WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Showing posts with label Perancis. Show all posts
Showing posts with label Perancis. Show all posts

Friday, June 29, 2012

Books "THE COUNT OF MONTE CRISTO" ( Part II )



Judul Asli : THE COUNT OF MONTE CRISTO
Copyright © Alexandre Dumas
Penerbit Bentang
Alih Bahasa : Nin Bakdi Soemanto
Editor : Dhewiberta
Cover by Edi Jatmiko
Cetakan I : Maret 2011 ; 568 hlm 

~ Part II : Story about Count of Monte Cristo ~ 


Edmond Dantès yang hanya dikenal sebagai Tahanan No. 34 dinyatakan telah tewas. Peristiwa percobaan pelariannya yang tidak dipublikasikan bagi khalayak umum, ternyata justru membuat tubuhnya terbuang ke dasar lautan yang dalam, terbungkus rapat dalam pembungkus mayat yang terikat erat dengan pemberat besi. Maka tiada lagi yang mengingat keberadaan pemuda itu, hanya satu-dua orang saja yang masih menyimpan kenangan akan dirinya.

"Hatred is blind; rage carries you away; and he who pours out vengeance runs the risk of tasting a bitter draught."

Setiap orang yang pernah berkenalan atau mengetahui tentang Dantès telah menjalani kehidupan masa depan masing-masing. Garpard Caderousse, mantan tetangga kediaman Louis Dantès, ayahanda Edmond, mengetahui persis hal-ikhwal tentang keluarga tersebut, hingga kematian sang ayah dalam penderitaan karena kehilangan putra satu-satunya. Ia juga mengetahui dan terlibat secara tidak langsung dalam upaya menjebak Dantès – sesuatu yang sangat disesali seumur hidupnya. Dan ia tak mengetahui bahwa segala perbuatannya akan mendapat balasan yang setimpal, mulai dari pemberian sebutir berlian yang sangat mahal, sebuah warisan tak terduga dari almarhum Edmond Dantès, yang membawa kehancuran rumah tangganya dan menjadikan dirinya sebagai buronan, terlibat dalam berbagai tindakan kriminal lainnya.

Monsieur Morrel, mantan majikan Dantès yang sangat memperhatikan pemuda itu, bahkan berjuang demi kebebasannya tanpa henti, hingga ia sendiri terlibat dalam masalah pelik, perusahaannya terancam bangkrut, para kreditor berdatangan menagih janji, hutang menumpuk membayang pada masa depan keluarganya, hanya karena kebaikan dan kemurahan hati beliau di masa lalu yang mencegah sebagian orang untuk mendesak dirinya lebih lanjut. Monsieur Morrel khawatir akan aib yang akan menimpa pula pada keluarganya, istri serta kedua anaknya Maximillian dan Julie. Dan tanpa diduga, disaat terdesak, di saat beliau memutuskan bunuh-diri adalah jalan keluar yang terbaik bagi keluarganya, datang bantuan tak terduga dari ‘malaikat-pelindung’ (demikian putra-puti Morrel menyebutnya) yang menyelesaikan semua masalah.

Di tempat lain, Mercédès, tunangan dan kekasih Dantès yang ditinggalkan, menunggu sekian lama, hingga akhirnya setelah Louis Dantès meninggal dunia, beberapa bulan kemudian ia akhirnya menerima lamaran Fernand Mondego yang juga sekian lamanya menanti dengan penuh kesabaran. Berkat perkembangan karir yang pesat, maka tak berapa lama sosok nelayan miskin dari Catalan berhasil mengganjar dirinya dan mengangkat nama keluarganya menjadi seorang bangsawan bergelar Count of Morcerf. Mercédès yang sekarang bergelar Lady of Morcerf tetap menyimpan kenangan akan Edmond Dantès di dalam hatinya yang terdalam. Dan kini ia mencurahkan waktu dan kasihnya untuk membesarkan serta mendidik putra tunggal mereka yang bergelar Viscount Albert Morcerf – pemuda tampan, periang dan pemberani, terkadang cenderung bertindak tanpa hati-hati, namun ia memegang teguh ajaran sang ibu untuk bersikap jujur dan menegakkan kebenaran.

“It is the way of weakened minds to see everything through a black cloud. The soul forms its own horizons; your soul is darkened, and consequently the sky of the future appears stormy and unpromising” 

Meski demikian sebagaimana anak muda, Albert suka bersenang-senang dan bertualang. Pada salah satu petualangannya di Italia bersama sahabatnya Franz de Quesnal – Baron dari Epinay, ia terjebak dan diculik oleh mafia Italia yang terkenal di bawah pimpinan Luigi Vampa. Nasibnya akan bertambah parah, seandainya saja tak muncul seorang penolong yang baru mereka kenal beberapa hari sebelumnya, seorang bangsawan aneh bernama Count of Monte Cristo. Karena berhutang nyawa, Albert berusaha membalas budi, namun sang Count hanya meminta bantuan untuk melancarkan jalannya memasuki dunia kelas atas, apalagi beliau mengaku bahwa sebelumnya tinggal di kepulauan terpencil, Pulau Monte Cristo. Meski tampak misterius dan menyimpan rahasia, Albert menyanggupi permintaan sang Count, apalagi melihat kekayaan beliau yang sangat luar biasa. 

Tak berapa lama, pada saat yang ditentukan, nama Count of Monte Cristo mulai dikenal di kalangan para bangsawan, dengan perkenalan melalui keluarga Morcerf yang diwakili oleh Viscount Albert de Morcerf. Beliau juga dikenal dan diterima oleh keluarga Baron Danglars yang terkenal akan kekayaannya yang terus meningkat berkat kepandaian melakukan spekulasi di bidang saham. Dan tidak berapa lama kemudian, Count of Monte Cristo juga berkesempatan berkenalan dengan Gerald de Villefort – penuntut umum negara yang terkemuka,  saat pelayannya berhasil menolong Helȯise de Villefort beserta putra tunggalnya Edouard, dari bahaya akan terbaliknya kereta yang ditumpangi saat kuda-kuda penariknya mendadak ‘mengamuk’. 

Pertemuan pertama, menjadi berkelanjutan pada pertemuan kedua dan berikutnya. Masing-masing pribadi, memiliki kepentingan sendiri-sendiri, tetapi entah bagaimana, bisa terjalin suatu hubungan yang tak terlihat pada awalnya, yang membuat mereka saling terkait dan tanpa sadar menggantungkan sebagian masa depan mereka pada beberapa orang tersebut. Kelima keluarga yang memegang peranan penting, keluarga Danglars, keluarga Morcerf, keluarga Villefort dan keluarga Morrel, saling terhubung lewat peranan sosok Count of Monte Cristo yang serba misterius dan mengundang rasa ingin tahu lebih dalam.  

“Moral wounds have this peculiarity - they may be hidden, but they never close; always painful, always ready to bleed when touched, they remain fresh and open in the heart.”

Kesan : 
Kelanjutan kisah perjalanan Edmond Dantès sebagai Count of Monte Cristo sungguh sangat menarik. Dengan melakukan penyelidikan ala detektif, menyamar menjadi beberapa sosok yang berbeda, ia mampu menggali keterangan serta memancing berbagai informasi yang digunakan sebagai pelengkap atas penyusunan skenario peristiwa yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, sebelum ia ditahan atas tuduhan yang tak pernah ia lakukan. Bukan sekedar sebagai detektif, boleh dikatakan ia menjadi sosok aktor hebat yang mampu berperan secara mahir manjadi orang yang benar-benar berbeda. 

Sebelum membaca kisah ini, diriku sudah membaca novel Dumas yang lain yaitu The Three Musketrees, buku pertama dari seri D'Artagnan Romances,  namun entah mengapa, meskipun petualangan yang dijanjikan tidak kalah hebatnya, ada perasaan janggal dalam membaca edisi terjemahannya. Dan untuk edisi terjemahan Count of Monte Cristo ini, tidak terlalu banyak ‘ganjalan’ yang timbul, justru keasyikan menikmati petualangan yang kian seru mendekati halaman-halaman terakhir. Boleh dikatakan menjelang separuh buku dapat terselesaikan hanya dalam waktu setengah hari saja (^_^) .... justru membuat reviewnya yang butuh waktu sehari penuh.

Mengapa butuh waktu lebih lama untuk membuat reviewnya, karena menjelang separuh bagian buku ini, kusadari bahwa isinya mayoritas berupa percakapan serta dialog yang bisa diibaratkan kita menyaksikan sebuah drama kolosal di atas panggung. Memudahkan kita sebagai pembaca dan penikmat cerita, namun bagaimana membuat review atas kisahnya tanpa melakukan ‘spoiler’ lebih besar ?? Nah, di sini tantangan baru yang membutuhkan sedikit waktu , memilah bagian-bagian yang patut dibagikan sekaligus masih menyimpan detail serta poin-poin penting yang tersimpan jika kita membacanya secara lengkap. 

Jangan khawatir akan ‘spoiler’ karena justru makna penting dan kejelasan akan kisah ini sengaja tdak kuungkapkan. Yang perlu kusampaikan bahwa jika saja novel-novel terbaru mampu memberikan sajian berupa drama, petualangan, romansa dengan ketegangan ala kisah suspense yang mendebarkan sekaligus mengundang rasa penasaran, maka boleh dijamin bukan hanya menjadi best seller tapi juga bakal menjadi kisah klasik beberapa abad kedepan. Perlu diingat bahwa kisah ini ditulis pada sekitar abad ke-18. Tema yang digunakan sebetulnya cukup simple, antara cinta dan benci, antara dendam dan balas budi, tapi penulis mampu meramunya dengan bumbu-bumbu yang pas sehingga adegan per adegan yang terpisah bagaikan dijalin menjadi sebuah kesatuan gambaran yang sangat luas dan menakjubkan. 

Penulis bahkan mampu menanamkan berbagai kesan serta pendapatnya, lewat berbagai dialog yang menunjukkan betapa rentannya jiwa manusia terhadap berbagai godaan akan iri, dengki, cemburu, serakah, dan dendam kesumat, dan pada akhirnya manusia pun harus mengandalkan pada kekuatan yang ada dalam diri masing-masing, kekuatan akan cinta kasih serta penerimaan akan diri sendiri justru merupakan sumber kekuatan yang tak ternilai dan mampu menghadapi berbagai macam badai kehancuran yang melanda. Dengan awalan yang menarik, perseteruan yang seru, dan diakhiri dengan ending yang sangat menyentuh, menjadi kisah ini salah satu bacaan klasik kesukaanku (^_^)

"Life is a storm, my young friend. You will bask in the sunlight one moment, be shattered on the rocks the next. What makes you a man is what you do when that storm comes. You must look into that storm and shout as you did in Rome. Do your worst, for I will do mine! Then the fates will know you as we know you.”

Note :
Dengan berbagai aspek yang mencakup pemikiran serta pemahaman sosok Edmond Dantès sebagai pemuda belia, memiliki pandangan jauh ke depan yang sangat positif serta semangat menggelora, hingga ia menjalani beratnya kehidupan dalam tahanan, dan mengatur rencana untuk balas dendam, membuat jaring-jaring yang tak terlihat yang menjerat satu persatu orang-orang yang menjadi sasarannya ... akan sangat menarik jika ada kesempatan untuk mengungkap dan mengulas pokok-pokok pemikirannya secara lebih mendalam. Mungkin pada waktu mendatang, akan kucoba mengupas lebih dalam tentang karakter masing-masing dalam kisah ini. Untuk sementara, inilah hasil review bacaan klasik sekaligus dalam rangka posting bersama tema gothic di bulan Juni 2012 bersama BBI (^_^)

Tentang Penulis : 


Alexandre Dumas ( 24 Juli 1802 – 5 Desember 1870 ), lahir di Picardy, Prancis. Ayahnya – Thomas-Alexandre Dumas, masih berdarah bangsawan, kemudian menjadi seorang jenderal dalam pasukan Napoleon. Namun, sang ayah meninggal saat ia masih berusia 4 tahun. Masalah keuangan membuatibunya : Marie-Louise Élisabeth Labouret, tak mampu menyekolahkan Dumas ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untunglah, Dumas gemar membaca. Dia melahap banyak buku dan menyerap berbagai pengetahuan melaluinya.  Ibunya pun kerap menceritakan kisah-kisah heroik sang ayah di masa pemerintahan Napoleon I. Kelak cerita-cerita inilah yang menginspirasi Dumas dalam menulis novel-novelnya. 

~The Count of Monte Cristo (2002) ~

Saat berusia 21 tahun, Dumas pindah ke Paris. Di sanalah dia mulai menghasilkan beberapa karyanya, dimulai dari naskah-naskah drama. Dia juga aktif dalam penulisan di berbagai media, dan mulai serius dalam penulisan novel. Novel-novelnya tetap terkenal hingga beberapa abad kemudian, diantaranya : Georges (1843). Three Musketeers (1844), The Corsican Brothers (1844), dan The Count of Monte Cristo (1845-1846). Karya-karyanya telah diterjemahkan di hampir 100 bahasa serta menginspirasi pembuatan tidak kurang dari 200 drama serta film layar lebar, serial televisi, maupun dalam bentuk komik manga serta animasi film. 

~ The Count of Monte Cristo versi Anime ~

Dalam kehidupan pribadinya, beliau terlibat hubungan dengan beberapa wanita, dan menghasilkan beberapa putra-putri. Salah satu putranya yang diberi nama sama, Alexandre Dumas Jr, juga mengikuti jejaknya sebagai penulis yang novelnya yang terkenal ‘The Lady of the Camellias’ 

Best Regards,
* Hobby Buku *

EVENT "POSTING BERSAMA BBI Juni 2012" dengan tema GOTHIC :

[ Linky is close ]
see the list on participants at here :
  1. HobbyBuku | The Count of Monte Cristo ( Part I )
  2. HobbyBuku | The Count of Monte Cristo ( Part II )
  3. Sulis | Danur
  4. Astrid | Miss Peregrines Home For Peculiar Children
  5. Alvina | Let The Right One In
  6. Dion | Dracula
  7. Fanda | Picture of Dorian Gray
  8. Ren | Dracula My Love
  9. Tezar | Dr. Jeckyll & Mr. Hyde
  10. Gea | Dalam Cengkeraman Iblis
  11. Melisa | Northanger Abbey
  12. Sekar W | Prince of Mist
  13. Peni | Never Ending Sad Story
  14. Made Melani | Dracula
  15. Dani | Frankestein

Tuesday, April 3, 2012

Books "NIGHT OVER WATER"


Books “MALAM DI ATAS LAUTAN“
Judul Asli : NIGHT OVER WATER  
Copyright © 1991 by Ken Follet
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : B. Sendra Tanuwidjaja
Cover by Eduard Iwan Mangopang
Cetakan ke-01 : Mei 2006 ; 568 hlm 

[ "Resensi buku ini dibuat dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Lomba Resensi Buku ReadingWalk.com" | source from Reading Walk's Library ]

Sinopsis :
Kisah dibuka dengan pemberangkatan pesawat Pan Clipper American – pesawat mewah pertama yang melayani penerbangan melintasi Lautan Atlantik, menyeberangi batas-batas Eropa dan Amerika. Pesawat ini menyediakan pelayanan kelas satu seperti yang diberikan pelayaran dengan kapal-kapal mewah, perbedaannya pada kecepatan dan waktu. Jika dengan berlayar dengan kapal mewah sekaligus, membutuhkan waktu 4 – 5 hari perjalanan tanpa gangguan cuaca buruk, sedangkan dengan pesawat itu hanya 25 – 30 jam melintasi Lautan Atlantik, membuat harga tiket yang hanya mampu dibeli oleh kaum bangsawan berada, bintang film ternama, pengusaha-pengusaha besar serta presiden dan pemimpin negara.

Dan pada penerbangan Pan Clipper yang ke-sembilan, berangkat dari Pelabuhan Southampton, Inggris menuju New York, Amerika Serikat, pesawat dengan penumpang dan para awak pesawat akan mengalami perjalanan yang tak terlupakan, perjalanan yang penuh bahaya dengan adanya berbagai konflik kepentingan pribadi dan keserakahan masing-masing pihak. Ada bangsawan yang melarikan diri dari tuduhan konspirasi,  anak yang berusaha bebas dari kungkungan orang tuanya, pencuri yang menghindari kejaran pihak berwajib, istri yang melarikan diri dari suaminya bersama pacar gelapnya,  ilmuwan jenius yang mencari kebebasan serta kejaran oknum-oknum Hitler, suami yang mengejar istrinya yang selingkuh dan kabur, kakak-beradik yang memperebutkan tampuk kekuasaan di perusahaan keluarga,  konspirasi rahasia yang melibatkan mata-mata dan simpatisan Hitler dengan awak pesawat yang keluarganya menjadi sandera guna memperalat kemampuannya di dalam pesawat … Maka penerbangan mewah tersebut bukanlah penerbangan yang nyaman, karena penuh dengan guncangan bukan saja cuaca buruk namun pertempuran hidup-mati melawan idealisme, keyakinan, dan memperjuangkan apa makna kehidupan masing-masing.

Beberapa karakter tokoh yang berperan penting dalam kisah ini :

Tom Luther
Pengusaha yang memiliki pabrik-pabrik yang memproduksi pakaian wol, meski berasal dari Amerika tapi ia memiliki pengalaman buruk dengan para penganut Komunis, terutama oranng-orang Yahudi yang menyebabkan usaha ayahnya jatuh-pailit. Hingga ia bertemu Raymond ‘Ray’ Patriarca – mafia organisasi kejahatan yang dijuluki “Public Enemy Number One” , dan lewat sosok ini ia berhasil membangun kembali kesuksesannya, menyingkirkan semua musuh yang berusaha menghalanginya. Dan sebagaimana budi-baik, maka ada saat untuk membalas semua ‘kebaikan’ itu, dan Tom Luther sebagai anggota Deutsch-Amerikaner Bund yang didanai oleh Nazi, bersedia mempertaruhkan nyawanya guna terlaksana sebuah misi penting.

Edward “Eddie” Deakin
Anak petani miskin yang haus pengetahuan, akhirnya mendapati dirinya berhasil memasuki ujian masuk Annapolis yang ketat, lulus dari Akademi Angkatan Laut dengan pujian dan berkat pengetahuan serta pengalaman yang bagus, ia mendapat penawaran pekerjaan dengan bayaran tinggi di Pan American Airways System. Dan  kini ia menjalani tugas sebagai teknisi pengawas pesawat mewah Pan American Clipper, tugas dan tanggung jawab berat karena ia harus memastikan kelaikan serta senantiasa mengecek kondisi pesawat yang menjalani rute penerbangan panjang. Tiada yang lebih menyenangkan bagi Eddie dengan menjalani tugas yang disukainya, namun ia juga sudah membayangkan hendak pensiun, berusaha meluangkan waktu bagi istri tercinta Carol-Ann yang sedang hamil. Hingga suatu hari ia mendapat telepon yang merubah hidupnya – ancaman atas keselamatan orang yang dikasihinya, atau dia menuruti perintah yang akan diberikan pada saat yang tepat. Eddie tidak tahu secara pasti apa yang harus dilakukannya, tapi melihat situasi yang dihadapinya, jelas hal tersebut bukanlah suatu tugas yang menyenangkan …

Harry Vandenpost aka Harry Marks
Putra tunggal dari seorang janda miskin yang berjuang mencari nafkah guna membesarkan anaknya hingga memperoleh pendidikan yang layak, dan karena ia dianugerahi dengan kecerdasan serta tampang menawan, maka kehidupan senantiasa ‘berbaik-hati’ padanya, meski ia dan ibunya masih dalam kondisi miskin. Hingga Harry jatuh-cinta pada perhiasan !!! Ia tergila-gila pada batu-batu permata, berlian, dan jalan satu-satunya adalah mencuri berbagai perhiasan para bangsawan yang didekatinya. Sasarannya adalah para wanita, mulai gadis bangsawan hingga para istri yang kesepian, ia mampu menjadi ‘teman yang baik’ hingga saat yang tepat untuk berkunjung di kediaman para bangsawan itu. Harry menikmati kehidupannya, hingga suatu kali ia salah langkah, berakibat pada penangkapan dirinya, persidangan, pembebasan dan pelarian dari kejaran balas dendam …

( Keluarga Oxenford )
Lord Oxenford – tuan tanah atas lahan yang luas yang merupakan warisan turun temurun, sangat membanggakan garis keturunannya dan memuja pemikiran Hitler, menganggap ras-ras di luar kulit putih tidak memiliki hak untuk menikmati kenyamanan dan kesuksesan ras murni, sehingga ia menjadi salah satu pendiri Serikat Fasis Inggris. Ia juga memiliki pemikiran orthodox tentang pendidikan bagi wanita, terutama bagi putri-putrinya, cukup mengetahui pengetahuan dasar sebagai calon istri bagi keturunan bangsawan lain. Ia memiliki impian bahwa suatu saat Hitler akan menunjuknya sebagai perwakilan di Inggris melawan para sosialis yang tak tahu malu dan memperjuangkan hak ras kulit putih di negara Inggris …

Lady Oxenford – merupakan putri keturunan bangsawan kelahiran Connecticut, Amerika, meski demikian ia tidak sebebas orang Amerika, lebih cenderung menyimpan pemikirannya sendiri dan tidak mau membuat keributan dengan suaminya, hidup dalam penyangkalan dan menutup mata atas tindakan keras-kepala suaminya, sehingga ia juga tidak bisa dekat dengan anak-anaknya. 

Elizabeth Oxenford – putri pertama berusia 21 tahun, semasa kecil dekat dengan saudaranya Margaret, hingga menjelang remaja, pola pemikiran yang berbeda membuat mereka sering berselisih paham ( adu argumentasi ). Ia putri yang penurut, penganut nilai-nilai tradisional kedua orang tuanya yang kaku, ultrakonservatif, setia pada kerajaan, buta terhadap gagasan-gagasan baru dan memusuhi segala jenis perubahan. Sifatnya tertutup, kikuk, dengan postur kurus dan jangkung, tidak terlalu cantik dan bersikap kaku pada setiap orang, sangat memuja propaganda Hitler.

Margaret Oxenford – berusia 19 tahun, putri kedua yang lincah, terbuka, menganut paham feminisme dan sosialis, suka mempelajari berbagai hal baru dan haus akan kebebasan serta menikmati perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga ia dianggap radikal dan pemberontak oleh keluarganya. Margaret berusaha mencari kebebasan, termasuk melarikan diri dari keluarganya. Tapi hal itu tak berjalan dengan mulus, mulai tersesat, dikira pelacur jalanan, ditahan dalam penjara, hingga diserahkan kembali kepada ayahnya yang mengurungnya dan membawanya pergi melintasi benua …

Percy Oxenford – satu-satunya putra Oxenford, meski tidak mengikuti aliran mana pun, ia sangat cerdas dan lincah, serta berandalan sejati meski baru berusia 14 tahun. Karena kebandelannya, ia sangat cocok dengan Margaret, bahkan ia satu-satunya yang mengerti dan bersimpati pada perasaan Margaret. Meski jauh lebih muda, Percy memiliki pemikiran sendiri dan kelak keberanian serta keteguhan hatinya justru membuatnya harus mengambil tindakan melawan bahaya yang mampu mengancam nyawanya …

( Pasangan Lovesey vs Mark Adler )
Mervyn Lovesey – pengusaha yang sukses, pria yang menarik dengan postur tinggi besar, kaya dan maskulin, bercerai dari istri pertamanya yang lari dengan pria lain dan membawa kedua putra mereka. Pada usia 38 tahun, setelah urusan perceraiannya selesai, ia segera menikah lagi dengan Diana, gadis cantik molek yang baru berusia 28 tahun. Ia sangat mencintai Diana dan memberikan segala kemewahan dan mengabulkan semua permintaan istrinya yang cantik itu…tanpa menyadari bahwa bukan itu yang diinginkan oleh istrinya. Dan ketika kenyataan buruk menghadang di depan matanya, ia bukan seorang penakut, maka ia pun berangkat memperjuangkan haknya dengan segala cara …

Diana Lovesey – wanita muda yang sangat cantik, mendapatkan apa yang menjadi idaman semua wanita, dinikahi pria tampan dan kaya, yang mencintainya dan memenuhi semua permintaannya, namun pada akhirnya ia justru mendapati dirinya sangat kesepian, tak mampu berkomunikasi dengan suaminya, karena sang suami tak mau memahami dirinya – apa kebutuhan utama yang diinginkannya : penghargaan serta perhatian bukan sekedar pemberian materi belaka. Dan setelah beberapa tahun pernikahan semu itu berlangsung, Diana menemukan seseorang yang mampu memuaskan rasa dahaga yang dirasakannya selama bertahun-tahun. Ia melakukan hubungan gelap dengan orang yang tak pernah dikenalnya dan hubungan itu berlanjut secara serius hingga membawa dampak pada keputusan berat yang harus diambilnya … segera !!!

Mark Adler – seorang penulis naskah komedi di radio di Los Angeles, Amerika Serikat. Saat sedang berlibur ke Inggris, tak disangka ia berjumpa wanita yang sangat menarik perhatiannya – wanita yang sudah bernikah namun tak bahagia. Dan perjumpaan singkat berbuntut menjadi pertemuan rutin, hubungan gelap yang semakin serius, perpanjangan waktu liburnya di Inggris, hingga tiba saat yang tak terelakkan – ia harus segera kembali ke Amerika. Maka dengan segala cara ia berusaha membujuk Diana – kekasih hatinya untuk mengikutinya ke Amerika, meninggalkan semua kehidupan lamanya, menuju kehidupan baru yang lebih menarik di Amerika.

( Kakak-beradik Black )
Nancy Lenehan – putri tertua, pemegang saham dan pemilik perusahaan raksasa Black’s Boots, berdua dengan adikknya Peter yang hanya berbeda 2 tahun, mereka adalah pewaris dan pengelola perusahaan keluarga yang dirintis oleh sang ayah dari kondisi sangat minim hingga akhirnya membuat mereka menjadi multi-jutawan. Nancy meskipun seorang wanita, tapi ia lebih cerdas dan memiliki ketajaman intuisi serta keberanian bertindak yang membuatnya sangat cocok sebagai pengganti sepeninggalan ayahnya. Tapi karena ia tak mau berselisih dengan Peter, yang sangat menginginkan posisi itu, ia bersedia hanya sebagai pendamping dan penasehat guna tetap menjaga kelangsungan perusahaan. Hingga pada usianya ke 40 tahun, ia mendapati dirinya harus mengambil tindakan drastis agar perusahaan itu tidak runtuh. Memaksa Peter yang telah membuat berbagai keputusan yang justru merugikan dan menggerogoti perusahaan, untuk mundur dan menyerahkan kendali kepemimpinan kepadanya. Dan saat ini mereka berdua sedang di Inggris, menunggu keberangkatan kapal untuk kembali ke Amerika sebelum pecah perang besar …

Peter Black – sebagai satu-satunya putra keturunan Black, ia sangat mengharapkan dirinya sebagai pewaris tunggal perusahaan, tapi sang ayah lebih sering memperhatikan masukan dari putrinya ketimbang dirinya, hingga saat ia meninggal, jika bukan karena belas-kasihan kakaknya ( yang justru membuatnya semakin membenci kakaknya ), maka ia tak akan pernah menjadi pemimpin di Black’s Boots. Dan kini di saat ia mengalami kesulitan, justru kakaknya mau menyingkirkan … membuatnya mengambil tindakan nekat guna menyelamatkan diri sekaligus menyingkirkan orang yang sangat dibencinya : kakak kandungnya. 

Kesan :
Pada musim panas 1939 saat Pan American meluncurkan Pelayanan Penumpang Udara yang pertama antara Amerika Serikat dan Eropa, merupakan penerbangan eksklusif Trans-Atlantik yang hanya berlangsung beberapa minggu, sebelum akhirnya dibatasi ketika Hitler menginvasi Polandia, dan akhirnya berbuntut pada pecahnya Perang Dunia I. Penulis mendapatkan ide untuk membuat kisah berdasarkan pesawat yang memang pernah ada, sehingga unsur historis dari kondisi-kondisi yang terjadi mampu membuat nuansa tersendiri, bukan sekedar kisah thriller-suspense biasa. 

Sebagaimana novel karya Ken Follet, yang selalu teliti dengan seting lokasi serta pemilihan waktu yang detil, penuh variasi, demikian pula dengan berbagai macam karakter yang dimunculkan, dari sekian banyak tokoh dengan latar belakang berbeda, namun mereka semua dijalin dalam suatu wadah yang membuat sebuah kisah akan interaksi antar manusia yang sangat menarik. Pertemuan berbagai jenis manusia, beda sosial, beda budaya, beda bahasa dan latar belakang, tapi semuanya memiliki kesamaan : masing-masing punya rahasia serta hasrat kelam, yang akhirnya muncul dalam kondisi tekanan dan stress – sekian jam terkurung bersama dalam pesawat di udara, tak mampu melarikan diri hanya dapat mencari pelampiasan, bagi sebagian tidak berbahaya, tapi sebagian lagi tindakan berikutnya justru memicu mara-bahaya. 

Tentang Penulis :
Ken Follett lahir di Cardiff, Wales 5 Juni 1949. Pada usia 18 tahun, Ken kuliah jurusan filsafat di University Colloge London. Ia menikah dengan Mary saat masih kuliah tingkat pertama, dan putra pertamanya lahir ketika Ken baru berusia 19 tahun. Tahun 1973 ia bekerja sebagai kolumnis Evening News, London. Lama kelamaan ia merasa frustasi dengan pekerjaannya di Evening News dan mulai menulis pada akhir pekan dan malam hari. Ia tidak berhenti dari pekerjaan tetapnya meskipun sudah berhasil menerbitkan buku-bukunya. 

Pada saat itu Ken menganggap menulis hanya sebagai "hobi yang menghasilkan".  “Eye of the Needle”  yang terbit tahun 1978 dan merupakan buku ketiganya menjadi bestseller serta memenangkan Edgar Award dan diangkat ke layar lebar.  Setelah itu Ken berhenti bekerja dan memfokuskan diri untuk menulis. Tahun 1984 Ken bercerai dan menikah lagi dengan Barbara Broer yang merupakan anggota Parlemen. 

Novel berikutnya “The Third Twin” menduduki urutan kedua daftar buku bestseller sepanjang tahun 1997, dan hanya kalah dari novel John Grisham “The Partner”. Kemudian berturut-turut ia menghasilkan novel-novel thriller suspense dengan seting yang diamati melalui penelitian sekian lama. Namun karyanya yang mendapat perhatian publik “The Pillars of The Earth” tentang kisah epik-historical Inggris abad Pertengahan selama tiga generasi, karya spektakuler yang menjadi buku pilihan Oprah’s Books Club, dan dibuat sebagai miniseries TV hingga kelanjutannya “World Without End” diluncurkan.  

Best Regards,
* HobbyBuku *