WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Monday, December 17, 2012

Books "MANSFIELD PARK"



Judul Asli : MANSFIELD PARK
Copyright © Jane Austen
Penerbit Qanita
Alih Bahasa : Berliani Mantili Nugrahani
Editor : Prisca Primasari & Emi Kusmiati
Desain Sampul : A.M. Wantoro
Cetakan I : Februari 2012 ; 620 hlm
[ Review in Indonesia & English ]

Keluarga Ward dari Huntingdon memiliki 3 orang putri yang cantik. Yang pertama Miss Maria Ward, sangat beruntung diperistri oleh Sir Thomas Bertram dari Mansfield Park, wilayah Northampton. Bukan saka ia langsung menjadi seorang baronet serta memiliki mas kawin yang sangat besar, keluarganya turut menikmati kenaikan status sosial di kalangan  masyarakat, apalagi ia masih memiliki 2 orang adik perempuan yang belum menikah. Enam tahun kemudian, putri kedua menikah dengan Mr. Norris – seorang pendeta yang terhormat, dan dpekerjakan oleh Sir Thomas Bertram di Mansfield Park. Namun si bungsu, Miss Francess Ward, justru menikah dengan Mr. Price - seorang letnan angkatan laut, yang bukan saja tidak berpendidikan, tidak memiliki harta juga koneksi ke kalangan terhormat. Harkat keluarga Ward diinjak-injak, menimbulkan pertengkaran hebat antara ketiga bersaudara, dan hubungan diantara mereka terputus sebelum Sir Thomas sempat memikirkan tindakan untuk membantu kondisi sosial mereka. 

[ source ]
Hubungan di antara mereka tetap terputus, hingga sebelas tahun kemudian, di mana kondisi Mrs. Price yang baru melahirkan lagi, sedang dalam kesulitan besar. Ia harus mengurus dan membesarkan 8 orang anak yang masih kecil, sementara sang suami yang telah dibebas-tugaskan, hanya mengisi waktu dengan bermabuk-mabukan. Maka ketika akhirnya Mrs. Price menulis surat memohon petunjuk pada Sir Thomas bagi masa depan putra sulungnya yang periang, William yang telah berusia 10 tahun, hubungan di antara keluarga tersebut mulai terjalin. Sir Thomas dengan senangn hati membantu dan Lady Bertram turut mengirimkan bantuan dana bagi sanknya yang kurang mampu. Hingga tak heran ketika kemudian keluarga Sir Thomas memutuskan mengambil putri sulung keluarga Price yang baru berusia 9 tahun, untuk dibesarkan dan diasuh di Mansfield Park, sekaligus mengurangi beban keluarga Price. Maka semenjak itu, Mansfield Park memperoleh penghuni baru bernama Fanny Price – gadis manis, pemalu dan pendiam, yang menjadi bagian dari keluarga besar Bertram.


Keluarga Bertram terdiri dari Sir Thomas dan Lady Bertram, dengan 4 orang putra-putri mereka, Tom (17 tahun), Edmund (16 tahun), Maria (13 tahun) dan Julia (12 tahun). Di mata mereka, gadis cilik bertubuh kurus dan pemalu itu tidak terlalu menarik untuk dicermati lebih lanjut. Tiada yang menyadari perasaan Fanny yang halus dan peka, hingga kesedihan serta rasa kesepian yang dirasakan karena jauh dari keluarga serta William – kakak terkasihnya, tak mampu membuat kegembiraan dalam dirinya meski ia tinggal dalam kemewahan di Mansfield Park. Apalagi Mrs. Norris yang menganggap dirinya memiliki tanggung jawab dalam ‘menasehati’ sang kemenakan miskin, untuk selalu mengingat dirinya harus bersyukur atas kemurahan hati keluarga Bertram. Fanny Price semakin murung dan sedih, seandainya saja tidak ada uluran persahabatan yang ramah dan hangat dari Edmud Bertram, yang kemudian menyadari bahwa gadis ini sangat cerdas namun pemalu untuk mengungkapkan pikirannya.

[ source ]
Kehidupan Fanny Price sebagai bagian keluarga Bertram akhirnya berjalan dengan lebih baik. Fanny mampu mengatasi semuanya, terutama karena adanya Edmund yang senantiasa memberikan dukungan serta kehangatan persahabatan bagi dirinya yang pemalu serta tertutup. Dan pada usia-nya yang ke-15, terjadi perubahan dalam hidupnya. Mr. Norris meninggal dunia, meninggalkan sang janda dalam kondisi kebingungan dan kehilangan pegangan hidup serta pemasukan pendapatan bagi kebutuhan hidupnya. Maka uluran tangan untuk pindah ke Mansfield Park tak ia sia-siakan. Bahkan beliau memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya mengatur serta menjadi pembimbing kemenakan-kemenakannya yang cantik serta tentu saja tetap mengingatkan kemenakan miskinnya akan ‘keberuntungan’ hidupnya. Hal ini merupakan kelegaan bagi Lady Bertram yang pada dasarnya pemalas dan tidak terlalu memperdulikan perkembangan anak-anaknya. Ia dengan senang hati menikmati kenyamanan serta pelayanan Fanny Price, serta menyerahkan tanggung jawab kepada saudarinya. 

Dari sini dimulailah awal babak baru dalam kehidupan di Mansfield Park. Jabatan Mr. Norris seharusnya diwariskan kepada putra kedua, Edmund namun harta keluarga Bertram hampir habis digerogoti Tom yang semenjak remaja suka berfoya-foya dan cenderung bertindak sembrono. Berbeda dengan Edmund yang lebih sabar, berhati-hati dan bertindak berdasarkan pemikiran yang lebih matang. Maka sembari menunggu Edmund pada usia yang tepat, posisi Mr. Norris di Parsonage ditempati oleh Dr. Grant – pendeta bersemangat berusia 45 tahun, dengan sang istri yang 15 tahun lebih muda, serta tidak kalah lincahnya. Kemudian menyusul peristiwa dimana Sir Thomas harus berangkat ke Antigua guna membesarkan bisnis dan membawa serta putra sulungnya, dengan harapan mampu menghilangkan kegemaran berfoya-foya. Perjalanan jauh dan memakan waktu minimal 1 tahun, meninggalkan tanggung jawab pengelolaan Mansfield Park pada Edmund serta Mrs. Norris yang dengan senang hati mengambil alih semua kesenangan dari tangan Lady Bertram yang tak pernah peduli dengan hal tersebut selain keberadaan sang suami. 

[ source ]
Dan menjelang ulang tahun Fanny yang ke-18, desa mereka memperoleh penghuni baru, Mary Crawford dan adiknya Henry Crawford – keduanya adik tiri Mrs. Grant dan merupakan keturunan terhormat serta cukup kaya. Persahabatan antara keluarga Bertram dan keluarga Grant memungkinkan terjalinnya perkenalan serta persahabatan dengan keluarga Crawford. Apalagi Mary Crawford merupakan seorang gadis cantik, menarik serta tahu bagaimana membawa diri di kalangan atas. Hingga Edmund Bertram juga menaruh perhatian khusus bagi gadis ini. Tak ketinggalan Henry Crawford – pemuda tampan, menarik dan tahu bagaimana merayu kaum wanita. Bahkan Maria yang telah bertunangan dengan Mr. Rushworth – pemuda kaya raya namun tak begitu cerdas, berebut perhatian Henry dengan Julia, adikknya sendiri. Bahkan Mrs. Norris sangat senang dan memuji-muji keduanya. Hanya Fanny Price yang tak terpengaruh oleh pesona kedua kakak beradik Crawford. Di satu sisi karena ia telah menetapkan hatinya pada saudara sepupu tersayang Edmund, sehingga melihat pujaan hatinya menaruh harapan pada gadis lain sungguh membuat resah dirinya. Dan meski Henry Crawford mampu memikat hati setiap wanita, Fanny  mampu melihat keberadaan dirinya yang suka mempermainkan perasaan gadis-gadis.

Kesan :
Hmmm... lumayan panjang ya, pendahuluan yang kuberikan, dan tahukah Anda itu belum mencapai seperempat dari keseluruhannya kisahnya ?? Kisah akan terus berlanjut menggambarkan kehidupan ‘bebas’ yang dijalani para penghuni Mansfield Park selama setahun lebih sepeninggalan Sir Thomas Bertram. Tanpa adanya sosok yang senantiasa mengawasi serta menegakkan disiplin, para muda-mudi menjalani dengan penuh kebebasan dan kurang memperdulikan aturan-aturan yang berlaku. Lady Bertram digambarkan sebagai wanita pemalas yang tidak pernah ambil pusing dengan bagaimana Mansfield Park dijalankan. Selama ada sang suami, ia menyerahkan seluruhnya pada beliau. Kini ketika sang suami dan pemimpin rumah tangga berada di sebarang lautan, Mansfield Park ditangani oleh Edmund – pemuda yang kompeten dan memiliki tanggung jawab, namun sebagaimana pemuda seusianya, ia belum memiliki kematangan serta keberanian untuk memutuskan jalan mana yang akan dipilih dalam hidupnya. Satu-satunya orang dewasa yang dianggap mampu membantu adalah saudara Lady Bertram – Mrs. Norris, yang celakanya justru membawa pengaruh tidak baik.

[ source ]
Dari seluruh kisah ini hanya ada satu sosok karakter yang semenjak awal sudah sangat tidak kusukai : Mrs. Norris. Ia menggambarkan dirinya sebagai wanita yang luhur dan berbudi, merasa berkewajiban untuk membantu sanaknya Keluarga Bertram dengan ikut-campur berbagai urusan rumah tangga mereka. Ohh ... memang banyak sekali wanita-wanita yng digambarkan sok-usil dalam kisah seperti ini, namun Mrs. Norris bukan sekedar usil, karena ia tahu apa yang dilakukannya, dan semuanya memiliki tujuan tersendiri : demi kepentingan dan keuntungan pribadinya semata. Maka tak pelak sosok Mrs. Norris adalah wanita egois, picik, dengki, dan menutupinya dengan berbagai alasan berbudi yang selalu ia gembar-gemborkan. Bagaimana beliau selalu menyudutkan Fanny dan mengingatkan dirinya bahwa ia dari keluarga miskin dan harus membalas budi pada sanaknya yang kaya, kemudian menyusul berbagai tugas yang dibebankan pada gadis itu, tugas yang seharusnya ia  kerjakan sendiri. Secara keseluruhan, kisah ini berjalan lebih lambat dan lebih menjengkelkan daripada Pride dan Perjudice yang telah kubaca sebelumnya. Karakter-karakter yang mucul dalam kisah ini justru menonjol dari berbagai  segi negatif (yang membuatku semakin lama semakin jengkel) dan karakter-karakter yang baik digambarkan terlalu lemah untuk melawan atau yang lebih parah terlalu malas untuk ambil peduli.

Singkat cerita, meski kisah ini berakhir dengan happy ending *spoiler-alert* tiada kesan khusus yang mampu membuatku ingin mengulang kisah ini. Meski demikian harus diucapkan salut kepada sang penulis yang mampu menyoroti atau bisa dikatakan ‘menelanjangi’ kebobrokan mental serta pendidikan yang terjadi di kalangan terhormat. Patut disimak pula bahwa justru William dan Fanny Price yang lahir dari keturunan miskin dan dianggap tidak memiliki martabat, mampu mencerminkan kepribadian yang lebih baik daripada saudara-saudara sepupu mereka yang terlahir dan terdidik secara khusus. Akhlak dan moral turut dipertanyakan di sini, saat skandal perselingkuhan terjadi, mencoreng nama baik keluarga, terbuka tabir siapa saja yang memiliki akal sehat dan siapa yang selalu tampak tampil terhormat dan berkata-kata tentang aturan dan dogma-dogma agama, justru melakukan tindakan yang sebaliknya. Penulis mampu menyajikan drama yang bisa dikatakan membuat miris serta menguak hal-hal yang dianggap tabu dalam kehidupan tertutup kalangan terhormat. Hanya satu yang kusayangkan, karakter utama kisah ini digambarkan tidak memiliki keberanian untuk melawan arus negatif yang berjalan di sekelilingnya. Mereka hanya berdiam diri dan berjuang dalam kediaman mereka. Mungkin memang itulah yang terjadi pada kondisi kenyataan pada era tersebut.  

[ source ]
My Random Though :
Mansfield Park (MS) is the second book from Jane Austen I read. The first one is the famous Pride & Prejudice (PP) and I quite enjoy it, specially in the conflict between Mr. Darcy and Elizabeth Bennet. So when I read MS, I’ve been expecting the same result as I read PP, and here is I got : just plain bored and really-really annoyed by almost every character in this stories. Yes I know Austen always describe her stories about the way of living on respected peoples against shallow and poor peoples in the mid-18 century and beginning of the 19 century, usually with contradiction and rebellation on their culture or common heritate from family to another. But if in PP I found some respect in several character, I cannot say the same on MP. But if you ask me how many characters i dislike, well, I can give you several number on this.

In every stories, usually you found protagonis and antagonis character. In MS the protagonis really weak in person, cannot fight back or even say ‘no’ on those bullies and mean people (enough said that the antogonis character was describe as an strong and agressive person). I don’t like bullies, but I don’t like either people that won’t stand-out to defense them-self. This character Fanny Price, really makes me wanna scream ‘why don’t you just said no when you don’t want to, and say yes when you really want something’ – just sitting in the corner, crying about it, ouwww, makes me ..... (I like her little sister Susan more who had courage to said what is it in her mind, too bad she just plays really small part on this stories). Without further due, I still wanna reads another of Austen’s books, maybe I can find an interesting stories such as PP, hopelly I didn’t have to read something like this any more. Just makes me frustate trying to finished the whole pages ... 

[ source ]
About Author :
Jane Austen (16 December 1775 – 18 July 1817) was an English novelist whose works of romantic fiction, set among the landed gentry, earned her a place as one of the most widely read writers in English literature. Her realism and biting social commentary have gained her historical importance among scholars and critics.

Austen lived her entire life as part of a close-knit family located on the lower fringes of the English landed gentry. She was educated primarily by her father and older brothers as well as through her own reading. The steadfast support of her family was critical to her development as a professional writer. Her artistic apprenticeship lasted from her teenage years into her thirties. During this period, she experimented with various literary forms, including the epistolary novel which she then abandoned, and wrote and extensively revised three major novels and began a fourth. From 1811 until 1816, with the release of Sense and Sensibility (1811), Pride and Prejudice (1813), Mansfield Park (1814) and Emma (1816), she achieved success as a published writer. She wrote two additional novels, Northanger Abbey and Persuasion, both published posthumously in 1818, and began a third, which was eventually titled Sanditon, but died before completing it.

[ source ]
Austen's works critique the novels of sensibility of the second half of the 18th century and are part of the transition to 19th-century realism. Her plots, though fundamentally comic, highlight the dependence of women on marriage to secure social standing and economic security. Her work brought her little personal fame and only a few positive reviews during her lifetime, but the publication in 1869 of her nephew's A Memoir of Jane Austen introduced her to a wider public, and by the 1940s she had become widely accepted in academia as a great English writer. The second half of the 20th century saw a proliferation of Austen scholarship and the emergence of a Janeite fan culture.

[ source : wikipedia on Jane Austen ]

Best Regards, 

7 comments :

  1. Replies
    1. ayo dijadikan whisful aka wishlist yg terkabul :D

      Delete
  2. Mrs. Norris ya? Hmmm...kayaknya J.K. Rowling ambil nama buat si kucing dari sini ya? Pas sih sama karakter majikan mrs. Norris... :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe, emang si tante JK Rowling ambil namanya dari karakter JA ini, asking nyebelinnya, duh amit-amit deh

      Delete
  3. Haduh kayaknya novelnya Jane Austen yang ini ceritanya lebih kelam dan ribet ya. Kalau Emma yang kubaca kan ringan banget. Tapi itu juga bacanya udah perjuangan sih karena kesannya dipanjang-panjangin. Hehe. Aku pernah nonton film Mansfield Park dulu tapi ketiduran karena emang diputernya malem dan ceritanya juga ngebosenin kayaknya. Sekarang jadi pengen nonton lagi barengan sama baca novelnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aslinya aq mau nonton ulang film-filmnya JA Nana sekalin bikin ulasan, apa daya ngak keburu hicks ...

      Delete
  4. Kalo kesanku waktu baca MP; kok ga ada pria yang menarik yaa? hihi :p
    Edmund yang mustinya punya common sense tapi malah sukanya sama si cewek itu huh :)))
    Setelah baca 3 buku Austen, kayanya tokoh "ibu" selalu ga beres ya >.<

    ReplyDelete