WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Showing posts with label Epic Historical Classic. Show all posts
Showing posts with label Epic Historical Classic. Show all posts

Wednesday, October 31, 2012

Books "QUO VADIS ?"



Books “QUO VADIS ?”
Judul Asli : QUO VADIS – A NARRATIVE OF THE TIME OF NERO
Copyright © by Henryk Sienkienwicz
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Antonius Adiwiyoto
Desain Sampul : Satya Utama Jadi
Cetakan II : November 2009 ; 552 hlm 

Sepanjang sejarah kehidupan, Manusia – sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia karena diberkahi akal-budi untuk memilih kehidupan yang akan dijalani, memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk. Sesuai dengan evolusi dan perkembangan, maka ciptaan-Nya semakin disempurnakan, secara fisik maupun mental. Akan tetapi kebebasan serta hak untuk memilih, justru banyak disalah-gunakan pada hal-hal yang tidak layak dan sangat tidak manusiawi, sesuai dengan akhlak dan kodrat masing-masing. Jika hanya segelintir manusia yang memiliki akhlak rendah, maka kehidupan akan terus berjalan. Namun bagaimana seandainya suatu bangsa yang besar, justru mengalami kejatuhan akan turunnya nilai-nilai moral, perilaku serta pikiran yang tiada bedanya dengan hewan atau makhluk yang lebih rendah derajatnya ?? 

[ source ]
Sejarah mencatat kebangkitan suatu bangsa muncul setelah terjadi tragedi atau musibah besar. Dan di antara sekian banyak kejadian, justru peran serta manusia itu sendiri yang menyebabkan terjadinya pemusnahan, pembantaian, dan pembenaran atas perilaku yang tidak manusiawi. Dengan alasan memperluas kekuasaan, memerintah serta memperbudak manusia-manusia lain, peperangan, pembunuhan dan penyiksaan dibenarkan secara ‘hukum-manusia’ dan salah satu alasan yang menyebabkan terjadi perang berkepanjangan adalah penyebaran agama, menghadapi aliran keyakinan kuno, terutama paganisme yang berputar pada politeisme, animisme dan dinamisme. Salah satu pendobrak aliran ini dimulai ketika terjadi penyebaran agama Kristen - tugas para rasul setelah Kebangkitan Kristus, memperbaharui janji akan dunia baru, pengampunan serta kehidupan yang kekal di sisi Allah yang Tunggal.  

Preview :
Kisah dibuka ketika Petronius – mantan gubernur dan anggota kehormatan Dewan Romawi, kesayangan Caesar Lucius Domitius Ahenobarbus atau yang dikenal sebagai Nero, karena kemampuan serta kesukaan Petronius akan seni serta keindahan, membuat dirinya dijuluki sang Penilai Keindahan, dan ia mendapat kunjungan tak terduga dari kemenakannya Vinicius  Muda. Pemuda tampan dan menarik ini baru kembali ke Roma setelah mengikuti pasukan Corbulo, dan ia memiliki permohonan pada sang paman yang memiliki pengaruh serta kekuasaan demi tercapainya impian terpendam yang menggebu-gebu dalam dirinya. Vinicius jatuh hati pada Callina atau yang lebih dikenal sebagai Lygia – putri angkat Aulus Platius dan Pomponia Graecina. 

[ source ]
Kesulitan terjadi karena Lygia bukan bangsa Romawi, melainkan keturunan Raja bangsa Lygia (=sekarang disebut sebagai bangsa Polandia) yang pernah menjadi sekutu sekaligus tawanan perang. Setelah perang lama usai, Lygia sebatang kara, dan dibawa ke Roma, dirawat serta dibesarkan oleh Aulus dan Pomponia yang menyayanginya bagai putri  kandung mereka. Karena perbedaan status, tidak layak jika gadis ini dijadikan seorang istri bagi Vinicius yang keturunan terhormat bangsa Romawi. Namun tidak mungkin pula Aulus menyerahkan putrinya sebagai selir / gundik Vinicius, apalagi keluarga mereka dikabarkan menganut aliran ‘Kristen’ yang dianggap aneh bagi para petinggi Roma. Karena kondisi inilah, Vinicius meminta pertolongan Petronius yang memiliki banyak akal serta muslihat. 

Petronius sangat sayang pada Vinicius, maka ia mengatur sebuah rencana terselubung yang nantinya akan membuat Lygia menjadi ‘milik’ Vinicius. Melibatkan peran serta perintah Caesar Nero, Lygia ditahan di kediaman Caesar untuk nantinya diberikan sebagai hadiah kepada pemuda yang sedang mabuk kepayang. Yang tidak mereka ketahui atau dengan sengaja menutup mata, bahwa Lygia bukan gadis biasa. Ia dibesarkan dan dididik secara Kristen oleh keluarga angkatnya, sehingga hatinya bersih, tidak menyukai bahkan cenderung muak pada pesta pora dan kebiasaan hidup para pejabat Roma. Meski di dalam lubuk hatinya, ia juga tertarik pada Vinicius, namun ia tak mau mengorbankan prinsip hidupnya dengan menjadi selir Vinicius. Maka saat Petronius dan Vinicius menanti iring-iringan tandu yang membawa ‘selir-baru’ ke kediamannya, Lygia dibantu pelayan setianya Ursus serta kelompok Kristen, melarikan diri, bersembunyi dalam lindungan para penganut dan simpatisan Kristen. 

[ source ]
Pelarian Lygia berdampak pada kemarahan Nero yang nyaris menghukum pasangan Aulus dan Pomponia, karena dianggap mereka berperan serta dalam aksi pemberontakan itu. Dan dampak yang paling hebat adalah Vinicius yang nyaris gila dalam usahanya menemukan wanita pujaan hatinya. Pemuda yang semula mabuk kepayang, akhirnya murka akibat penolakan Lygia. 

[ source ]
Hal ini mendorong dirinya untuk menempuh segala cara, menemukan wanita itu dan membalas penghinaan yang ia lakukan. Petronius yang melihat kejatuhan moral serta pikiran Vinicius berusaha mencegah, namun kebulatan tekad pemuda yang putus asa itu, tak mampu dibendung. Kemudian melalui Eunice – budak setia Petronius, mereka bertemu dengan Chilo Chilonides – seorang peramal yang menjanjikan mampu mencari persembunyian Lygia yang bagai lenyap ditelan bumi. 

Penyelidikan Chilo membawa mereka ke pertemuan rahasia kaum Kristen, dan setelah menunggu sekian lama, akhirnya suatu hari, mereka berhasil menemukan di mana Lygia berada. Membawa seorang pengawal dan disertai Chilo, Vinicius menyusup dalam tempat persembunyian dan melarikan Lygia yang terkejut. Namun Ursus yang tak pernah melepaskan putri lindungannya, mampu membunuh sang pengawal dan nyaris membunuh Vinicius jika tidak dicegah oleh Lygia. Vinicius berada pada posisi yang terbalik, kini ia terluka parah dan menjadi tawanan.

[ source ]
Dalam proses penyembuhan dan pemulihan, Vinicius bertemu dengan sebagian pelindung dan teman-teman Lygia, orang-orang yang dengan sepenuh hati merawat dan membantu pemulihan dirinya. Vinicius terheran-heran akan kebaikan serta kemurahan hati orang-orang tersebut. Bahkan ketika ia berhadapan Rasul Petrus, mendengarkan ajaran-ajaran yang diberikan sepotong demi sepotong di tengah kondisi setengah sadar. Walau ia tak mampu langsung memahami pemikiran para pemeluk agama ini, namun secara perlahan, hal itu berpengaruh pada dirinya, menimbulkan pergolakan dalam hatinya.

“...dia mendengar khotbah bahwa orang bahkan harus mengasihi musuhnya. Tapi menurut pendapatnya itu hanya teori belaka. Dalam hidup sesungguhnya, itu takkan terjadi. Pahala apa yang diinginkan orang-orang ini? Vinicius berpendapat bahwa kehidupan orang Kristen di dunia yang mengesampingkan hartabenda dan kesenangan hanya merupakan hidup yang menyedihkan. Tetapi ada hal-hal yang mengherankan : wajah setiap orang berseri-seri, air muka mereka memancarkan suka cita yang sangat besar, ketika orang yang seharusnya dibunuh karena bersalah, dilepaskan dan diampuni kesalahannya...” 
[ p. 209 ]
[ source ]
Sementara Vinicius dalam pemulihan, Petronius yang berangkat mendampingi Nero beserta para pendukungnya, berjalan-jalan mengunjungi wilayah Yunani, tempat-tempat yang disukai oleh Nero dan membuat pesta pora di mana pun mereka berkunjung. Petronius mencemaskan kondisi Vinicius, tetapi ia juga harus mempertahankan status sosialnya, terutama dengan adanya pihak-pihak yang iri dengan kedekatan dirinya terhadap Nero. Salah satu yang paling giat melawan Petronius adalah Tigellinus – Kepala Pasukan Pengawal Praetoria, yang bersedia melayani apa pun permintaan Nero demi menjamin posisinya sebagai kepercayaan Caesar. 

Ketika akhirnya Vinicius mampu kembali ke kediamannya, ia telah berubah. Ajaran dan perilaku sehari-hari kaum Kristen yang disaksikan semasa pemulihannya, membuat ia mempertanyakan arti kehidupan yang selama ini ia jalani. Kegelisahan hatinya kini bukan diakibatkan kemarahan dan cemburu buta, namun pada keyakinan suatu janji akan kehidupan baru yang lebih membahagiakan jiwa serta batin manusia. Kini ia tak mampu membangkitkan minat pada undangan pesta pora yang diadakan oleh kaum terhormat Romawi. Petronius meski tetap menyayangi dirinya, tak mampu menyelami pemikiran Vinicius yang baru ini. Ketertarikan Petronius akan agama Kristen beserta pemeluknya, sebatas berhubungan dengan Vinicius dan mempelajari sesuatu yang baru, tanpa bertujuan menjalaninya. 
[ source ]
“Aku tahu penghiburanmu terletak dalam Kristus. Tapi aku tidak mengerti apa artinya,” kata Vinicius. “Bagi kami tidak ada perpisahan, sakit, maupun penderitaan. Kalau memang ada, segera akan berubah menjadi kegembiraan. Maut sendiri yang bagimu berarti akhir kehidupan, bagi kami orang Kristen berarti awal kehidupan. Maut merupakan perubahan dari kesengsaraan menjadi kebahagiaan tanpa batas, dan sifatnya kekal,” jawab Lygia. 
[ p. 219 -202 ]

Conclusion :
[ source ]
Even the main character of this stories, Marcus Vinicius and Lady Lygia, this not all about their relationships. The author puts them to connect with the history between reality and fictional. The main historical theme is about the journey of Christianity and its people who had to  choose between their life or their religion, something that not acceptable by Romans who still believe in many gods than one God. 

The setting was City of Rome under the rule by Emperor (Caesar) Nero around AD 64. Conflict start to build around the relationship between Lady Lygia from the Lygia’s Heirs (its Poland now) who also secretly life as a Christian, then a young Roman patrician named Marcus Vinicius falling in love with her, even possesed to own her as a mistress. Afraid of being mollested, Lady Lygia runaway from Caesar’s orders, makes her and everyone who helps her pursue as traitor to Emperor. 

[ source ]
But God’s will speak differently, when Vinicius path while pursue woman of his dreams to revenge, come across with Christian people, meets and learn about becoming Christian from Saint Peter and Saint Paul. Saint Peter – the first student of Christ, who had been active and provocative leader of Christianity since The Christ Rise, really influence Vinicius perspective about the most important in life. With the exampler of Saint Paul boldness, as former Christian-hater who become faithful believer, this stories would also give another inside-perspective to the readers. 

[ source ]
I’m baptist as an Catholic, learn about Bible and its history since very young age. But reading this ‘historical-fiction’, knowing that this is fictional, yet my heart so trouble while seeing the episode who discribe so vivid by the author. The drama, the tragedy, how this crazy-egomaniac Emperor can adjust the burning of the city full of people who he didn’t like ‘cause its against ‘beauty and sense of art’ --- and when its out of control, everyone involve doesn’t have a courage to confess, instead looking some else to blame, then the hatred arise, burning like a flame, searching an escape tunnels to burn another victim. 
If you ever watch movies like Gladiator, Spartacus or Ben Hur, mostly the great and glamour feeling will erase the brutality of the scene. Believe me, when you reading this book, you’re not gonna easily forgot the image of people killing people just to entertaint the audience (how even they can watched it again and again that beyond my mind) --- even there’s a scene, contest between audience who had stomatch and stay until the masacre finished (and this masacre can be taking days to finished).

[ source ]
But beyond all the worse parts, this stories give something else too, God’s promise to its people --- everyone else, from children to oldest, from peasant to respectable, beggars to royal family, men and women, that if they confess and claimed Him as the only God they believe, no matter what happen, when the time is come-there’s a place for them on His side in Heaven. “Quo Vadis, Domine” __ is Latin phrase for ‘Where are you going, Lord ?’   and alludes to the apocryphal Acts of Peter, in which Saint Peter flees Rome but on his way meets Jesus and asks him why he is going to Rome. Jesus says "I am going back to be crucified again", which makes Peter go back to Rome and accept martyrdom.
5 star to Quo Vadis by Henryk Sienkienwicz.

About Author :
Henryk  Adam Aleksander Pius Sienkienwicz  ( May 5, 1846 – November 15, 1916 ) was a Polish journalist and one of the most popular Polish writers at the turn of the 19th and 20th centuries. Born into an impoverished noble family Russian-ruled Poland. He wrote several historical novels set during Commonwealth ( Polish Republic ), and many of them first serialized in newspapers. In Poland, he is best known for his historical novels such as “With Fire and Sword”, "The Deluge", and "Fire in the Steppe" (The Trilogy) set during the 17th-century Polish-Lithuanian Commonwealth, while internationally he is best known for Quo Vadis, set in Nero's Rome. Quo Vadis has been filmed several times, most notably the 1951 version.

[ source ]
Quo Vadis : A Narrative of the Time of Nero is a historical novel based on Roman Empire with very much detail and accuracy, makes this novel also carries an outspoken pro-Christian message . First published in three separated  Polish edition in 1895, then came out in book form in 1896 and since then has been translated into more than 50 languages. This epic-novel contributed on Sienkiewicz’s Presticious Award : The Nobel Prize for Literature in 1905, for his “outstanding merits as an epic writer.” Several adaptations have been made based on this book, including the 1951 Hollywood Production on Quo Vadis and the 2001 adaptation by Jerzy Kawalerowicz.  

[ more about this author, check on here : Henryk Sienkiewicz | about his works, check on here : Project Gutenberg | about book adaptation, check on here : IMDB ]

EVENT BACA & POSTING BERSAMA BBI : Oktober 2012 dengan Tema 'Books by Nobel Prize Winners' 

List of Participants of this Event : 
  1. Fanda | BELOVED by Toni Morrison 
  2. H. Tanzil | ISTANBUL by Orhan Pamuk 
  3. Maria | QUO VADIS by Henryk Sienkiewicz 
  4. Dion | ONE HUNDRED YEARS OF SOLITUDE by  Gabriel Garcia Marques
  5. Ally | JUST SO STORIES by Rudyard Kipling
  6. Maria | IMPERIAL WOMAN by Pearl S. Buck
  7. Maria | KIM by Rudyard Kipling 
  8. Sinta | IMPERIAL WOMAN by Pearl S. Buck 
  9. Bzee | THE STRANGER by Albert Camus    
  10. Melisa | GITANJALI : SONG OFFERINGS by Rabindranath Tagore  
  11. Astrid | MY CENTURY by Gunther Grass 
  12. Fadhilatul | THE SUN ALSO RISES by Ernest Hemingway 
  13. Luckty | FIESTA by Ernest Hemingway   
  14. Desty | FATELESS by Imre Kertész
  15. Annisa | THE SOUND & THE FURY by William Faulkner  
  16. Eko | JUST SO STORIES by Rudyard Kipling 
  17. Stefanie | JUST SO STORIES by Rudyard Kipling 
  18. Mia | THE GOOD EARTH by Pearl S. Buck 
  19. Ferina | SNOW by Orhan Pamuk 
  20. Dewi Sidik | DISGRACE by J.M. Coetzee 
  21. Alvina | JUST SO STORIES by Rudyard Kiplin
  22. Azia Azmi | WAITING FOR THE BARBARIANS by J.M. Coetzee 
  23. Rati | THE PROTECTOR by  J.M.G. Le Clezio
  24. Dessy | SNOW COUNTRY by Yasunari Kawabata
  25. Ana | BELOVED by Toni Morrison 
  26. Sabrina | THE GOOD EARTH by Pearl S. Buck 
  27. Helvry | CALDAS by Gabriel Garcia Marquez  
  28. Indah Tri Lestari | THE WHITE CASTLE by Orhan Pamuk 
  29. Enggar | LORD OF THE FLIES by William Golding 
  30. Dani | MEMORIES OF MY MELANCHOLY WHORES by Gabriel Garcia Marquez
  31. Dewi | THE LATE MATTIA PASCAL by Luigi Pirandello 
  32. Indri | THE NEW LIFE by Orhan Pamuk 
  33. Tezar | ISTANBUL by Orhan Pamuk 
  34. Tezar | IMPERIAL WOMAN by Pearl S. Buck   
Best Regards,

Tuesday, July 31, 2012

Books "THE EAGLE OF THE NINTH"



Judul Asli : THE EAGLE OF THE NINTH
( from The Eagle Chronicles : Book 1 )
By Rosemary Sutcliff
Copyright © 1954 by Anthony Lawton
Penerbit Qanita
Alih Bahasa : Ingrid Nimpoeno
Editor : Nadya Andwiani & Nunung Wiyati
Cover ©2010 Focus Features LLC.
Cetakan I : September 2011 ; 488 hlm 

Kisah ini terjadi sekitar tahun 117 Masehi, ketika Legiun Kesembilan dibawah pimpinan Kohort Pertama Hispana yang bertanggung jawab atas ‘sang Elang’ – berangkat menuju wilayah Utara Inggris guna menumpas pemberontakan suku-suku liar di sana, namun Legiun ini menghilang tanpa kabar maupun jejak satu pun. Menimbulkan berbagai desas-desus tentang keberadaan pasukan yang terkenal ini. Namun yang pasti, pemerintahan Romawi kehilangan ‘sang Elang’ dalam peristiwa ini, dan nama serta kehormatan Legiun Kesembilan tidak mampu dipulihkan sekian lamanya.

Beberapa tahun kemudian, Sentarion Marcus Flavius Aquila – komandan Legiun Kedua yang terdiri dari 600 pria-pria raksasa dari Galia, berangkat dari Isca Silurium menuju Isca  Dumnoniorum sebagai kohort pendukung menggantikan garnisun lama, penjaga perbatasan wilayah Romawi di Inggris. Sentarion Marcus tampak menyolok diantara pasukannya, karena penampilan fisiknya menunjukkan bahwa ia asli orang Romawi, di antara masyarakat serta penduduk Inggris. 

Marcus adalah putra Komandan Legiun Kesembilan yang menghilang, dan semenjak kehilangan sang ayah kemudian sang ibu beberapa waktu setelah kejadian itu, ia ditampung oleh sang bibi, namun tiada kecocokan antara Marcus dan keluarga bibinya yang merupakan pejabat Romawi. Maka begitu Marcus menginjak usia 18 tahun, ia segera mendaftar dalam kesatuan, dan misinya untuk berangkat ke wilayah Inggris, tempat sang ayah beserta Legiun Kesembilan menghilang, guna melacak dan mengembalikan ‘sang Elang’ kepada pemerintah Romawi.

Isca Dumnoniorum dimana terletak Tembok Raksasa yang membatasi wilayah Gunung Merah, yang membentang luas dengan puncak dan lembah curam, merupakan perbatasan kota Inggris dalam kekuasaan Roma yang rawan dengan adanya berbagai pemberontakan. Di sinilah Marcus memulai tugas penting sebagai wakil Roma, komandan penjaga yang mengatur kelangsungan serta ketertiban masyarakt di wilayah itu. Sebagai seorang tentara yang telah mendarah-daging dalam tubuhnya semenjak kecil, Marcus juga memiliki otak cerdas serta bakat kepemimpinan yang bagus, sehingga tak lama setelah pendudukannya, ia mampu mneyesuaikan serta mengendalikan rutinitas kelangsungan hidup masyarakat di wilayah itu. 

Meski keamanan dalam wilayah ini berlangsung tanpa ada gangguan, namun Marcus tak membiarkan pasukannya lengah sedikit pun. Ia tetap melatih mereka secara fisik dan mental, guna menghadapi bahaya serangan dari para pemberontak. Dan kesigapan Marcus akhirnya teruji, ketika suatu hari, muncul tanda-tanda yang meresahkan dirinya, suatu firasat akan bahaya besar mengancam kedamaian wilayah itu, dari berbagai pertanda-pertanda kecil yang diamati setiap harinya. 

Pemberontakan yang dipimpin oleh kaum Druid itu memicu pertempuran yang mengerikan selama berhari-hari. Pasukan Marcus bukan hanya berusaha keras mempertahan kan benteng kota, tapi juga kesulitan dalam meminta bantuan legiun lain karena cuaca yang tidak mendukung. Korban berjatuhan di kedua belah pihak, namun kedua belah pihak tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah. Dan pada hari kesekian pertempuran ini berlangsung, akhirnya cuaca mulai mendukung, isyarat bantuan pun muncul, dan sebagian pasukan patroli keliling kembali menuju benteng kota. Marcus memimpin sendiri pasukan pelindung guna menjemput pasukan patroli. Mereka keluar dari gerbang kota, terjun langsung berhadap-hadapan dengan pasukan pemberontak. Dan saat-saat mereka berhasil kembali  ke gerbang, muncul serangan mematikan pasukan chariot (=kereta terbuka yang ditarik oleh empat ekor kuda). Marcus menghadang pimpinan chariot terdepan, akibatnya sungguh fatal. 

Marcus berhasil memimpin pasukannya melumpuhkan perlawanan pasukan pemberontak. Namun hal itu harus dibayar sangat mahal. Ia terluka parah dan harus menghabisi nyawa kenalan baiknya, Cradoc – pemimpin chariot yang dihadangnya. Karena kondisinya, maka Marcus tak mampu meneruskan tugasnya secara fisik. Karirnya dalam Legiun sudah berakhir. Dengan membawa tanda kehormatan sebagai satu-satunya penghargaan yang diberikan oleh Roma, Marcus mengundurkan diri ke Cavella – tempat sang paman yang menjabat sebagai Magistrat, menghabiskan masa pensiunnya. Paman Aquila tidak mirip dengan ayahnya, namun Marcus mendapati pria tua yang masih sehat dan segar ini mampu menyelami hatinya. Sembari memulihkan kondisinya, Marcus masih memilih secuil harapan bahwa entah suatu hari, ia bisa mewujudkan keinginan untuk memulihkan nama baik serta kehormatan Legiun Kesembilan, demi ayahnya. 

Kehidupan baru nan nyaman yang dinikmatinya, tiada mampu mengenyahkan kegelisahan hatinya. Hingga suatu hari, dalam arena Pertandingan Saturnalia di Cavella, Marcus menyelamatkan nyawa seorang budak gladiator. Budak yang bernama Esca itu kemudian dibelinya dan menjadi pelayan setia. Memiliki budak pelayan seorang gladiator bukanlah hal yang lumrah, namun Marcus mampu melihat sesuatu yang lain dalam tatapan Esca – putra Kepala Klan Brigantes, yang tewas ditumpas dalam pertempuran melawan Legiun dan menghabisi seluruh klan, menyisakan yang masih hidup dijual sebagai budak. 

Hubungan antara Marcus dan Esca lebih dari sekedar majikan dan budak, mereka menjadi sahabat dalam pengertian dan pemahaman akan diri masing-masing. Esca juga yang membawa anak serigala yang kelak menjadi peliharaan dan penjaga Marcus, serigala tangguh bernama Cub. Rasa kesepian yang pernah menghinggapi Marcus menjelang masa-masa pemulihannya dalam kesendirian, sudah berakhir. Terlebih dengan munculnya Cottia - gadis remaja, kemenakan tetangga sebelah rumah sang paman. Gadis itu bukan saja menyenangkan sebagai kawan bicara tetapi juga sangat menaruh perhatian akan kehidupan yang telah dijalani oleh Marcus, sehingga ia tanpa sadar mulai bercerita tentang masa lalunya yang indah namun terlalu menyedihkan untuk dikenang saat ia hanya seorang diri...

Kisah klasik dengan latar belakang sejarah nyata, akan keberadaan ‘seekor Elang Romawi’ yang tak bersayap – berupa patung cetakan yang hingga kini bisa dilihat di Museum Reading, yang ditemukan melalui penggalian di kawasan Silchester, Inggris atau tepatnya dimana pernah ada kawasan trotoar Calleva Atrebatum. Keberadaan patung itu yang diyakini sebagai simbol Legion IX Hispana Romawi yang menghilang sekitar tahun 117 M di dekat Eburacum – dimana wilayah York kini berada, mengilhami penulisan kisah ini. 

Dengan berpusat pada karakter Marcus Aquila – mantan Sentarion Komandan Legiun Kedua, yang bertekad melacak jejak pasukan Legiun yang dipimpin oleh ayahnya, bukan saja karena mereka menghilang tanpa jejak, namunjuga mulai munculnya ‘sang Elang’ –simbol utama Legiun itu di kawasan pemberontak.  Marcus bertekad mengambil dan mengambil kembali ‘sang Elang’ ke pangkuan Roma, namun dalam hati kecilnya, ia selalu menantikan jawaban akan keberadaan sang ayah.  

Keberadaan dirinya yang terluka parah, tak mampu bergerak dengan kelincahan fisik yang pernah dilakukannya, saat dirinya mencapai kondisi frustasi, Marcus menemukan pandangan hidup baru, terutama ketika hidupnya bersinggungan dengan sosok Esca – pemuda yang juga mengalami pahitnya peperangan, berada dari asal yang berlawanan dengannya, namun pada akhirnya mereka menemukan kesamaan dan bukan hanya menjalin persahabatan (sesuatu yang langka bagi pandangan orang Romawi yang masih memandang rendah kedudukan bangsa lain, apalagi jika mereka merupakan budak), namun juga sehidup dan semati dalam menempuh perjalanan berat : rute menelusuri perjalanan Legiun IX Hispana hingga saat mereka lenyap.

Menyelesaikan bacaan setebal hampir 500 halaman hanya dalam waktu semalam (sistim-kebut-baca-buat-review), tak terlalu terasa karena kisah yang menarik bak menelusuri kawanan Lord of The Ring menempuh perjalanan berat, meski tanpa adanya sihir ataupun mahkluk-makhluk mengerikan ... Namun bahaya tetap senantiasa mengintai, karena wilayah yang dijelajahi kedua sekawan ini merupakan wilayah liar atau dalam konotasi belum seluruhnya dikuasai  dalam pemerintahan Romawi pada saat itu. 

Marcus meskipun asli bangsa Romawi, namun seumur hidupnya ia telah terbiasa dengan berbagai kalangan dan memahami kondisi masyarakat Inggris yang pada saat itu boleh dikatakan belum semuanya mengenal budaya. Dengan adanya sosok Esca – pemuda asli Inggris namun dari suku tertentu, membantu pemahaman pola pikir dari sudut para pemberontak, terutama mereka (para pemberontak) masih tetap melakukan perlawanan meski sulit sekali untuk menang. 

Dan yang lebih menarik, hubungan antara Marcus dan gadis tetangga kediaman pamannya : Cottia – yang baru berusia 13 tahun saat mereka bertemu, menjalin persahabatan unik yang tetap berlanjut hingga gadis cilik ini menjadi wanita dewasa. Gadis keras kepala namun memiliki kelembutan hati serta pemahaman akan perbedaan kehidupan mewah pejabat tinggi dengan realita kehidupan keras masyarakat sekitarnya. Gadis yang tak mudah menyerah sebelum tujuannya tercapai, begitu mirip dengan diri Marcus Aquila ... (jadi tidak sabar untuk segera membaca kelanjutannya ... dan kapan nich penerbit akan mengeluarkan buku ketiganya ??? )

Tentang Penulis :
Rosemary Sutcliff ( 14 Desember 1920 – 23 Juli 1992 ), adalah seorang penulis asal Inggris, yang terkenal akan karya-karyanya berupa buku anak-anak serta novel fiksi historis.  Beliau memulai karirnya lewat karya ‘The Chronicles of Robin Hood’ yang rilis pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1954, karyanya yang terkenal ‘The Eagle Chronicles’ dimulai. 

Buku keempat serial ini ‘The Lantern Bearers’ memperoleh penghargaan ‘the Carnegie Medal’ pada tahun 1959, dan pada tahun 1972 kembali memperoleh posisi kedua lewat karyanya ‘Tristan and Iseult’. Pada tahun 1974 beliau direkomendasikan sebagai penerima Hans Christian Andersen Award. Kemudian pada tahun 1985, novelnya ‘The Mark of the Horse Lord' memenangkan Phoenix Award, lalu pada tahun 2010 kembali memenangkan penghargaan ini lewat ‘The Shining Company’  

Novel ‘Eagle of the Ninth’ yang rilis pada tahun 1954 ini mengawali serangkaian novel yang mengukuhkan nama beliau sebagai penulis ‘historical fiction’ pada masanya. Novel ini juga telah diadaptasi dalam versi serial televisi pada tahun 1956, kemudian pada tahun 1977, dan pada tahun 1996 oeh BBC, dan diangkat pula ke film layar lebar pada tahun 2011 dengan judul ‘The Eagle’ dibintangi oleh Channing Tatum sebagai Marcus Aquila dan Jamie Bell sebagai Esca. 

Adapun seri lengkap untuk The Eagle Chronicles berdasarkan kronologis waktu kisahnya :
  1. The Eagle of the Ninth ( 1954 )
  2. The Silver Branch ( 1957 )
  3. Frontire Wolf ( 1980 )
  4. The Lantern Bearers ( 1959 )
  5. Sword at Sunset ( 1963 )
  6. Dawn Wind ( 1961 )
  7. Sword Song ( 1997 )
  8. The Shield Ring ( 1956 ) 

Info selengkapnya tentang beliau serta karya-karyanya dapat dicari di : Situs Rosemary Sutcliff  yang diprakarsai oleh Anthony Lawton – anak angkat beliau serta ahli waris yang ditunjuk untuk menjaga hasil karya yang luar biasa ini. 

Event "Posting Bersama BBI Juli 2012" dengan tema Historical Fiction.

[ Linky is close ]
see all the participants at here :

  1. HobbyBuku | The Eagle of The Ninth
  2. Fanda | Twenty Years After 
  3. Tezar | The Secret Life of Bees  
  4. Melisa | The Reader  
  5. Nana | De Harmonie 
  6. Astrid | The Swan Thieves 
  7. Ren | The White Queen 
  8. Tezar | My Name Is Red 
  9. Sulis | Sarah's Key 
  10. Alvina | City of Thieves  
  11. Dion | Perfume
  12. Peni | The Reader
  13. Ferina | The Sherlockian
  14. Gea | My Salwa My Palestine ( On The Hills of God )
  15. Desty | Mehrunnisa The Twentieth Wife  
  16. Jun | The Invention of Hugo Cabret
  17. Lila | Sky Burial
  18. Helvry | The Pianist
  19. Busyra | Fall of The Giants 
  20. Tanzil | Revolusi Di Nusa Damai  
  21. Priska | The Prince & The Pauper 
  22. Jody | Juliet  
  23. Oky | To Distraction 

Best Regards,