Books “PANGERAN BAHAGIA”
Judul Asli : THE HAPPY PRINCE & OTHER STORIES
Copyright © Oscar Wilde, 1888
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Risyiana Muthia
Editor : Dian Pranasari
Proofreader : Adi Toha & Dinar Ramdhani Nugraha
Cover by IG Grafix
Cover Illustration by Charles Robinson [ from The Happy
Prince & Other Stories by Oscar Wilde ; published by David Nutt, Londin,
1888
Cetakan I : April
2011 , 108 hlm
Mengenal nama Oscar Wilde lewat karyanya The Picture of
Dorian Gray serta karya lakonnya yang sangat menggelitik The Importance of
Being Earnest, ternyata rasa humornya yang unik dan terbilang ‘satir’ serta
kejeliannya dalam menyoroti sifat serta karakter manusia, juga muncul dalam
buku yang merupakan kumpulan cerita pendek ini. Awalnya kuduga ini sekedar
dongeng kanak-kanak belaka, namun setelah membaca satu demi satu, sungguh
mengejutkan, dibalik permainan dongeng serta legenda yang menakjubkan, tersembunyi
pesan-pesan yang cukup ‘blak-blakan’ bagi pembaca anak-anak atau remaja.
Berisikan lima cerita pendek, dimulai dengan Pangeran
Bahagia (The Happy Prince), Bunga Mawar dan Burung Bulbul (The Nightingale
& The Rose), Raksasa Yang Egois (The Selfish Giant), Teman Yang Setia (The
Devoted Friend), dan ditutup dengan Roket Yang Luar Biasa (The Remarkable
Rocket). Diantara kelima kisah tersebut, ada dua yang sangat menyentuh hatiku,
kisah The Happy Prince dan The Selfish Giant. Sedangkan kisah The Nightingale
& The Rose serta The Devoted Friend menyoroti tema pengorbanan serta
perjuangan akan Cinta Kasih yang justru sering diabaikan oleh pandangan umum,
terlebih jika mereka berfokus pada kepentingan pribadi semata, tanpa pernah
memandang sisi lain dari kemurahan serta besarnya nilai pemberian secara tulus
: dalam hal ini bukan berupa benda melainkan Kasih. Kisah yang terakhir The
Remarkable Rocket, menunjukan ciri khas penulis yang mampu menghadirkan gaya
humor satir yang menggelitik sekaligus mampu ‘menohok’ sikap jumawa dan tak
pernah memperdulikan perasaan pihak lain.
[ source ] |
Kisah pertama merupakan salah satu kisah yang sangat
dikenal dan telah diadaptasi ke layar lebar, drama maupun adaptasi musikal.
Pangeran Bahagia berkisah tentang persahabatan yang terjalin antara sebuah
patung pemuda yang sangat indah dan dihiasai batu permata, dengan seekor burung
walet. Meski dipuja dan dielu-elukan sebagai hasil karya yang sangat indah,
patung tersebut ternyata tidak bahagia, ia capkali menangis karena melihat
penderitaan dan kemiskinan yang menimpa manusia-manusia yang terlupakan. Tiada
yang melihat penderitaan mereka, bahkan kesedihan sang patung, hingga seekor
burung yang secara kebetulan sedang singgah di kota tersebut. Dengan bantuan
sang burung, patung sang pangeran ‘melucuti’ batu permata, berlian dan emas
dari tubuhnya untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Entah mengapa,
kisah ini seakan mengingatkan diriku akan pengorbanan Putra Allah : Yesus yang
memberikan seluruh raga serta jiwanya bagi kepentingan dan keselamatan manusia.
Sedangkan peran burung walet, bisa jadi merujuk pada diri kita masing-masing,
apakah kita ‘memperhatikan’ kesedihan sang pangeran, dan bersedia berkorban
membantu penyelamatan kaum terlupakan ? Hingga tiba saatnya sebuah imbalan
besar menanti, diangkat dan diletakan berdampingan di surga di sisi Bapa ...
[ source ] |
Demikian pula kisah tentang Raksasa yang Egois, yang
memiliki sebuah taman luas nan indah yang menarik perhatian dan kedatangan
kanak-kanak untuk bermain dengan riang gembira, hingga Raksasa yang terganggu
itu membangun tembok tinggi mengelilingi taman dan menutupnya dari kunjungan
mereka. Sikap tidak mau berbagi merupakan tema utama yang memberikan
pembelajaran bahwa jika kita mau menerima berkat serta karunia yang berlimpah,
kita juga harus melakukan hal yang sama. Jika kita selalu menutup diri, hati
dan pikiran terhadap semua masukan, maka lama-lama tidak ada lagi yang ‘bersedia’
masuk untuk membuat kita bertumbuh dan berkembang. Prinsip ini bisa kuibarat
bagai air yang mengalir, selama tidak ada hambatan yang menyumbat, maka aliran
akan lancar untuk menghidupi semua makhluk yang ada, tetapi jika ada yang
sengaja ‘menampung’ demi kepentingan pribadi dengan menyumbatnya, lama kelamaan
sumber serta aliran itu akan kering dengan sendirinya. Dengan menggunakan
perumpaan kehadiran sosok kanak-kanak ajaib yang membuka pikiran sang Raksasa,
tak pelak lagi, penulis sekali lagi merujuk pada kehadiran bayi Yesus
(perwujudan bocah yang memiliki luka-luka pada tangan dan kakinya, merujuk pada
pemikiran ini). Kiranya penulis masih memiliki rasa keyakinan kuat sebagai
bangsa Irlandia hingga menuliskan kisah ini.
"Who hath dared to wound thee?" cried the Giant; "tell me, that I may take my big sword and slay him.""Nay!" answered the child; "but these are the wounds of Love.""Who art thou?" said the Giant, and a strange awe fell on him, and he knelt before the little child.And the child smiled on the Giant, and said to him, "You let Me play once in your garden, to-day you shall come with Me to My garden, which is Paradise."
Melalui rangkaian kisah yang cukup singkat, sekali lagi
Oscar Wilde menunjukkan sosok dirinya sebagai penulis yang memiliki bakat unik
untuk menangkap serta menyajikan berbagai aspek kehidupan manusia dengan
pesan-pesan moral yang sangat lugas, terkadang cenderung blak-blakan, namun
tetap memiliki kesan tersendiri serta keindahan yang membuatnya tak mudah untuk
dilupakan. Jarang sekali penulis yang bisa mengungkapkan kebobrokan moral serta
rusaknya jiwa-jiwa manusia dengan sedemikian indah. Dan sekali lagi, ini
bukanlah bacaan untuk anak-anak, kecuali mereka disertai pendamping yang mampu
memberikan penjelasan akan pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Tetapi
bisa juga kisah ini lebih tepat dibaca oleh kalangan anak-anak yang masih muda
dan polos, terkadang manusia dewasa justru sulit ‘melihat’ pembelajaran yang
terang-terangan terbentang di hadapannya, sebagaimana sosok Tikus Air dalam
kisah The Devoted Friend, atau terwakili dalam sosok Roket yang jumawa (^_^)
Tentang Penulis :
Oscar Wilde (1854 – 1900), lahir di Dublin, Irlandia
dengan nama lengkap Oscar Fingal O’Flahertie Wills Wilde, adalah sosok
sastrawam legendaris yang bukan saja dikenal karena karya-karyanya yang unik,
tetapi juga karena perjalanan hidupnya yang cukup kontroversial. Berasal dari
keluarga terpandang, ayahnya Sir William Wilde adalah ahli bedah ternama, dan
ibunya merupakan penulis yang menggunakan nama pena ‘Speranza’. Oscar
mempelajari sastra klasik di Trinity College, Dublin dan Magdalena College,
Oxford. Semasa menjadi mahasiswa, ia cukup dikenal memiliki kemampuan cemerlang
dalam menghasilkan karya-karyanya, bahkan pernah memenangkan Newdigate Prize
untuk puisi berjudul : ‘Ravenna’. Kumpulan puisi pertamanya, Poems, terbit pada
tahun 1881. Setahun kemudian ia melakukan perjalanan ke Amerika untuk mengajar
di sejunlah universitas selama 1 tahun. Kemudian ia memilih tinggal di London,
Inggris dan menjadi editor sejumlah majalah perempuan terkemuka pada masanya.
Setelah menikah dengan Constance Lloyd pada tahun 1884,
ia menerbitkan rangkaian buku cerita bagi para pembaca muda serta anak-anak
(sesuatu yang merupakan niat awal untuk menulis kisah bagi anak-anaknya). Dan
ini disusulkan dengan kelahiran karya lain yang menarik perhatian umum. Dimulai
dari The Picture of Dorian Gray (1890, novel, dan telah diadaptasi ke layar
lebar); Lord Arthur Saville’s Crime (1891, kumcer); Lady Windermere’s Fan
(1892, lakon); A Woman of No Importance (1893, lakon); An Ideal Husband (1895,
lakon) dan The Importance of Being Earnest (1895, lakon, dan telah diadaptasi
ke layar lebar). Selain itu, ia sangat produktif dalam menghasilkan karya-karya
berupa cerpen, novel, puisi, esai dan lakon. Hingga kini dunia mengenalnya
sebagai salah satu penulis paling flamboyan yang menjadi inspirasi bagi para
kolega serta penulis lainnya.
Kehidupan pribadinya yang dianggap kontroversial pada
masa itu, muncul ketika ia diketahui terlibat dalam hubungan homoseksual, yang
berdampak pada hukuman penjara pada tahun 1895 selama dua tahun. Setelah
akhirnya bebas, ia dalam kondisi terburuk, miskin dan lemah, sehingga ia
memutuskan untuk hijrah ke Prancis sebagai penulis eksil hingga akhirnya
meninggal dunia 3 tahun kemudian. Selama di Prancis, ia tetap menulis dengan
menggunakan nama samaran Sebastian Melmoth. Salah satunya berupa autobiografi
dalam bentuk surat menyurat dengan sahabatnya, Lord Alfred Douglas, berjudul De
Profundis, yang baru dipublikasikan lima tahun setelah kematiannya dan
diterbitkan ulang di tahun 1962 dengan judul The Letters of Oscar Wilde.
[ more about this author and related works, just check on
here : Oscar Wilde | Wilde’s Works | on Wikipedia | on Goodreads | on IMDb ]
Best Regards,
No comments :
Post a Comment