kita tercengang, dan bertanya-tanya, seberapa besar keakuratan sejarah dari kisah berikut.

Friday, December 28, 2012

Books "GINKO"



Books “GINKO”
Judul Asli : BEYOND THE BLOSSOMING FIELDS
Published by  Alma Books, London, 2008
Copyright © Jun’ichi Watanabe, 1970
Translate from Japan by Deborah Iwabuchi & Anna Isozaki from original tittle ‘Hanauzumi’
Penerbit Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Istiani Prajoko
Editor : Anton Kurnia & Dian Pranasari
Cetakan I : Oktober 2012 ; 576 hlm

[ Period : at the end of 19 Century ; Meiji era ] ~ [ Setting : Japan ] ~ [ History : Ginko Ogino – the first female doctor di Japan ]

Kisah perjuangan seorang wanita demi mencapai Impiannya, bukanlah suatu hal yang baru. Namun jika ia juga harus melawan arus deras dan kuat, berupa adat-istiadat, pola pikir masyarakat kuno serta prasangka, sangatlah berat hal itu untuk dilaksanakan. Terlebih jika hanya seorang diri, tanpa ada teman atau pun keluarga yang mau memahami Impian tersebut. Ginko Ogino adalah wanita muda yang menderita akibat penyakit kelamin yang ditularkan oleh sang suami. Yang membuat dirinya berbeda, ia memiliki harga diri yang tinggi sehingga tidak bersedia menerima begitu saja nasib buruk yang ditimpakan kepadanya.  Ia memilih bercerai, menimbulkan gunjingan buruk tentang dirinya (padahal ia adalah korban, bukan pelaku kejahatan) dan sembari mengisi waktu, ia menekuni ilmu-ilmu yang didapatkan dari berbagai bacaan, dan hal ini juga disoroti oleh masyarakat karena tidak pantas seorang wanita banyak menghabiskan waktu dengan membaca (wah, beruntung sekali diriku tidak hidup di jaman seperti ini).

~ Ginko Ogino ~ [ source ]
“...memandang perempuan hanya dari kemampuannya menghasilkan anak tanpa melihat nilai-nilai lainnya adalah penghinaan. Suaminya tidak hanya merusak kesehatannya, tetapi juga telah merampok harkatnya sebagai perempuan. Masyarakat tidak akan menganggapnya sebagai perempuan sejati. Yang dilakukan semua laki-laki hanya meminta maaf. Lantas bagaimana dengan perempuan ? Menerimanya sebagai takdir dan menyerah begitu saja ?” [ p. 34-35 ]

Pada awalnya Gin – panggilan akrab dari keluarganya, tidak memiliki bayangan khusus apa yang akan ia lakukan setelah bercerai. Keberadaan dirinya di kediaman orang tuanya tidak lain karena kebaikan sang ibu yang menaruh iba atas kondisinya. Sedangkan saudara-saudaranya, terutama yang tertua, tidak ambil pusing dengan kondisinya, bahkan turut menganggap Gin telah mencoreng nama keluarga Ogino. Hingga suatu hari, ketika ia dan sang ibu berobat ke rumah sakit khusus di Tokyo, sebuah pengalaman tak terlupakan terjadi pada diri Gin, yang akan merubah masa depannya. Gin menderita ‘gonorrhea’ penyakit kelamin yang belum ada penyembuhannya pada waktu itu. Berbekal saran serta surat pengantar dari dokter keluarganya, Dr. Mannen, Gin ditemani sang ibu, berobat pada dokter Sato yang dikabarkan mampu menyembuhkan penyakitnya. 

[ source ]
Dr. Sato adalah dokter yang mempelajari ilmu pengobatan ala Barat, namun pendekatan dan cara pemeriksaan yang ia lakukan pada sang pasien, justru membuat Gin trauma dan merasa dilecehkan. Rasa malu yang tak tertahankan setiap kali dilakukan pemeriksaan oleh para dokter itu yang mendorong Gin memiliki Impian baru : ia ingin menjadi seorang dokter wanita demi membantu wanita-wanita lain yang berada pada posisinya sebagai korban kaum pria. Sebuah cita-cita yang luhur, namun bisakah ide tersebut diterapkan saat tiada satu hal pun yang bisa mendukung terwujudnya hal itu ??  Melalui sahabat-sahabatnya, Dr. Mannen serta putrinya Ogie, ia memutuskan meneruskan pendidikan untuk menjadi seorang dokter. Ini berarti ia harus menentang keluarganya, dan pergi seorang diri ke kota demi cita-citanya. 

Jangan membayangkan bahwa Gin langsung mendaftar masuk sekolah kedokteran. Pertama-tama ia harus lulus pendidikan formal, yang berarti mencari guru yang bersedia membimbingnya (ingat pada jaman ini, tidak ada pendidikan lanjutan apalagi sekolah bagi kaum perempuan). Kemudian jika ia dinyatakan lulus, maka barulah ia diperbolehkan mendaftar di sekolah kedokteran. Kesulitan-kesulitan  awal dirasakan oleh Gin, jauh dari semua kenalannya, tiada support dana yang memadai, ditambah dengan sang guru yang berniat memperistri dirinya ... Namun Gin tak kenal lelah, berusaha sekuat tenaga mencari jalan keluar setiap permasalahan yang harus dihadapi. 

Dan ketika usaha memasuki sekolah kedokteran akhirnya diijinkan oleh pihak berwenang (meminta ijin masuk sulit luar biasa), pengalaman Gin sebagai satu-satunya perempuan di sekolah yang berisi kaum pria, diganggu, dihina, hingga dilecehkan (terutama jika ia hendak ke kamar kecil, yang tersedia hanyalah urinal bagi kaum pria), bahkan diancam diperkosa beramai-ramai oleh gerombolan yang tidak senang akan kehadirannya.   

[ source ]
Saat membaca bagaimana Gin berusaha mempelajari anatomi tubuh manusia, dirinya yang tak pernah tahu tentang hal ini, ditambah dengan ilustrasi yang digambarkan oleh seniman, cukup unik jika hati digambarkan seperti sebuah payung, dan rahim bagaikan alat pemetik dawai samisen (lumayan lucu membayangkannya), dan guna mengetahui posisi organ-organ tubuh manusia, ia harus mencoret-coret tubuhnya sendiri dengan tinta dan kuas, serta berhadapan dengan cermin. Bahkan demi mempelajari bagian-bagian tulang, ia dan beberapa temannya harus membongkar dan mencuri dari pemakaman. Jangan harap ada sesi bedah anatomi bagi para siswa sekolah kecil seperti yang dimasuki oleh Gin, karena hal tersebut hanya diperuntukan bagi para ahli bedah ternama atau universitas terkenal. Saat-saat inilah Gin mulai membandingkan perbedaan nyata antara perkembangan ilmu kedokteran Barat dengan cara tradisional yang serta tertutup.
 
Penulis mampu menyajikan dengan baik gambaran kehidupan sosok Ginko Ogino, lewat narasi dan sudut pandang Ginko, seakan-akan ia sendiri yang mengisahkan perjalanan serta pergulatan dalam hidupnya. Halangan demi halangan, tiada henti menghadang setiap langkahnya. Kesulitan mencari guru, kesulitan memasuki sekolah, kesulitan untuk belajar sembari mancari nafkah bagi kebutuhan hidupnya, kesulitan memperoleh ijin praktek dari pemerintah– meski ia termasuk salah satu lulusan dengan nilai terbaik. Saat ia sudah bisa membuka praktek pribadi, kesulitan meyakinkan pasien untuk berobat pada seorang dokter perempuan, dan kesulitan menemukan pasien yang bisa membayar biaya-biaya pengobatan. Semua cobaan diterima dan dijalani tanpa kenal lelah. Hingga Ginko berkenalan dengan agama Kristen. Dan jatuh cinta pada pemuda yang usianya jauh lebih muda 13 tahun dari dirinya. Sebuah kisah kehidupan seorang perempuan yang penuh dengan lika-liku, dan kini namanya tercatat dalam sejarah dunia karena telah membuka jalan bagi kaum perempuan untuk bebas memilih jalan hidupnya sendiri.



My Random Though :
It’s a touching stories about woman named Ginko Ogino, who like others women live in Meiji’s era, struggling between her life, dreams and the right as human-being. Ginko’s life start when her engagement with wealthy and powerful family. Married with the heirs and give a honorable named for her family, but her dreams was ‘crushed’ when her husband give her ‘Gonorrhea’ – a dissease that infected most of the woman in those era, without proper medication or even knowledge how to cure it. Being sick for almost two years, deglected by her husband family’s and treated as a common servant, Ginko decided to runaway, walking with fever to her parents. Her coming home without proper announcement, makes the entire village’s fill with negative-issue. If not because her mother’s care, she will immediately sent-back to his husband.

Ginko’s mind changes through her suffer in marriage that not like her dreams as a young bride. And she persisted not coming-back to her husband, despite all ‘the-talking’ among villager. With her mother helps, she divorce and offiacially separeted with her husband. Ginko had to live the hummilation and negative-talks about her being single, ‘cause she cannot have a child for the heir her husband’s family. She really angry and heart-broken, when the guilty one : her husband, who give her dissease that cannot be cure and makes her infertile too, can escape from all the negative accusasion. But Ginko never want to be treated as a victim. She choose to reach another life, but that was a hard thing to do because of her condition.

Her life becoming very different when she had to face an ugly-discourage-exploitation and sexual hummiliation, when being treated di Tokyo’s Hospital. That traumatic episode, makes her thinking, what if there is a female doctor who examine and treating all the female victim / pasient not only with the cure but also gentle approach and honor their dignity as a woman. Her dreams become more and more stronger while she facing the suffer on the treatment in those hospital. And when she finally makes her mind, she had through all the hardest way to pursue her dreams. Rejected by her family because her action consider as traitor and dishonor family’s named, rejected by the society who thinks woman never had to be smart, reads a lot or even go to school and gets high education. This is a true story about Ginko Ogino – the first female doctor in Japan, who had suffer, through hummiliation and sexual harrasment almost all her life, to open a door for women’s rights in Japan, to get recognise as a human-being and an equal position in life.     

Tentang Penulis :
[ source ]
Junichi Watanabe dilahirkan di Hokkaido, Jepang pada tahun 1933. Dia mulai tertarik menulis semasa di bangku sekolah menengah. Ketika menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Sapporo, dia bereksperimen dengan tulis-menulis dan mulai menerbitkan tulisannya di sejumlah majalh sastra. Setelah lulus sebagai seorang dokter, dia sempat membuka praktek sebagai ahli bedah ortopedi, tapi kemudian memilih untuk mengundurkan diri, hijrah ke Tokyo dan menekuni dunia menulis sepenuhnya.   

Maka mulai tahun 1969, dia dikenal sebagai penulis yang produktif dan karya-karyanya mayoritas berupa novel biografis  dan berlatar belakang dunia kedokteran, seperti ‘Hanauzumi’ (judul asli buku ini) dan 'Shitsuraken' (A Lost Paradise) yang menjadi salah satu buku laris di Jepang dan negara Asia lainnya. Ia telah menghasilkan lebih dari 50 novel, beberapa di antaranya telah diadaptasi ke layar lebar. Berbagai penghargaan dalam bidang sastra dan penulisan juga diterimanya, antara lain Naoki Prize (1970) untuk novel ‘Hikari to kage’ (Light and Shadow) serta Eiji Yoshikawa Prize (1979) untuk novel ‘Toki rakujitsu’ (The Setting Sun in the Distance)

[ more about the author and his related works, check on here : Jun'ichi Watanabe | IMDb | Ogino Ginko  ]

Best Regards,