WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Wednesday, July 31, 2013

Books "KING SOLOMON'S MINES"

Books “HARTA KARUN RAJA SULAIMAN”
Judul Asli : KING SOLOMON’S MINES
Copyright © by H. Rider Haggard, 1883
Alih Bahasa : Sutrisno
Editor : Daru Wijayanti
Penerbit : Kanal Publika
Desain sampul : Bayu
Cetakan I : Juli 2013 ; 273 hlm

King Solomon’s Mines adalah salah satu karya epik yang melibatkan legenda dan mitos tentang keberadaan harta karun terpendam milik Raja Sulaiman yang terkenal sepanjang sejarah, meskipun kebenaran serta data-data yang akurat belum diketemukan secara lengkap. Kisah yang ditulis dengan memadukan alam bebas Afrika yang masih liar dengan para penghuni yang masih terbilang primitif dan menganut kepercayaan terhadap sihir serta kekuatan gaib dan pemujaan terhadap dewa-dewa, mampu memberikan nuansa tersendiri yang menarik minat kalangan pembaca penggemar kisah misteri serta petualangan.

Ditulis dengan gaya narasi melalui sudut pandang tokoh utama bernama Alan Quatermain, yang menuliskan perjalanan hidupnya dalam suatu jurnal, sedikit banyak mengingatkan diriku akan kisah karakter Robinson Crusoe karya Daniel Defoe. Alan Quatermain adalah pria asal Inggris yang memilih menjalani sebagian besar hidupnya di Afrika, selaku pemburu hewan-hewan buas dan menjual dagangannya seperti gading gajah hingga kulit buaya. Namanya terkenal dikalangan para pemburu serta pedagang lokal maupun asing, karena ia memiliki pengetahuan serta insting dalam menjelajahi wilayah liar dan ganas di belantara Afrika yang luas serta primitif. Maka tak heran ketika ia bertemu dengan Sir Henry Curtis serta rekannya Kapten John Good di atas kapal Dunkeld menuju kepulauan Natal, ia memperoleh penawaran kerjasama yang sangat menarik disertai imbalan tinggi, untuk menjadi pemandu sekaligus penjaga sebuah ekspedisi menuju wilayah yang hanya diketahui sebagai sebuah legenda belaka.



Sir Henry Curtis memiliki misi khusus untuk mencari dan menemukan adik kandungnya yang menghilang sekitar tiga tahun lalu. Kabar terakhir menujukkan bahwa ia berada di Afrika, dan pernah berjumpa dengan Alan Quatermain sebelum ia ‘lenyap’ tanpa jejak. Pria yang dicari adalah Mr. Neville Curtis, yang akibat bertengkar dengan kakaknya sehubungan dengan harta warisan keluarga, memutuskan mencari peruntungannya sendiri yaitu menelusuri jejak lokasi harta karun Raja Sulaiman. Meski Alan Quatermain tak berminat mengikuti jejak beliau, ia sempat memberikan panduan peta yang disalin dari sebuah peta asli yang ia peroleh dari seseorang yang pernah mencari harta karun tersebut dan tewas secara mengenaskan tanpa hasil.

Setelah melalui pertimbangan matang dan demi masa depan putra tunggalnya, Alan Quatermain bersedia menemani rombongan Sir Henry Curtis dan Kapten John Good, untuk menemukan Neville Curtis dengan cara menelusuri jejak pada peta lokasi dimana akan ditemukan harta karun Raja Sulaiman tersebut. Peta yang ada merupakan warisan turun temurun sebuah keluarga, dimana nenek moyang mereka pernah menemukan harta tersebut sebelum ia tewas akibat pengkhianatan salah satu anggota rombongannya. Meski peta itu menjamin ‘jalan-masuk’ yang lebih mudah, perjalanan mereka tetap penuh resiko tinggi, dengan adanya padang pasir nan luas, cuaca yang tak menentu, dan kondisi alam bebas yang masih liar dengan adanya hewan-hewan buas serta suku-suku primitif. 

Persiapan rombongan ini dilakukan secara seksama, mulai dari peralatan, perlengkapan serta perbekalan, hingga pemilihan anggota rombongan yang akan membantu selama perjalanan. Salah satu anggota mereka merupakan sosok ‘asing’ yang menawarkan diri untuk mengikuti ekspedisi tersebut. Pria Afrika yang mampu memahami bahasa Inggris ini bernama Umbopa, dengan sosok gagah nan menawan, berpenampilan sedikit angkuh sekaligus berkesan misterius.

Kisah kemudian bergulir pada perjalanan rombongan yang mengalami aneka peristiwa hingga memakan korban satu demi satu. Hingga suatu saat ketika anggota rombongan yang masih tersisa dan dalam kondisi buruk, bertemu dengan rombongan kecil sebuah suku bangsa. Melalui penuturan sang pemimpin, dikisahkan latar belakang mereka yang dulunya merupakan suku bangsa terbesar di Afrika, yang menguasai lahan subur nan luas, hidup bahagia dan tenteram, sampai terjadi kudeta yang menewaskan sang pemimpin sekaligus istri serta putra tunggalnya yang masih bayi. Pemimpin baru yang tidak lain suadar kandung sang Raja, kini berkuasa dengan tangan besi dan sangat keji dalam membantai hampir sebagian besar anggota suku yang kuat dan kokoh dengan bantuan kawanan ‘penyihir’ yang dengan sewenang-wenang menjatuhkan siksaan serta hukuman mati bagi siapa saja.

Di sinilah rahasia masa lalu Umbopa terungkap, bahwa ia sebenarnya putra sang Raja yang disangka telah tewas terbunuh. Sekian lama mengembara dan hidup di dunia ‘orang kulit putih’ – ia menantikan saat yang tepat untuk kembali kepada sukunya, membebaskan mereka dari sang tirani dan menuntut haknya sebagai pemimpin. Semenjak awal Quatermain tak tertarik untuk terlibat dalam konflik serta peperangan antar suku tersebut. Namun ketika ia melihat sendiri perilaku sang pemimpin yang haus darah, bukan hanya Quatermain, tetapi juga Henry Curtis dan John Good, bersedia membantu Umbopa atau Ignosi – putra Raja Imotu penguasa Kukuanas. Apalagi salah satu musuh utama mereka selain Raja Twala yang kejam, keberadaan Gagool – wanita penyihir yang menakutkan yang tak pernah diketahui berapa usianya, dan juga merupakan sosok pengkhianat yang membunuh satu-satunya orang yang pernah menemukan harta karun Raja Sulaiman. Maka mereka harus mengalahkan Raja Twala beserta ribuan pasukannya serta para wanita penyihir yang keji.

Secara keseluruhan kisah ini cukup menarik, dan mengundang rasa penasaran. Untuk edisi terjemahannya juga cukup standart (dalam arti ada beberapa hal yang terasa ‘janggal’ disana-sini) dan tidak adanya penjelasan atau glosary untuk beberapa istilah asing cukup mengganggu karena tidak memahami maksudnya. Selain itu ada sebuah bagian yang tampak ‘hilang’ pada halaman 84 menuju 85, sehingga bagaikan menonton sebuah episode yang tak tuntas, langsung meloncat pada situasi dan kondisi yang sama sekali berbeda. Terlepas dari hal-hal tehnis  tersebut, untuk kisahnya sendiri cenderung digambarkan secara brutal dan diriku bukan berbicara tentang pembantaian massa yang dilakukan oleh sosok Raja Twala. Melainkan adegan perburuan hewan seperti gajah yang diburu, dilukai demi kesenangan dan keserakahan untuk mengambil gadingnya, ini sangat ‘tidak-manusiawi’ menurut pendapatku. Jika Raja Twala serta Gagool dapat ‘dimaklumi’ karena kegilaan mereka menjadikan sosok yang haus darah, maka apa yang dapat dipertanggung-jawabkan oleh sosok-sosok karakter yang digambarkan sebagai ‘gentleman’ bahkan pahlawan, tetapi seenaknya menghabisi nyawa hewan liar hanya untuk diambil sebagian anggota tubuhnya untuk dijual pada penawar tertinggi di pasar bebas.

[ source ]
Mungkin sudut pandang sang penulis yang notabene bangsa Inggris, yang juga terkenal akan aturan serta adat kebiasaan dalam menjalani kehidupan ala ‘gentleman’ ; terutama kegemaran berburu hewan liar hanya demi kesenangan belaka – sungguh sangat tidak layak untuk diungkapkan dengan penuh kebanggaan (seperti memamerkan gading gajah yang terbesar di ruang tamu, atau karpet dari kulit hewan yang diburu dan dikuliti). Salah satu adegan yang cukup membekas di benakku, ketika Kapten John Good sedang memuaskan kesenangan ‘berburu’ dan bermain-main dengan hewan liar, hingga seekor gajah terluka dan berganti menjadi pemburu yang marah dan nyaris menewaskan pria itu seandainya saja tidak ada sosok pelayan kulit hitam, salah satu penduduk Afrika yang mengorbankan nyawanya demi keselamatan pria yang hanya berniat ‘main-main’ dengan melukai hewan liar. Tewasnya sang penyelamat hanya merupakan bagian kecil yang disebut, rasa penyesalan yang tamapk hanay sekilas, entah bagaimana tak mampu menghapuskan rasa ‘geram’ di benakku.

~ Favorite Quotes :
“Apa itu kehidupan? Katakan padaku, wahai kulit putih, yang bijaksana, yang tahu rahasia dunia, dan dunia bintang dan dunia yang berada di atas dan sekitar bintang-bintang ; yang mengirimkan kata-kata dari kejauhan tanpa suara ; katakan padaku, orang kulit putih, rahasia kehidupan kami – kapan kehidupan kami pergi dan kapan kehidupan kami datang! Dengan ini aku akan menjawab. Keluar dari kegelapan kami datang, masuk ke dalam kegelapan kami pergi. Seperti seekor burung yang dikendalikan badai di malam hari, kami terbang tanpa tujuan. Kehidupan bukanlah apa-apa. Kehidupan adalah semuanya.” [ p. 70 – 71 ]
“Kita orang terkaya di seluruh dunia. Monte Cristo tidak ada apa-apanya dibandingkan kita. Kita akan membanjiri pasar dengan berlian-berlian ini.” 
“Ada batu-batu berkilauan yang kalian suka, orang-orang kulit putih, sebanyak yang kalian inginkan ; bawalah batu-batu itu, mainkan batu-batu itu di jari-jari kalian, makan batu-batu itu, hee! hee! hee! Minum batu-batu itu, ha! ha! Buka peti-peti lainnya, orang-orang kulit putih, pasti ada lebih banyak berlian di dalamnya. Bawalah batu-batu itu, tuan-tuan kulit putih! Ha! Ha! Ambillah semuanya.” [ p. 226 - 227 ]
“Di sana mengelilingi kami tergeletak harta karun yang cukup untuk membayar hutang suatu negara moderat, atau untuk membangun sebuah pasukan besar berbaju besi, dan namun demikian kami akan senang hati menukarnya dengan kebebasan kami. Kami pasti bersuka cita untuk menukarkan harta karun itu dengan sedikit makanan dan minuman. Sesungguhnya kekayaan yang manusia peroleh dengan mempertaruhkan nyawanya, adalah sesuatu yang tidak berharga pada akhirnya.” [ p. 236 ]
Tentang Penulis :
Sir Henry Rider Haggard, KBE (22 Juni 1856 – 14 Mei 1925) adalah penulis kenamaan asal Inggris. Dengan bermodalkan pengalamannya selama bekerja di wilayah Afrika Selatan, beliau menulis novel-novel bertema petualangan dengan latar belakang belantara Afrika dan merupakan salah satu pencetus genre Lost World dalam dunia literatur.Beliau juga aktif dalam reformasi seputar hukum kepemilikan tanah bagi para petani dan pekerja dalam kawasan koloni Inggris. Latar belakang kisahnya mayoritas menjelang akhir Victorian dan membawa pengaruh yang cukup kuat bagi dunia literatur era Victorian.

[ more about the author and related works, just check at here : H. Rider Haggard | His Works | on Goodreads | on IMDb | Movie Adaptation (2004) ;(1985) ;(1950) ;(1937) ]


Best Regards,

No comments :

Post a Comment