WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Showing posts with label American Civil War. Show all posts
Showing posts with label American Civil War. Show all posts

Monday, September 30, 2013

Books "GOOD WIVES"

Judul Asli : GOOD WIVES
Copyright © Louisa May Alcott, 1869
Penerbit Serambi
Alih Bahasa : Rahmani Astuti
Editor : Moh. Sidik Nugraha
Proofreader & Lay-out : Eldani & Siti Qomariyah
Desain Sampul : Onymarga
Cetakan I : April 2010 ; 536 hlm ; ISBN 978-979-024-206-7

Kisah ini merupakan kelanjutan dari ‘Little Women’ yang berakhir dengan pertunangan Meg dengan John Brooke – guru pribadi Laurie / Teddy, serta kepulangan Kapten March dari medan perang, membawa kebahagiaan serta kemeriahan pada keluarga ini. Meski demikian, muncul sedikit ketegangan akibat ulah Jo yang tidak setuju akan hubungan John dengan Meg, karena ia sangat menyayangi kakak tertuanya dan menginginkan Meg menjalani kehidupan sebagaimana ia impikan selama ini, menikah dengan pria yang mapan dari keluarga kaya dan terhormat. John Brooke pria muda yang baik hati, tulus dan jujur, namun miskin dan Jo memikirkan masa depan yang suram akan terjadi pada Meg.

Books "LITTLE WOMEN"

Judul Asli : LITTLE WOMEN
Copyright © by Louisa May Alcott, 1868
Penerbit Serambi
Alih Bahasa : Rahmani Astuti
Editor : Moh. Sidik Nugraha
Proofreader & Lay-out : Eldani & Siti Qomariyah
Desain Sampul : Onymarga
Cetakan I : Juli 2009 ; 492hlm ; ISBN 978-979-024-165-7
Rate : 5 of 5

Ini adalah kisah keluarga March yang terdiri dari pasangan March serta keempat putrinya, Margaret ‘Meg’ (16 tahun), Josephine ‘Jo’ (15 tahun), Elizabeth ‘Beth’ (13 tahun) dan si bungsu Amy. Kisah dibuka dengan adegan menarik tentang dialog keempat gadis yang mengeluh karena menjelang Perayaan Natal, suasana gembira dan bahagia tak mampu mereka rasakan akibat kepergian ayah tercinta, yang berangkat memenuhi panggilan hati untuk membantu sesamanya, berjuang membela kebenaran dalam Perang Saudara (American Civil War). Di samping suasana peperangan yang tak memungkinkan mereka untuk ‘berfoya-foya’ – kondisi keuangan keluarga juga tak menunjang keinginan tersebut.

Wednesday, November 14, 2012

Books "UNCLE TOM'S CABIN"



Judul Asli : UNCLE TOM’S CABIN
Copyright © Harriet Beecher Stowe
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Istiani Prajoko
Editor : Adi Toha & Dian Pranasari
Cover by IG Grafix
Cetakan I : Juli 2011 , 612 hlm

[ source ]
Sudah lama sekali buku yang satu ini berada di dalam tumpukan timbunan koleksi bukuku (penyakit bookaholic, suka belanja tapi waktu untuk membaca dan membuat review selalu tertunda), hingga pertengahan September lalu, diriku ‘terbawa arus’ mengikuti Reading Challenge : Read-Along-Gone With The Wind by Margaret Mitchell (yap, benar sekali saudara-saudara, buku setebal bantal nan berat lagi, bisa dibuat ganti dumble buat latihan haha). Ok, singkat cerita topik dan latar belakang kisah ini berkaitan dengan Perang Saudara di Amerika dan di dalamnya disebut pula buku ‘Uncle Tom’s Cabin’ ini sebagai salah satu pencetus timbulnya perang berkepanjangan. Maka dari rasa penasaran dan ingin-tahu yang besar, akhirnya bulan Oktober ini kumulai membacanya.

Di luar dugaan semula, ternyata kisah ini jauh lebih menarik dan sangat berkesan. Biasanya diriku lumayan cepat dalam menyelesaikan sebuah bacaan, namun untuk kali ini justru membutuhkan waktu yang cukup lama – bukan karena termasuk bacaan yang sulit dipahami, tetapi karena ‘sangat-bagus’ hingga beberapa kali kubaca ulang halaman-halaman awal, untuk memperoleh ‘perasaan yang lebih dalam’. Kisah yang dituturkan bukanlah kisah yang dramatis, tetapi merupakan pencerminan kehidupan nyata manusia, jika dalam beberapa bagian Anda nantinya menemukan penggambaran yang berkesan brutal, keji dan tidak manusiawi, justru di sanalah kita akan disadarkan betapa lemahnya manusia sehingga mudah dipengaruhi hal-hal yang menjatuhkan akhlak dan nalar sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Namun kisah ini juga memberikan porsi yang adil, jika di satu sisi kelemahan dan pikiran yang picik mampu menjerumuskan manusia, ada pula sisi-sisi lain, yang menguatkan iman, keyakinan serta moral dalam menghadapi ujian-ujian terberat.

~ The slave-separation between family, mostly among children and their parents ~ [ source ]
Ini adalah kisah tentang kaum kulit hitam di Amerika menjelang abad ke-19. Perbudakan merupakan suatu budaya yang telah berjalan selama berabad-abad, sehingga bagi mayoritas, baik para budak maupun sang pemilik, ini merupakan budaya dan kebiasaan yang sudah mendarah-daging, diturunkan dari orang tua kepada anak-cucunya. Menjadi seorang budak berarti tidak memiliki hak atas diri sendiri. Bahkan masa depan seperti menikah, memiliki keturunan, semua harus mengikuti perintah sang pemilik. Ibarat hewan peliharaan, nasib para budak ini seringkali justru lebih buruk daripada hewan ternak. Meski demikian, ada pula orang-orang yang memiliki belas kasih dan kebaikan di dalam hati mereka, sehingga budak-budak yang dimiliki, menerima perlakuan yang lebih baik, kehidupan yang lebih nyaman dan terjamin dibandingkan mereka yang bernasib buruk.

Namun satu hal yang menjadi pokok permasalahan pemicu terjadinya peperangan. Sebaik apa pun perlakuan para tuan tanah terhadap para budaknya, mereka tetap tidak  bisa memiliki satu hal : Kebebasan. Tetapi sebelum Anda menjatuhkan vonis bahwa para tuan tanah adalah komplotan bedebah yang lalim dan para budak adalah korban yang harus ditolong, hendaknya simak terlebih dahulu kisah ini, karena tiada garis batas yang jelas antara hitam dan putih, seringkali justru kita akan dihadapkan pada ‘grey-area’ untuk menguji sejauh mana kita berani mengambil keputusan ke mana akan melangkah. Karena semua ada konsekuensi serta resiko yang berbeda, pertanyaannya bersediakah kita menanggung tanggug jawab terhadap diri sendiri ?

~ Eliza told Uncle Tom's before she runaway | Illustration by Hammatt Billings ~ [ source ]
Mr. Shelby adalah seorang tuan tanah yang cukup berhasil sekaligus baik hati sehingga para budaknya menyukai serta menghormati beliau beserta istri dan anaknya. Sayang kebaikan hatinya tidak disertai dengan keahlian dalam menangani masalah keuangan. Hingga beliau terlibat hutang dan harus meminjam dari Mr. Haley – orang yang pandai memanfaatkan situasi untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyak. Karena hutang itulah Mr. Shelby harus menjual budaknya. Yang dipilih oleh Mr. Haley adalah Old Tom – budak yang telah mengabdi semenjak kanak-kanak pada Mr. Shelby. Tom adalah pria yang istimewa, karena ia bukan hanya setia tetapi juga jujur, memegang keyakinan terhadap Tuhan sebagai pemeluk agama Kristen yang taat. Selain itu Mr. Haley mengincar Harry – bocah lincah berusia 5 tahun, putra Eliza, budak kesayangan Mrs. Shelby. Eliza yang tidak sengaja mendengarkan pembicaraan tuannya, menjadi sangat ketakutan akan nasib putranya. Meski Mrs. Shelby menjamin bahwa suaminya tidk akan berani melakukan hal seperti itu, Eliza bertekad menyelamatkan hidup mereka, apalagi setelah mengetahui bahwa suaminya, George – seorang budak milik Mr. Harris, tetangga Mr. Shelby, berencana melarikan diri ke Kanada demi mendapatkan perlakuan serta masa depan yang lebih baik.

Baik Eliza maupun George merupakan budak mulato, atau keturunan campuran antara kulit hitam dan kulit putih, membuat mereka tampak berbeda dengan budak di ladang, namun tetap tidak setara dengan orang kulit putih. Kondisi para budak mulato (mungkin sekarang bisa disebut sebagai ‘blasteran’) seringkali justru tidak dapat diterima di kedua belah pihak, kulit putih maupun kulit hitam. Eliza masih sedikit lebih beruntung karena tuannya, terutama Mrs. Shelby, menyayangi dirinya dan memberikan pendidikan serta kenyamanan melebihi budak ladang atau peternakan. Sedangkan George yang sangat pandai hingga mampu menciptakan perangkat mesin, justru menjadi sumber rasa iri dan dengki tuannya, Mr. Harris yang tak rela seorang budak campuran memiliki kecerdasan dan keahliaan melebihi dirinya. Hal ini membuat George dipaksa dan disiksa melakukan pekerjaan kasar yang suatu saat pasti akan merenggut nyawanya. Bayangan masa depan inilah yang membulatkan tekad George untuk melarikan diri ke Kanada – tempat dimana proteksi perlindungan dan kebebasan untuk menjalani hidup diberikan bagi para budak.

Eliza 'leap' across frozen river, running away from the slave-hunters [ source ]
Eliza yang melihat tak seorang pun dapat membantu kondisinya, memutuskan untuk meyusul sang suami, membawa putranya melarikan diri ke Kanada. Di sisi lain, ketika ia memberi tahu Tom akan keputusan tuan mereka, Tom justru tak bersedia meninggalkan tanggung jawab serta kewajibannya terhadap Mr. Shelby – yang telah dilayani semenjak kanak-kanak. Tom memiliki prinsip dan keyakinan yang teguh, bahwa hutang serta balas budi patut mendapat perlakuan yang sama. Jika tuannya hendak menjual dirinya sebagai pembayaran hutang, maka ia wajib mengikuti hal itu, meski bertentangan dengan hatinya. Ia percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan hamba-Nya, dan apa pun yang terjadi pada dirinya di masa depan, itu semua adalah kehendak-Nya.

Kisah bergulir pada perjalanan Eliza dan putranya Harry, serta George yang juga sedang dalam pelarian, tanpa mengetahui nasib istri dan putranya. Mereka melarikan diri dari kejaran para pemburu budak buron yang keji dan tak pernah berhenti hingga mereka semua ditangkap. Dari wilayah Kentucky, mereka menempuh berbagai bahaya, beberapa kali nyaris tertangkap, tanpa bekal yang cukup, harus mencari jalan menuju wilayah Kanada. Eliza yang harus memikirkan kondisi anaknya, berjuang melebihi kekuatan dirinya, demi keselamatan dan kebebasan serta masa depan yang lebih baik untuk Harry. Kawanan pemburu budak buron yang tergiur oleh imbalan uang serta kesempatan untuk ‘bersenang-senang’ dalam perburuan, semakin mendekati berbagai tempat persembunyian mereka. Beruntung masih ada orang-orang dari kaum abolisionis – penentang perbudakan, dan berkat kerjasama dari kelompok Quaker, rencana pelarian para budak dilakukan secara seksama dengan bantuan serta support sepenuhnya.

~ Little Eva & Uncle Tom ~ [ source ]
Semantara itu, Tom yang dibeli dan dibawa oleh sang pedagang budak, turut mengikuti lelang budak dan  yang akan dikumpulkan sebagai tenaga kerja di ladang, atau diperjual-belikan antar kaum kulit putih. Segala sesuatu ada harganya, bahkan seorang bayi berusia 10 bulan, diambil tanpa sepengetahuan ibunya, hanya demi mendapatkan keuntungan semata, meninggalkan sang ibu dalam kondisi patah-hati hingga memutuskan terjun ke Sungai Mississippi yang dalam. Dalam perjalanannya menuju New Orleans, di atas kapal uap La Belle Riviere inilah – Tom bertemu dengan gadis cilik berusia 5 tahun bernama Eva, putri tunggal St. Clare – pria kaya raya asal New Orleans. Persahabatan unik diantara 2 insan yang berbeda usia serta latar belakang ini, berlanjut ketika St. Clare membeli Tom atas permintaan Eva, terutama semenjak Tom menyelamatkan nyawa Eva yang terjatuh dari atas kapal dan nyaris tewas  tenggelam, jika tidak ada Tom yang sigap terjun menolong dirinya. Kehidupan baru Tom di kediaman St. Clare di New Orleans, yang bukan saja mewah, namun kebaikan serta keramahan St. Clare serta persahabatan yang ditawarkan oleh Eva, membuat Tom senantiasa bersyukur atas berkat yang diberikan kepadanya.

Namun sebagaimana kehidupan terus bergulir, sebagaimana pepatah mengatakan, suatu hari dirimu berada di posisi puncak, keesokkan harinya dirimu bisa berada di posisi terbawah, karena roda kehidupan terus bergulir. Tom yang tetap rindu dan terkadang kesepian jika mengingat keluarga yang ditinggalkan di Kentucky, bersyukur atas kehidupan baru di New Orleans. Semuanya berkat hadirnya Eva – gadis cilik yang meski sangat muda, memiliki empati serta kebijaksanaan melebihi orang dewasa. Ia merupakan kesayangan semua penghuni, bagai seorang malaikat mungil, bukan karena penampilan luarnya, tetapi karena pencerminan isi hatinya yang penuh kasih terhadap siapa saja tanpa pandang bulu. Kemudian tragedi mengerikan terjadi, merenggut kebahagiaan serta kedamaiaan di kediaman tersebut. Sekali lagi nasib para budak termasuk Tom harus berubah, akankah menjadi lebih baik atau justru lebih buruk dari kehidupan-kehidupan mereka sebelumnya ? 

My Random Though : 
~ Uncle Tom struggle with his Faith ~ [ source ]
This is a story about slavery, but while reading it, I found my self ‘stranded’ even blend into this interesting characters. The previews said that this book had become an controvercy-issue, even President Abraham Lincoln who known as the man behind American Civil War so inspired by this story. When I’m expecting something so awful, vivid, brutal, all related topics about slavery, this book offers more, there’s kindness, dignity, honor, respect and totally faith in trusting the Lord Almighty. I’m already reading so many books, some of them was just ok, several of them indeed really good. But this story was beyond that, I found my self really ‘move’ deep inside. Generally when you reading about uglyness, or topics like slavery, the words ‘bitterness’ always came in our mind. And this book just did the opposite, the side-effect while reading it until finished it, makes me even thankfull and really bless by His Wisdom, that spread entire pages. If I can quote and every phrase in this book, it merely opening several verse from the Bible. This words are so beautiful and full deep though, just coming up open between page, yet the authors can put it in very simple words. Nothing more I can say about this book than its the most amazing stories I’ve ever read so far. This book will makes you cry and laugh, hate and love, sad and happy, all in the same phrase.

[ source ]
Tentang Penulis :
Harriet Beecher Stowe ( 1811 – 1896 ), lahir di Lichfield, Connecticut, dan masih kecil ketika ibunya meninggal. Ia bersekolah di sekolah kakak perempuannya Catharine’s Hartford Female Seminary, dan bekerja sebagai guru sebelum pindah bersama keluarganya ke Cincinnati, Ohio pada tahun 1832. Di sana ia kembali mengajar, bergabung dengan kelompok sastra, dan mulai menulis untuk diterbitkan. Kepindahannya ke “Barat” ini memungkinkan dirinya berkembang lebih pesat daripada di kampung halamannya di New England, sehingga ia mulai dikenal sebagai penulis di tingkat nasional. Pada tahun 1836, ia menikah dengan Calvin Stowe. Mereka memiliki tujuh anak. Pada tahun 1850, Charley – putra bungsu Stowe, meninggal karena kolera. Masih berdukacita atas kematian bayinya, Stowe kembali ke New England, dan – seperti yang dikatakan oleh feminis modern – menyampaikan pandangan politiknya dengan menyalurkan kesedihannya menjadi kritik pedas terhadap kekejaman perbudakan dan “Fugitive Slave Law” (Undang-Undang Budak Buron) yang mewajibkan siapa saja untuk membantu pemburu budak. 

[ source ]
Sebagai seorang anak perempuan, adik perempuan, istri dan ibu pendeta, dalam berbagai tulisannya Stowe mengungkapkan pandangan tokoh-tokoh gereja yang saling bertentangan pada generasinya. Dengan menuliskan dukacitanya yang mendalam, ia memulai kisah Paman Tom – seorang budak kulit hitam. Kisah ini diterbitkan secara berseri dalam surat kabar antiperbudakan. Baik Amerika maupun dunia, belum pernah melihat cerita seperti ini. Maka kisah Uncle Tom’s Cabin yang rilis pada tahun 1852, menjadi buku laris Amerika pertama yang dikenal oleh dunia luas. Dan Harriet Beecher Stowe menjadi penulis Amerika yang paling terkenal. Tahun berikutnya, untuk menjawab serangan serta berbagai pertanyaan terhadap keakuratan fakta novelnya, Stowe menerbitkan A Key to Uncle Tom’s Cabin yang mengungkapkan identitas sumber-sumbernya. Novel berikutnya yang juga antiperbudakan berjudul “Dred : A Tale of the Great Dismal Swamp” yang terbit pada tahun 1856. 

[ source ]
Pengaruh kisah ini merubah berbagai pandangan, dari segi kemanusiaan termasuk politik, sosial budaya dan perekonomian dunia, terutama di bidang seni dan literatur. Berbagai adaptasi dibuat dari kisah ini, mulai film bisu, drama teater, film layar lebar, serial TV, termasuk perusahaan sekelas Walt Disney turut membuat versi animasi dengan mengambil tema kisah ini. Selain itu juga memberi inspirasi akan munculnya kisah-kisah serupa, dengan tema penindasan serta pelanggaran hak-hak asasi manusia. Selama lebih dari 20 tahun, Stowe menerbitkan sejumlah novel berkualitas. Beliau wafat di Hartfort pada tahun 1896. 

[ More about this author and her related works or adaptation based on her books, check on here : Harriet Beecher Stowe | UncleTomCabin | Wikipedia ]

Best Regards,

Thursday, November 8, 2012

Final Chapter "GONE WITH THE WIND"


READ A LONG “GONE WITH THE WIND” by Margaret Mitchell 

[ source ]
Judul Asli : GONE WITH THE WIND
By Margareth Mitchell
Copyright © 1936 by The Macmillan Company
Copyright renewed © 1964 by Stephens Mitchell and Trust Company of Georgia as Executors of Margaret Mitchell Marsh
Copyright renewed © 1964 by Stephens Mitchell
Cover illustration © 1939 Turner Entertainment Co.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Sutanty Lesmana
Sampul dikerjakan kembali oleh David
Cetakan II : Juni 2009 ; 1.124 hlm  

Part V : Chapter XLVIII – LXIII | p. 923 – p. 1.124
Dalam bab sebelumnya, Scarlett menikah dengan Frank Kennedy – tunangan Suellen, demi menyelamatkan Tara dari hutang negara dan ancaman perampasan pihak Selatan. Kondisi Scarlett yang ‘merebut’ kekasih adiknya, menjadi topik pembicaraan yang tak pernah ada habisnya di kalangan masyarakat Atlanta. Namun Scarlett tak pernah mau ambil pusing dengan orang-orang yang dianggap tak sepaham dengan dirinya. Ia bahkan berani mengambil tindakan berani yang dianggap ‘tidak layak’ dengan membeli serta mengelola pabrik kayu (dengan sokongan dana dari Rhett Butler). Kehidupan rumah tangga pasangan baru ini bergerak ke arah yang berbeda, Frank yang kecewa dengan perlakuan Scarlett, harus menelan kepahitan bahwa rumah tangga impiannya tak akan pernah terwujud dengan sikap Scarlett yang keras kepala. Scarlett yang dihantui oleh bayangan ‘kemiskinan’ serta derita yang dialami selama pemulihan Tara, bekerja keras, menggunakan segala cara (termasuk yang dianggap tidak lazim bagi kalangan terhormat), semuanya demi terkumpulnya kekayaan yang menjadi Impian Scarlett. Tindakan serta sikap keras kepala Scarlett, yang tak pernah mau mengindahkan nasehat maupun saran orang lain, akhirnya berbuntut pada suatu peristiwa yang nyaris merenggut kehormatan sekaligus nyawanya. Meski ia selamat, namun ada harga yang harus dibayar, sebuah harga yang sangat mahal, yang menyebabkan dirinya menjadi seorang janda untuk kedua kalinya. 

[ source ]
Tiada yang memahami Scarlett selain Rhett Butler, dan melihat kondisi wanita yang selalu mengisi benaknya, Rhett memberikan suatu penawaran khusus. Dan Scarlett akhirnya menerima lamaran Rhett Butler, dan pernikahan mereka yang mengundang kontroversi  setiap penghuni di Atlanta, menyebabkan Rhett mengajak Scarlett untuk ‘mengungsi’ di New Orleans, bersenang-senang dan menikmati kenyamanan, kemewahan yang mampu disediakan oleh Rhett. Scarlett berhasil membalaskan dendam-nya, ia selalu teringat akan sumpahnya, bahwa takkan akan pernah lagi kemiskinan mendera dirinya. Rhett yang bersungguh-sungguh hendak membahagiakan Scarlett, memberikan kebebasan penuh untuk mempergunakan sumber kekayaan dirinya, ia tak keberatan Scarlett tetap bekerja dan memperluas pabriknya. Hanya satu syarat yang ia minta, jangan pernah sekali-kali dana yang ia berikan digunakan untik kepentingan pribadi Ashley Wilkes, karena ia tahu Scarlett telah membiayai Ashley semenjak ia kembali dari peperangan.

Dengan memanfaatkan sumber dana dari Rhett, Scarlett mulai membentuk kembali citra dirinya, dan ia hanya mau bergaul dengan kalangan tertentu. Bahkan setelah kembali ke Atlanta, ia membangun kediaman yang sangat mewah bak sebuah hotel, dengan tujuan memamerkan keberhasilannya pada orang-orang disekelilingnya. Berbagai sindiran serta gosip yang berputar pada masyarakat, semakin menguatkan tekad Scarlett untuk membentuk ‘benteng’ bagi dirinya dari orang-orang yang tak disukainya. Pada dasarnya, tiada satu pun kalangan terhormat dari Selatan yang menyukai Scarlett, apalagi Rhett yang masih dianggap sebagai kambing hitam. Jika bukan karena campur tangan Melanie Wilkes, yang dengan berani mengecam siapa saja yang menghina, menggosipkan dan memojokkan Scarlett, maka status dirinya takkan pernah ada di lingkup penghuni Atlanta. Kedua pasangan Rhett yang acuh serta Scarlett yang tak mempedulikan sekelilingnya selain kepuasan dirinya sendiri, menjadi pasangan terkaya namun dikucilkan dari pergaulan kalangan terhormat.

[ source ]
Ketika Scarlett hamil dan melahirkan seorang putri, sikap dan perilaku Rhett Butler berubah 180 derajat. Berbeda dengan Scarlett yang semenjak awal kehamilan sudah menegaskan bahwa memiliki anak bukanlah prioritas dalam hidupnya. Putri mereka yang dijuluki Bonnie Blue menjadi kesayangan sang ayah, dan dalam sekejap mampu menjinakkan hati para tetua dan penduduk Atlanta, apalagi melihat sikap Rhett yang sangat memuja anaknya. Jika Scarlett masih tidak disukai, maka sebaliknya, Rhett berusaha merubah sikap dan tingkah lakunya yang dingin, acuh dan seenaknya, demi masa depan putrinya, agar ia menempati status terhormat di kalangan sosial kaum terhormat. Alhasil kedua pasangan baru : Rhett dan Bonnie Blue, menjadi kesayangan dan sahabat penduduk Atlanta. Rhett mampu merubah pandangan masyarakat umum terhadap dirinya, sehingga secara perlahan, ia diterima dan diundang dalam berbagai acara sosial. Semua ini Rhett lakukan karena ia tahu Scarlett tak memperdulikan nasib anak-anaknya, terlihat pada Wade (putra Scarlett dari Charles Hamilton) dan Ella (putri Scarlett dari Frank Kennedy), yang turut menjadi korban, dikucilkan dari pergaulan sosial masyarakat Atlanta. 

Meski tampak tak memperdulikan kondisinya, dalam hati Scarlett murka, karena dirinya harus ‘bergantung’ pada belas-kasih Melanie yang selalu menggandeng dirinya dalam berbagai kegiatan, dan orang-orang yang tak menyukai Scarlett, tak berani melawan secara langsung, karena mereka mengasihi Melanie dan tak mau mengusik kemarahan wanita lembut yang mampu bertindak tegas. Melihat Rhett juga mulai diterima oleh masyarakat, timbul rasa sakit dalam hatinya, namun ia terlalu angkuh untuk mau mengakui apalagi meminta bantuan orang lain, terutama kepada Melanie dan Rhett yang pasti terang-terangan menertawakan dirinya. Satu-satunya yang dapat menghibur diri Scarlett adalah ia masih bisa bertemu dan berhubungan secara tidak langsung dengan Ashley yang bekerja di pabriknya. Kegiatan yang ia sembunyikan dari Rhett (yang sebenarnya sudah diketahui oleh Rhett, namun memilih untuk berdiam diri sembari melihat sejauh mana Scarlett berani bertindaj melanggar perjanjiaan mereka), rahasia antara dirinya dan Ashley, akhirnya terkuak ketika mereka berdua dipergoki oleh India Wilkes, Mrs. Elsing dan Archie – tunawisma yang diselamatkan oleh Melanie dan menjadi penjaga setia wanita itu.   

[ source ]
Conclusion :
From a very young and single girl, she married and become a widow only for a couple month, then she seduce her sister’s fiancee to marrying her instead, just for the wrong reason. Its gonna be the right choice if only she realize what the meaning of true marriage. But then she changing the marriage into another ‘contract’ for the purpose of her way to become rich and famous. She indeed become famous but not for the good ways, and become rich-people ... well its far beyond her dreams. As an stubborn, hard-headache and ambitious woman, she determine to seek anything, any ways that ca lead her for reaching the goal of her life. 

Despite all the negative characteristic on Scarlett O’Hara, I found my self crossed between hate and sometimes respect her, but mostly I feel pity for her. She had so many good quality (if she really want s to learn about love, respect and loyalty), but her ignoren and selfisness  just taking a biggest part of its life. She always looking for love and approvel, want to be respect and adore by everybody else, but the main part she didn’t know how to do it : how to be emphat with others.  She only looks from the outside of human being, never bother to look inside they heart.  She fought too hard to keep what she thinks really worthed in life, in the end, she lost all of them. 

[ source ]
This final part of family saga, really makes me thinking, what is the most valuable in life ? After several tragedy episode (spoiler-alert : its happens twice, makes me hard to stop crying, and the ending too ...*sigh*), and if we calculate the whole stories from the beginning to the end, I cannot imagine what it’s like living through war, losing everything you owned,  had experiance of the death of someone you love, trying not only to survive but rise from the fall. Can you still sees the future ahead when all the worse that can happen, just passing by in front of your eyes ? From this stories, we also see that only the smart, the strongest and most important part : the rebellion, who dare to takes a new steps, a new ways to start a new life ... and just few of them, become as an example of peoples that can survive until its ends.

American Civil War was something I never knew, mostly only the slavery part, but through this stories, I becoming intrigue by the life of its people and what’s behind the tragedy that sets ‘rage of killing’ between human. As I mention before,while reading GWTW, I reads Uncle Tom’s Cabin by Harriett Beecher Stowe and March by Geraldine Brooks, all of them sets on the same period. Slavery mention as a social-cultural who had happen for many century in the past. It changing everybody mind and how to act about it. Some of them threating as a bad, ugly, even more vivid of brutality way beyond humanity, but some of them really touch my feeling, reminds me that there is God’s will in every worse scenary. 

[ source ]
We are the same, with different colour of skin, different language, different looks, different background, but everyone is a human-being created by the Almighty. Giving by the most powerful gift : the free-will, a choice to live a life, it should be a better and really good choices, but yet still we choose the wrong path. 

I know through histories, a new race born, and through war, demolition and even armageddon, a new life will a rise. Some scientist even suggest that all the worse scenario, must be oblige to create the more powerful of human race. But if the tragedy can makes this thing happens, can the opposite ways do the same result, even better ? Well maybe I just being naive, but is it beautiful and wonderful if everybody get a long, living in peace and harmony ? 

[ source ]
For the final conclusion, Gone With The Wind indeed a historical fiction drama, its give the reader another way to looks on tragedy, presentate by uncommon characters, with all their flawless, weakness, uglyness, can you sees all the negative aspect reflect on our own life ? Yes indeed, we can say that ‘I’m not all that bad character’ such as Scarlett, or Ashley, or Rhett ... but look closely, one or two things are part of who we are. As a free human being, we have free will to choose, which step we take, the wrong choice would ended up like this stories. And in the end, learn from mistakes, get-up and just do another ways the next morning, learn to take some responsabilty of our own action. I also learn to sees the positive ways from each characters, I never want to be like Melanie who describe as an good and kind woman, because she had weakness too, I like Scarlett boldness and strong-will, but if gets too far, it can makes me ambituois and selfis person, I also like Rhett’s rebellion on old ways, smart thinking, always seeking a new ways, but I don’t want end-up always searching, never relax and enjoy it ... so in many ways, through them, hopelly we all can learn a better ways of life. 

If you want to follow my reading journey on GWTW, just check on my summary on previous chapter of the book in here : 

Part I  of "Gone With The Wind" [ link post ]
Part II of "Gone With The Wind" [ link post ]
Part III of "Gone With The Wind" [ link post ]
Part IV of "Gone With The Wind" [ link post ]
Book Characters on "Ellen O'Hara" [ link post ]
Book Characters on "Melanie Hamilton-Wilkes" [ link post ]
Best Regards,