Judul
Asli : OLIVER TWIST
Copyright
© by
Charles Dickens
Penerbit
Bentang
Alih
Bahasa : Reni Indardini
Editor
: Nunung, Dyna, Ika
Desain
Sampul : Tyo
Ilustrasi
Isi : Wilsa Pratiwi
Cetakan
II : Agustus 2011 ; 578 hlm
[ Review in Indonesia &
English ]
Pernahkah Anda berpikir
bagaimana seandainya kita dapat memilih dilahirkan pada suatu kehidupan
tertentu dan orang tua pilihan? Tentunya masing-masing memiliki Impian serta
keinginan yang berbeda-beda. Namun satu hal yang pasti, tidak seorang pun yang
mau dilahirkan dalam kondisi buruk, miskin, dan terlunta-lunta. Nah demikian
pula bocah yang bernama Oliver Twist. Ia dilahirkan di sebuah penampungan bagi
kaum papa di sudut kota kecil di Inggris, tanpa diketahui siapa ayahnya apalagi
kerabat atau keluarganya, semenjak kematian sang ibu setelah melahirkan
dirinya. Diberi nama oleh Pengurus Panti, dimasukan dalam jajaran daftar nama
anak-anak yang tak diketahui asal-usulnya. Tanpa masa lalu, tanpa masa depan,
hanya bertugas untuk bekerja sebagai budak bagi yayasan penampungan, hingga
tiba waktunya bagi Oliver untuk ‘dijual’ pada harga yang pantas.
Perlakuan kejam, kelaparan,
serta siksaan serta deraan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang
Oliver jalani. Meski demikian, ia memiliki jiwa serta kekuatan pikiran, untuk
bukan hanya bertahan tetapi berusaha untuk mencari jalan keluar dari himbitan
yang menyesakkan hatinya. Perjalanan kehidupan Oliver penuh dengan warna-warni.
Di satu sisi, dengan perlakuan kasar bahkan nyaris keji, entah bagaimana ia
masih menyimpan sebuah ‘kemurnian jiwa’ di sudut terjauh di dalam hatinya.
Kebaikan hati yang sangat jarang ia temui, mampu memberikan kekuatan
tersendiri, meski sangat kecil dan lemah, tapi mampu menyalakan semangat hidup
yang nyaris padam dalam dirinya.
“Kita
akan bertemu setelah aku mati, tapi tidak sebelumnya. Aku tahu dokter pasti
benar, Oliver, sebab aku memimpikan Surga, Malaikat, dan wajah-wajah ramah yang
tak pernah kulihat saat aku terjaga. Kecup aku,” kata anak itu sembari memanjat
gerbang rendah dan mengalungkan lengan kecilnya yang kurus pucat ke leher Oliver.
“Selamat jalan, Sobat! Tuhan memberkatimu.”
[ ~ last conversation between Little
Dick to Oliver Twist ~ | p. 69 ]
Oliver Twist dalam pelarian !!!
Ia menempuh perjalanan sulit dan jauh dalam kondisi mengenaskan, hingga
mencapai kota London, Inggris, hanya berbekal harapan dalam hatinya. Ketika
sebuah uluran serta tawaran akan kehidupan yang lebih menyenangkan datang dari
sosok bocah asing di kota yang penuh dengan hiruk-pikuk serta ketidak-acuhan
terhadap nasib bocah terlunta-lunta bagai gelandangan, maka Oliver menerima
tanpa berpikir panjang. Dan dimulai perkenalannya dengan sosok bernama Fagin –
pria tua aneh yang mengelola kediaman yang berisikan bocah-bocah dari berbagai
macam latar belakang. Kehidupan yang ditawarkan sangat menarik, bisa makan
dengan enak, bisa tidur dengan nyaman di atas pembaringan yang empuk (jauh
lebih bagus daripada tempat tidur yang selama ini ditempati oleh Oliver), dan
teman-teman baru yang menarik.
Oliver terjerat dalam pesona
serta daya tarik Fagin dan sahabat barunya : Jack Dawkins atau yang dikenal
dengan julukan ‘The Artful Dodger’ – hingga suatu hari ia mampu melihat
kenyataan apa sebenarnya yang mereka lakukan sebagai mata pencaharian. Dan
ketika kesadaran mulai terkuak di benaknya, segala sesuatunya telah terlambat.
Oliver terjebak dalam situasi yang sulit sekaligus berbahaya, ia bukan saja
pelarian namun tersangka pelaku tindak pidana (yang sebenarnya tidak ia
lakukan). Bagaimana Oliver mampu mengelak dari kejamnya dunia terhadap sosok
bocah tanpa asal-usul, senantiasa dicurigai dan dijatuhi ‘vonis’ negatif oleh
masyarakat umum ? Bagaimana ia mampu menjaga kejujuran serta keteguhan hatinya
saat derita serta cobaan silih berganti terjadi pada dirinya ?
Kisah ini cukup menyentuh
sekaligus membawa diriku terhanyut dalam petualangan menegangkan sekaligus
mengerikan silih berganti. Sebuah kisah klasik yang dikenal karya penulis
ternama, yang sayangnya baru kukenal lebih dalam saat membaca kisah ini untuk
pertama kalinya. Perkenalanku dengan kisah ini dimulai dari adaptasi mini-seri
karya BBC yang sudah dikenal sebagai produsen adaptasi karya-karya klasik
ternama, terutama karya Charles Dickens. Entah apakah memang sengaja adaptasi
tersebut dibuat dengan tema serta alur kisah yang lebih ‘menyenangkan’ – kesan yang
kudapat tidak terlalu mendalam, sangat berbeda setelah diriku selesai membaca
buku ini. Dalam buku ini penggambaran karakter serta sifat manusia dari sudut
pandang yang paling buruk dan keji, mampu menimbulkan kengerian serta
membangkitkan imajinasi-ku akan karakter-karakter unik dari dunia kegelapan –
suatu hal yang benar-benar tidak direkomendasikan sebagai bacaan anak-anak.
Berbeda dengan karya tulis
(novel) pada masa tersebut, Dickens mampu meramu kombinasi antara drama dengan
thriller serta dunia supranatural – sesuatu yang sedikit janggal, dan anehnya
justru memberikan ‘kehidupan’ tersendiri bagi karakter-karakter tertentu. Lewat
kisah ini, sebuah dunia yang tak pernah dikenal oleh pandangan umum (atau
sengaja tak dipedulikan oleh kalangan berada) , kisah kehidupan masyarakat
terbuang, tentang kebobrokan mental, keserakahan, kekejian serta perilaku
menyimpang, semua hal yang disembunyikan dari sudut terkelam manusia...dijabarkan
dengan fasih melalui ‘pandangan’ bocah bernama Oliver Twist. Bocah ini meski
dihajar dengan deraan serta siksaan yang mampu merubah sudut pandang hidup
seseorang, justru mampu menunjukkan sedikit ‘sinar’ tentang kasih sayang serta
sisi lain dari kehidupan terburuk yang dialami oleh manusia. Dan ini sebuah
awal yang bagus, yang membuatku semakin penasaran dengan karya-karya Dickens
yang lain (^_^).
I actually finished reading
this book on January when the Classics Readathon start. As my first Dickens’
book (yeah, quilty as charge, how can I join Classics Club when never know or
read some of his books), I found my self starting ‘really-like’ his works. My
imagination and unreasonable reluctant to read some of Dickens, ‘cause afraid
not to understood nor even like it, well now had erase from my ‘head’ and
Dickens are listed on my reading schedule. Then my fellow Dickensian got this
special event in Celebrating the 201st year Dickens Birthday’s on February
7th 2013, it’s a perfect time to do another Dickens starting with
Oliver Twist !!!
My first reaction after
finished reading it, there’s so many different perspective between the movie
adaptation and the book. I found the original story are not ‘so sweet’ as the
describesion on the movies...I can say this story are not meant to be children’s
literature, at least not for young readers, more appropriate for teenager and
adult. But the good news is, this book also give so many inside and deep though
on how people with so many differensies on their religion, belief, wealthy and
poor, abandon and treated well, all of them finally got the same things in this
cruel and hard life. Everyone got the choice to decide whether you gonna do the
right things or you just ignore and give an excuse to blame others while doing
the wrong things in your own life. It’s a very simple themes, simple story, but
yet give a beautiful-feeling after reading it.
“Oliver
Twist” are include in my RC on :
1st
book in Dickens Literature’s and Celebrating 201th Dickens
5th
book in Children’s Literature RC 2013
i got this for my final assignment. lots of interpretation we can get, lots of perspectives we can share.
ReplyDeleteOliver Twist was my first Dickens too, and it's a great book and still one of my favorite Dickens' stories. You're right, despite the movies (especially the musical), it's not a sweet book nor appropriate for children. I first read it when I was in my teens and it was and is tough to read some of the scenes.
ReplyDeleteNancy is a really interesting character--so loving to Oliver, but so desperate for family that she will stay with Sykes and work for Fagin.
bisa pesen buku nya kah? i need it
ReplyDeleteYang terbitan Bentang ini sudah cukup langka, coba cek terbitan lain, ada diva press dan atria jika tidak salah.
Delete