WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Showing posts with label Tracy Chevalier. Show all posts
Showing posts with label Tracy Chevalier. Show all posts

Monday, December 31, 2012

Books "THE VIRGIN BLUE"



Books “BIRU SANG PERAWAN”
Judul Asli : THE VIRGIN BLUE
Copyright © Tracy Chevalier
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Lanny Murtiharjana
Ilustrasi & Desain Sampul : Dina Chandra
Cetakan I : Juli 2006 ; 360 hlm
[ Review in Indonesia & English ]

[ Period : 16th Century – 17th Century ] ~ [ Setting : Southwestern French, Cevenol Village] ~ [ History : Protestant Reformation by John Calvin, known as Calvinisme spread on Europe ; strory about the Huguenot or French Protestant Follower ]

Ella dan Rick Turner, pasangan muda yang baru saja pindah ke Perancis sehubungan dengan tuntutan pekerjaan Rick sebagai seorang arsitek. Ella memilih kota kecil Lisle-sur-Tarn dengan rumah mungil yang menawan sebagai tempat tinggal mereka yang baru. Sementara Rick langsung disibukkan dengan pekerjaannya, Ella harus mencari kegiatan yang bisa menyibukkan dirinya. Sebagai seorang ‘bidan’ – ia kesulitan mencari pekerjaan yang sama di Perancis, terutama karena kualifikasi yang berbeda dengan Amerika, di mana ia tinggal dan bekerja sebelumnya. Salah satu cara untuk mengisi kekosongan dirinya, Ella berencana segera memiliki anak. Maka ia dan Rick memulai ‘program’ agar Ella dapat segera hamil. 

[ source ]
Namun rencana itu tidak segera menunjukkan hasil, alih-alih justru membuat Ella stress. Harapan awal bahwa ia akan senang serta bahagia di tempat baru, mulai pupus. Ella mengalami kesulitan beradaptasi dengan penduduk di kota kecil Perancis ini, terutama karena penguasaan bahasa Perancis yang sangat terbatas. Ia merindukan suasana dan keramahan yang tak dibuat-buat di San Fransisko, Amerika. Demi menjaga agar pikirannya tetap tenang sekaligus berusaha menyibukkan diri, ia pergi ke perpustakaan setempat, dan di sinilah ia bertemu dengan Jean-Paul – pustakawan yang angkuh, khas pria Perancis. 


Tuesday, September 11, 2012

Books "THE LADY & THE UNICORN"



Judul Asli : THE LADY & THE UNICORN
Copyright © Tracy Chevalier 2003
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Pepi Smith
Ilustrasi & Desain Sampul : Dina Chandra
Cetakan I : Juli 2006 ; 296 hlm  

[ Period : 1490 – 1492 | between Paris – Brussels ]
source ]
Kisah ini dimulai menjelang masa Prapaskah (Lent-Eastertide), saat Nicholas des Innocents menerima panggilan dari Jean Le Viste – bangsawan pendukung Raja Prancis, untuk mendesain lukisan pada permadani yang akan dipasang sebagai penghias dinding ruang makan istananya. Nicholas adalah seorang seniman yang berbakat, namun ia memiliki kelemahan, suka sekali ‘bermain-api’ dengan wanita dimana pun ia berada. Salah satu pelayan Le Viste Marie-Céleste, bahkan telah menjadi korbannya, hamil  di luar nikah, dan tanpa dukungan keuangan dari Nicholas yang menyukai kehidupan bebas. Namun pada kunjungan kali ini, ia menemui godaan yang tak mampu ditolaknya. Ia tertarik pada putri pertama Le Viste, Claude Le Viste – gadis remaja yang manja dan keras kepala. Nicholas semakin terkesan pada para wanita Le Viste saat ia berhadapan dengan Geneviève de Nanterre – istri Jean Le Viste, wanita cantik yang diam-diam tidak bahagia dalam kehidupannya. 

source ]
Nicholas terkenal dengan goda-rayuannya akan dongeng unicorn, yang mampu menarik minat para wanita untuk bersedia tidur dengannya. Karena itu betapa heran dirinya saat Geneviève de Nanterre ‘memintanya’ dengan tegas untuk melukiskan kisah dengan tema ‘lady & unicorn’ alih-alih adegan pertempuran yang diminta oleh suaminya. Setelah berjuang untuk meyakinkan Jean Le Viste akan perubahan tema lukisannya, serta berargumentasi dengan Léon Le Vieux – pedagang perantara kepercayaan Le Viste, maka Nicholas segera memulai proyek desain lukisan ‘lady & unicorn’ --- dan siapa yang menajdi sumber inspirasinya jika bukan Claude Le Viste dan Geneviève de Nanterre, yang sama-sama memiliki kecantikan serta daya tarik yang berbeda satu sama lain.

Proyek baru ini membuat Nicholas terobsesi, apalagi ia sempat ‘bermain-main’ dengan Claude Le Viste  sebelum dipergoki Béatrice – pelayan kepercayaan Geneviève de Nanterre, yang diminta untuk mengawasi Claude. Akibat peristiwa ini, Claude diganjar oleh sang ibu dengan pengawasan ketat oleh para dayang serta pengawal khusus, yang melarangnya bergaul bahkan bertegur sapa dengan kaum pria. Sedangkan Nicholas mampu membuat lukisan yang sangat bagus akibat ‘hubungan’ yang dilakukannya itu. Bahkan ia memutuskan menemani Léon Le Vieux ke Brussels guna memastikan lukisannya dikerjakan dengan benar oleh para pembuat permadani dinding ini. 

~ A mon seul désir ( satu keinginanku) ~source ]

[ Period : 1490 on Whitsuntide | Brussels ]
source ]
Di Brussels, menjelang Minggu Pantekosta (Whitsuntide), Georges de la Chappele – seorang lissier (pemilik bengkel permadani) yang terkenal akan kemampuannya, tak mampu mengenyahkan ketidak-sukaanya terhadap Nicholas saat ia datang. Bukan hanya karena gaya serta arogansinya, tetapi juga caranya memandang Christine du Sablon dan Aliènor de la Chapelle, istri serta putrinya, sungguh mengusik hatinya. Namun ia tak bisa mengusir atau membalas sikap kurang-ajar Nicholas yang datang bersama Léon Le Vieux, orang yang memberikan pekerjaan kepada keluarganya. Bengkel yang menjadi satu dengan rumah ini lumayan besar, dihuni oleh  Georges, istri, putri dan putranya Georges Le Jeune. Jika sedang bekerja, ada seorang pegawai magang bernama Luc serta Philippe de la Tour – seniman pembuat kartun dari desain lukisan untuk diubah menjadi desain pola permadani (seorang pria pemalu yang diam-diam mencintai  Aliènor de la Chapelle dan bersedia berkorban demi nama baik dan masa depan gadis ini).

source ]
Kedatangan Nicholas yang semula hanya untuk mengawasi, ternyata menjadi lebih lama, karena ia memutuskan untuk tinggal lebih lama hingga proses desain awal pembuatan permadani itu selesai. Maka saat Léon Le Vieux kembali ke Paris, Nicholas lebih banyak berada di bengkel, sesuatu yang tidak disukai namun tidak bisa ditolak oleh sebagian besar penghuninya. Satu-satunya yang sedikit menyukai kehadiran Nicholas adalah Aliènor de la Chapelle – gadis cantik dan menarik, namun ‘buta’ semenjak kanak-kanak. Nicholas merasakan ‘sesuatu’ yang berbeda pada gadis yang berusaha untuk mandiri, dan membantu pekerjaan keluarganya, dengan keterbatasan yang ia miliki. Aliènor meski tidak menyukai gaya dan sikap serampangan Nicholas, menerima perlakuan pria yang mampu melihat kelebihan pada dirinya, alih-alih memperlakukan dirinya bagai orang cacat, seperti yang tanpa sadar dilakukan oleh orang-orang disekelilingnya, termasuk keluarganya sendiri.

source ]
Kehadiran Nicholas yang semula mengesalkan, akhirnya mulai diterima, apalagi saat ia melihat bahwa keahlianya yang selalu disombongkan, ternyata tidak mampu menandingi kemampuan serta kerja keras para pembuat permadani ini. Namun anehnya justru saat ia mulai mampu berhubungan lebih baik dengan para penghuni bengkel, mendadak ia pergi untuk kembali ke Paris. Tiada yang tahu tentang hal ini kecuali Christine du Sablon – yang malu dan sedih, karena Nicholas tanpa sengaja mendengar percakapan dirinya dengan sang suami, saat mereka membahas ‘kontrak’ demi kelangsungan keluarga, untuk menikahkan Aliènor dengan Jacques Le Boeuf – si pengering woad (sejenis kubis yang digunakan sebagai pewarna celup biru untuk wool), lelaki mengerikan serta memiliki ‘bau-tak-tertahankan’ akibat pekerjaannya. Nicholas marah sekaligus muak, ngeri membayangkan nasib Aliènor yang peka serta cerdas, harus bersanding dengan pria kasar dan berpikiran picik. 

~ SIGHT ( Penglihatan ) ~source ]
Kesan :
Jalinan kisah kehidupan setiap orang dalam kisah ini, semuanya terpangaruh pada ke-enam lukisan seri ‘Lady and Unicorn’ yang dibuat oleh Nicholas des Innocents. Lukisan yang disebut sebagai “Penciuman, Pendengaran, Perasa, Penglihatan, Peraba”  karena temanya yang memiliki unsur 5 panca-indera, dengan mengambil model Claude Le Viste, Geneviève de Nanterre, Christine du Sablon dan Aliènor de la Chapelle, pada akhirnya memberikan jalan hidup yang berbeda-beda pada kehidupan setiap wanita ini.

~ TOUCH ( Peraba ) ~source ]
Kisah ini berjalan cukup cepat, dengan perpindahan karakter serta lokasi, namun penulis mampu membuat suatu jalinan benang penghubung yang menarik sekaligus misterius, dan kemampuan beliau mengambil suatu fakta sejarah sebagai tema utama, dan menjadikannya kisah yang tak mampu ku-gambarkan selain ‘Luar Biasa’ --- I just love this stories (^_^), dan satu-satunya yang membuatku sangat penasaran, melihat bagaimana sebenarnya gambaran ke-6 permadani dinding (tapestries) yang terkenal keindahannya ini.

~ SOUND ( Pendengaran ) ~source ]
Conclution :
Again, Tracy Chevalier amazed me with her story-telling based on the six tapestries hang in the Musée National du Moyen Age (aka Cluny Museum) in Paris. These tapestries were made for The Le Viste Family (yes, they are real and exist). The Le Viste family was originally from Lyons, France’s second largest city. The Jean Le Viste in the novel is actually the fourth Jean in the family. The six tapestries  represent the five senses. Each tapestry is usually referred to by the sense it depicts (Taste, Touch, Smell, Sound, Sight), with the sixth tapestry – which either introduces or concludes the series – known as À Mon Seul Désir (To My One Desire) for the words woven into it.

~ SMELL ( Penciuman ) ~source ]
The main object  is the unicorn  by most popular interpretation, and refers to the old belief that the unicorn is so wild it cannot be tamed, except by a virgin. So the writer decribe Nicholas des Innocents as The Unicorn and his relationship among the virgin (another belief placing a mother also as the virgin, as the Virgin Mary with Christ). Everybody can makes several ways to interprete the painting in these tapestries, but I really like the way Tracy Chevalier build the stories not just plain drama-romance, but makes stories surround with another stories, layer by layer, like the way tapestries made, its need a foundation, need a threads, joining bit by bit, you can see all the complete picture in the process, but as the journeys takes you,  the final work will give you a wonderful stories of hard-work, sacrifice, hope, sadness and happiness too.

~ TASTE ( Perasa ) ~source ]

Tentang Penulis :
Tracy Chevalier, lahir pada tanggal 19 Oktober 1962 di Washington, DC. Setelah memperoleh gelar B.A in English dari Oberlin College, beliau  pindah ke Inggris pada tahun 1984, dimana  selama beberapa tahun kemudian bekerja sebagai editor buku referensi. Pada tahun 1993, beliau meninggalkan pekerjaan tersebut dan meneruskan pendidikan untuk gelar M.A di bidang penulisan kreatif selama setahun penuh di University of East Anglia, di bawah bimbingan novelis Malcolm Bradbury dan Rose Tremain.

source ]
source ]

Karirnya dimulai dengan novel pertama ‘The Virgin Blue’, namun ia lebih dikenal lewat novel keduanya ‘Girl with a Pear Earring’ – yang ditulis berdasarkan lukisan Johannes Vermeer. Kisah ini telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama dan memperoleh 3 nominasi Academy Award di tahun 2004. Menyusul novel ketiga ‘Falling Angel’ dan keempat ‘The Lady and the Unicorn’ yang bertema young adult. Dan novel kelima ‘Burning Bright’ , yang dipublikasikan pada Maret 2007, kisah tentang 2 orang anak yang menjadi tetangga William Blake di London 1792. Novelnya yang terbaru berjudul ‘Remarkable Creatures’ – dibuat berdasarkan kehidupan kolektor fosil asal Inggris pada abad 19 bernama Mary Anning. 

Saat ini beliau menetap di London, Inggris bersama suami dan putranya. Untuk mengetahui tentang beliau silahkan kunjungi situs resminya di : http://www.tchevalier.com/ atau kontak beliau di http://twitter.com/Tracy_Chevalier  atau berkunjung ke situs http://www.tchevalier.com/gwape/  

Best Regards,

Wednesday, August 29, 2012

Books "GIRL WITH A PEARL EARRING"


source ]
Judul Asli : GIRL WITH A PEARL EARRING
Copyright © Tracy Chevalier 1999
Cover ‘View of Delft’ and ‘Girl with a Pearl Earring’ by Johannes Vermeer (1632-1675) ; as permitted by Mauritshuis, Den Haag.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Kathleen SW  
Cetakan I : Agustus 2003 ; 352 hlm  

source ]
[ Period : 1664-1676, Delft, Holland ]
Griet – adalah seorang gadis berusia 16 tahun, yang harus menggantikan posisi keluarganya sebagai pemberi nafkah semenjak kecelakaan merenggut penglihatan sang ayah sebagai seniman pembuat keramik. Putra satu-satunya, Frans telah meninggalkan keluarga semenjak usia 13 tahun sebagai pekerja magang di perusahaan keramik sebagai penerus cita-cita sang ayah. Hanya mengandalkan ‘dana-pensiun’ sang ayah yang kian lama semakin menipis, maka Griet harus menerima pekerjaan sebagai pelayan di kediaman keluarga Vermeer – sang pelukis terkenal, yang juga ketua LigaPekerja St. Luke, yayasan pendukung seniman pekerja. Meski dengan berat hati, Griet sadar tiada jalan lain kecuali menerima pekerjaan yang tidak diminatinya. Ia segera berkemas, meninggalkan ayah, ibu serta adiknya Agnes yang baru berusia 10 tahun, untuk tinggal di kawasan pemukiman Katolik kediaman keluarga Vermeer yang cukup jauh dari kediamannya. 

Keluarga Vermeer tinggal di kawasan Oude Langendijck, Papists’ Corner, yang khusus bagi Kaum Katolik. Chatarina Vermeer, sang istri dan majikan baru Griet sedang hamil anak ke-6, sehingga ia tak terlalu memperdulikan keberadaan ke-5 anaknya. Griet langsung menyadari betapa berat tugas yang diembannya. Dengan 5 anak dan kediaman yang sangat besar itu hanya ada seorang pembantu utama bernama Tanneke, melakukan semua tugas dan pekerjaan rumah tangga atas perintah Chatarina atau Maria Thins – ibu Chatarina. Griet harus segera menyesuaikan diri dengan berbagai pekerjaan berat sepanjang hari. 

source ]
Meski terbiasa melakukan pekerjaan berat, suasana dalam lingkup kediaman itu hampir tak tertahankan oleh Griet. Tanneke, yang merasa jauh lebih senior karena ia adalah pelayan Maria Thins sebelum menikah, memperlakukan Griet bagaikan pelayannya yang harus menggantikan tugas-tugas berat. Kelima anak Vermeer tidak terlalu mengganggu Griet, kecuali putri ketiga : Cornelia yang penuh akal licik, tampaknya sengaja mencari gara-gara untuk mempersalahkan Griet. Cornelia memiliki karakter serta sifat yang sama dengan Chatarina, dan anehnya keduanya tampak tak menyukai kehadiran Griet di kediaman mereka, meski tugas yang harus dikerjakan Griet sehari-hari banyak menolong dan memenuhi kebutuhan mereka.

Kemudian timbul berbagai masalah yang memicu konflik serta merubah gambaran kehidupan masa depan Griet, dari seorang gadis polos dengan kecerdasan serta ketajaman rasa seni, menjadi seorang wanita muda yang terjebak dalam intrik permainan tidak sehat dalam keluarga Vermeer. Dimulai dengan kesedihan Griet akibat meninggalnya Agnes akibat wabah penyakit.  Kemudian perhatian Johannes Vermeer yang dirasakan ‘berbeda’ oleh Griet ketika ia diminta secara khusus membantu proses pembuatan lukisan sang master, namun secara diam-diam hingga menimbulkan kecemburuan buta dari Chatarina Vermeer, kebencian Cornelia, serta kedengkian dari Tanneke. 

source ]
Ditambah dengan adanya bahaya gangguan dari Van Ruijven – sponsor utama pembeli lukisan-lukisan Vermeer, yang sudah terkenal suka ‘mengganggu’ para pelayan hingga hamil. Situasi semakin rumit saat Pieter – putra pedagang daging langganan keluarga Vermeer menaruh perhatian lebih terhadap dirinya, bahkan mendekati keluarga Griet, ayah dan ibunya yang sebatang kara ditinggal oleh anak-anaknya, guna meminta Griet sebagai istrinya ... sebuah solusi yang dianggap realistis bagi kebanyakan orang, masalahnya Griet menaruh pengharapan serta ‘hatinya’ pada sosok lain. Sosok yang begitu dekat dengan dirinya namun sekaligus jauh untuk diraih. Bagaimana akhirnya Griet mengambil keputusan demi kehidupan masa depannya ? 

Kesan :
Buku ini sudah sekian tahun lamanya berada di dalam tumpukan koleksi yang tak pernah tersentuh apalagi terbuka pembungkusnya. Namun dengan adanya ‘reading-challenge’ yang kubuat sendiri, bertujuan memulai langkah pengurangan tumpukan buku tak terbaca, buku ini menjadi salah satu pilihan, dan hasilnya sungguh sangat menyenangkan. Dan penyesalanku hanya satu, mengapa tidak sejak dahulu kubaca kisah yang menyentuh ini. Walaupun secara pribadi diriku lebih menyukai ‘The Virgin Blue’ – novel pertama sang penulis, namun novel kedua ini tak kalah bagusnya. Memanfaatkan sosok pelukis terkenal Johannes Vermeer, menggunakan latar belakang yang serupa dengan aslinya, kisah ini memberikan suatu interpretasi yang mengejutkan, ibarat sebuah analisa serta eksperimen, maka hasilnya luar biasa. 

~ Scarlett Johansson as Griet | 2003 ~ source ]
~ Colin Firth as Johaness Vermeer | 2003 ~source ]
Selain bermain dengan perbedaan prinsip keyakinan serta pola hidup masyarakat menengah ke bawah serta menengah keatas (yang banyak terjadi pada era tersebut di kawasan Eropa), penggambaran setiap karakter, protagonis maupun antagonis sedemikian kuatnya, namun anehnya justru menghidupkan kisahnya ini. Penulis mampu memberikan kesan yang bertolak-belakang pada masing-masing karakter, padahal tema ataupun tujuannya sama. Sebagai contoh perilaku Griet saat harus berhadapan dengan Tanneke yang keras kepala, Chatarina yang moody, Cornelia yang licik, bahkan dengan Johanness  Vermer yang selalu mengambil langkah ‘tersembunyi’ atau Pieter yang blak-blakan, semuanya bersifat sama, tidak pernah menyerah, namun terkesan berbeda. Penggunaan karakter Griet sebagai narator sangat menunjang peran penulis sebagai ‘dalang’ di belakang layar yang menggerakkan para pemain untuk menyajikan suatu tayangan yang mampu memutar-balik perasaan para penonton (atau dalam hal ini para pembaca). 

Conclusion :
~ Girl with a Pearl Earring by Johannes Vermeer | 1665 ~ source ]
After reading ‘The Virgin Blue’ , I was expecting more on the stories which have been gave so much attention since the first release at 1999, then become New York Bestseller on January 2000, sold over two million copies in 36 languages. And it was amazing !!! The idea was very simple, about strange relationships on Vermeer Family, then came along a young girl as a servant, but then she gets more attention than lady of the house, not a good one, makes the intensity of human-relationship on the house rising, each one going to another direction, nobody care about anybody else than their self-ignorance. 

source ]
source ]
What I really admire, the author can build this stories based on the painting with the same title by Johannes Vermeer – famous Dutch painter who also take a part as the main character on this stories. The main character Griet – was a very young girl, tried living the life like ordinary people at her village, but she have big passion and dreams deep inside her mind, being ‘dormant’ until she sees something --- something that can unlease the free spirit inside her. Through his master, his art work, between the process, this very young soul thinks she finally find her soul-mate. But when she gave everything to him, her heart and soul, that wasn’t enough for him, because that man was indeed a great artist who only had one thing in his mind : his work, and nothing else matter. 

source ]
If you expect some scandalous stories, well you may have it, but not like you ever imagine. The authors choose to write an unique and very intense relationship between the painter and the model through the process until the final art-work. Using Griet character as narrator, you can imagine and feeling the happiness side by side with sadness, caring against selfishness,  also love and hatred. From beginning until the end of the stories, the complexity and the simpleness just like two-pairs of heart, cannot be separated from each others. It was Awesome (^_^) 

source ]
Tentang Penulis :
Tracy Chevalier, lahir pada tanggal 19 Oktober 1962 di Washington, DC. Setelah memperoleh gelar B.A in English dari Oberlin College, beliau  pindah ke Inggris pada tahun 1984, dimana  selama beberapa tahun kemudian bekerja sebagai editor buku referensi. Pada tahun 1993, beliau meninggalkan pekerjaan tersebut dan meneruskan pendidikan untuk gelar M.A di bidang penulisan kreatif selama setahun penuh di University of East Anglia, di bawah bimbingan novelis Malcolm Bradbury dan Rose Tremain.

source ]
Karirnya dimulai dengan novel pertama ‘The Virgin Blue’, namun ia lebih dikenal lewat novel keduanya ‘Girl with a Pear Earring’ – yang ditulis berdasarkan lukisan Johannes Vermeer. Kisah ini telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama dan memperoleh 3 nominasi Academy Award di tahun 2004. Menyusul novel ketiga ‘Falling Angel’ dan keempat ‘The Lady and the Unicorn’ yang bertema young adult. Dan novel kelima ‘Burning Bright’ , yang dipublikasikan pada Maret 2007, kisah tentang 2 orang anak yang menjadi tetangga William Blake di London 1792. Novelnya yang terbaru berjudul ‘Remarkable Creatures’ – dibuat berdasarkan kehidupan kolektor fosil asal Inggris pada abad 19 bernama Mary Anning. 

Saat ini beliau menetap di London, Inggris bersama suami dan putranya. Untuk mengetahui tentang beliau silahkan kunjungi situs resminya di : Tracy Chevalier atau kontak beliau di @TracyChevalier atau berkunjung ke situs Girl with a Pearl Earring  atau situs GWPE Movies

Additional Facts :
~ The Geographer by Johannes Vermeer | 1668 ~source ]
Johannes Vermeer ( 31 Oktober 1632 – 15 Desember 1675 ), adalah pelukis terkenal asal Belanda, dengan spesialisasi lukisan yang menggambarkan adegan kehidupan masyarakat kelas menengah. Meski karya-karyanya mendapat respons bagus dari khalayak, namun beliau tidak pernah digambarkan sukses dalam kehidupan pribadinya. Kebiasaannya untuk menghasilkan sebuah lukisan dalam waktu yang sangat lama, dengan menggunakan bahan-bahan khusus yang sangat mahal dan sulit ditemukan terutama untuk warn-warna dalam lukisannya, membuat dirinya memperoleh label ‘pelukis yang kurang produktif’ ---dan hal ini berpengaruh pada kondisi keuangannya, sehingga saat beliau meninggal, meninggalkan sejumlah hutang dalam jumlah besar kepada istri serta anak-anaknya. 

~ The Milkmaid by Johannes Vermeer | 1658 ~source ]
Dibesarkan dan dibaptis sebagai pemeluk Protestan Reformasi, namun berpindah menjadi pengikut Katolik saat menikah dengan Catharina Bolones, terutama karena pengaruh ibu mertuanya : Maria Thins – yang memiliki kekayaan lebih dari cukup pada masa itu. Meski demikian banyak yang berspekulasi bahwa beliau tidak terlalu ketat dalam pemahaman sebagai pemeluk Katolik tulen. Bahkan saat beliau meninggal, jenazahnya dimakamkan di wilayah Gereja Protestan Kuno. Berbagai karyanya yang masih disimpan dan dinikmati oleh khalayak pecinta seni, merupakan lukisan potret yang mampu menangkap ‘nuasa hidup’ dari kehidupan era tersebut, lewat keindahan serta permainan warna-warna yang berani. 

Best Regards,