Judul Asli : THE
EAGLE OF THE NINTH
( from The Eagle Chronicles : Book 1 )
By Rosemary Sutcliff
Copyright © 1954 by Anthony Lawton
Penerbit Qanita
Alih Bahasa : Ingrid Nimpoeno
Editor : Nadya Andwiani & Nunung Wiyati
Cover ©2010 Focus Features LLC.
Cetakan I : September 2011 ; 488 hlm
Kisah ini terjadi sekitar tahun 117 Masehi, ketika Legiun Kesembilan
dibawah pimpinan Kohort Pertama Hispana yang bertanggung jawab atas ‘sang Elang’
– berangkat menuju wilayah Utara Inggris guna menumpas pemberontakan suku-suku
liar di sana, namun Legiun ini menghilang tanpa kabar maupun jejak satu pun.
Menimbulkan berbagai desas-desus tentang keberadaan pasukan yang terkenal ini.
Namun yang pasti, pemerintahan Romawi kehilangan ‘sang Elang’ dalam peristiwa
ini, dan nama serta kehormatan Legiun Kesembilan tidak mampu dipulihkan sekian
lamanya.
Beberapa tahun kemudian, Sentarion Marcus Flavius Aquila –
komandan Legiun Kedua yang terdiri dari 600 pria-pria raksasa dari Galia,
berangkat dari Isca Silurium menuju Isca
Dumnoniorum sebagai kohort pendukung menggantikan garnisun lama, penjaga
perbatasan wilayah Romawi di Inggris. Sentarion Marcus tampak menyolok diantara
pasukannya, karena penampilan fisiknya menunjukkan bahwa ia asli orang Romawi,
di antara masyarakat serta penduduk Inggris.
Marcus adalah putra Komandan Legiun Kesembilan yang
menghilang, dan semenjak kehilangan sang ayah kemudian sang ibu beberapa waktu
setelah kejadian itu, ia ditampung oleh sang bibi, namun tiada kecocokan antara
Marcus dan keluarga bibinya yang merupakan pejabat Romawi. Maka begitu Marcus
menginjak usia 18 tahun, ia segera mendaftar dalam kesatuan, dan misinya untuk
berangkat ke wilayah Inggris, tempat sang ayah beserta Legiun Kesembilan
menghilang, guna melacak dan mengembalikan ‘sang Elang’ kepada pemerintah
Romawi.
Isca Dumnoniorum dimana terletak Tembok Raksasa yang
membatasi wilayah Gunung Merah, yang membentang luas dengan puncak dan lembah
curam, merupakan perbatasan kota Inggris dalam kekuasaan Roma yang rawan dengan
adanya berbagai pemberontakan. Di sinilah Marcus memulai tugas penting sebagai
wakil Roma, komandan penjaga yang mengatur kelangsungan serta ketertiban
masyarakt di wilayah itu. Sebagai seorang tentara yang telah mendarah-daging
dalam tubuhnya semenjak kecil, Marcus juga memiliki otak cerdas serta bakat
kepemimpinan yang bagus, sehingga tak lama setelah pendudukannya, ia mampu
mneyesuaikan serta mengendalikan rutinitas kelangsungan hidup masyarakat di
wilayah itu.
Meski keamanan dalam wilayah ini berlangsung tanpa ada
gangguan, namun Marcus tak membiarkan pasukannya lengah sedikit pun. Ia tetap
melatih mereka secara fisik dan mental, guna menghadapi bahaya serangan dari
para pemberontak. Dan kesigapan Marcus akhirnya teruji, ketika suatu hari,
muncul tanda-tanda yang meresahkan dirinya, suatu firasat akan bahaya besar
mengancam kedamaian wilayah itu, dari berbagai pertanda-pertanda kecil yang
diamati setiap harinya.
Pemberontakan yang dipimpin oleh kaum Druid itu memicu
pertempuran yang mengerikan selama berhari-hari. Pasukan Marcus bukan hanya
berusaha keras mempertahan kan benteng kota, tapi juga kesulitan dalam meminta
bantuan legiun lain karena cuaca yang tidak mendukung. Korban berjatuhan di
kedua belah pihak, namun kedua belah pihak tidak menunjukkan tanda-tanda akan
menyerah. Dan pada hari kesekian pertempuran ini berlangsung, akhirnya cuaca
mulai mendukung, isyarat bantuan pun muncul, dan sebagian pasukan patroli
keliling kembali menuju benteng kota. Marcus memimpin sendiri pasukan pelindung
guna menjemput pasukan patroli. Mereka keluar dari gerbang kota, terjun
langsung berhadap-hadapan dengan pasukan pemberontak. Dan saat-saat mereka
berhasil kembali ke gerbang, muncul serangan
mematikan pasukan chariot (=kereta terbuka yang ditarik oleh empat ekor kuda).
Marcus menghadang pimpinan chariot terdepan, akibatnya sungguh fatal.
Marcus berhasil memimpin pasukannya melumpuhkan perlawanan
pasukan pemberontak. Namun hal itu harus dibayar sangat mahal. Ia terluka parah
dan harus menghabisi nyawa kenalan baiknya, Cradoc – pemimpin chariot yang
dihadangnya. Karena kondisinya, maka Marcus tak mampu meneruskan tugasnya
secara fisik. Karirnya dalam Legiun sudah berakhir. Dengan membawa tanda
kehormatan sebagai satu-satunya penghargaan yang diberikan oleh Roma, Marcus
mengundurkan diri ke Cavella – tempat sang paman yang menjabat sebagai
Magistrat, menghabiskan masa pensiunnya. Paman Aquila tidak mirip dengan
ayahnya, namun Marcus mendapati pria tua yang masih sehat dan segar ini mampu
menyelami hatinya. Sembari memulihkan kondisinya, Marcus masih memilih secuil
harapan bahwa entah suatu hari, ia bisa mewujudkan keinginan untuk memulihkan
nama baik serta kehormatan Legiun Kesembilan, demi ayahnya.
Kehidupan baru nan nyaman yang dinikmatinya, tiada mampu
mengenyahkan kegelisahan hatinya. Hingga suatu hari, dalam arena Pertandingan
Saturnalia di Cavella, Marcus menyelamatkan nyawa seorang budak gladiator. Budak
yang bernama Esca itu kemudian dibelinya dan menjadi pelayan setia. Memiliki
budak pelayan seorang gladiator bukanlah hal yang lumrah, namun Marcus mampu
melihat sesuatu yang lain dalam tatapan Esca – putra Kepala Klan Brigantes,
yang tewas ditumpas dalam pertempuran melawan Legiun dan menghabisi seluruh
klan, menyisakan yang masih hidup dijual sebagai budak.
Hubungan antara Marcus
dan Esca lebih dari sekedar majikan dan budak, mereka menjadi sahabat dalam
pengertian dan pemahaman akan diri masing-masing. Esca juga yang membawa anak
serigala yang kelak menjadi peliharaan dan penjaga Marcus, serigala tangguh
bernama Cub. Rasa kesepian yang pernah menghinggapi Marcus menjelang masa-masa pemulihannya dalam kesendirian, sudah berakhir. Terlebih dengan munculnya Cottia - gadis remaja, kemenakan tetangga sebelah rumah sang paman. Gadis itu bukan saja menyenangkan sebagai kawan bicara tetapi juga sangat menaruh perhatian akan kehidupan yang telah dijalani oleh Marcus, sehingga ia tanpa sadar mulai bercerita tentang masa lalunya yang indah namun terlalu menyedihkan untuk dikenang saat ia hanya seorang diri...
Kisah klasik dengan latar belakang sejarah nyata, akan
keberadaan ‘seekor Elang Romawi’ yang tak bersayap – berupa patung cetakan yang
hingga kini bisa dilihat di Museum Reading, yang ditemukan melalui penggalian
di kawasan Silchester, Inggris atau tepatnya dimana pernah ada kawasan trotoar
Calleva Atrebatum. Keberadaan patung itu yang diyakini sebagai simbol Legion IX
Hispana Romawi yang menghilang sekitar tahun 117 M di dekat Eburacum – dimana wilayah
York kini berada, mengilhami penulisan kisah ini.
Dengan berpusat pada karakter Marcus Aquila – mantan
Sentarion Komandan Legiun Kedua, yang bertekad melacak jejak pasukan Legiun yang
dipimpin oleh ayahnya, bukan saja karena mereka menghilang tanpa jejak,
namunjuga mulai munculnya ‘sang Elang’ –simbol utama Legiun itu di kawasan pemberontak.
Marcus bertekad mengambil dan mengambil
kembali ‘sang Elang’ ke pangkuan Roma, namun dalam hati kecilnya, ia selalu
menantikan jawaban akan keberadaan sang ayah.
Keberadaan dirinya yang terluka parah, tak mampu bergerak
dengan kelincahan fisik yang pernah dilakukannya, saat dirinya mencapai kondisi
frustasi, Marcus menemukan pandangan hidup baru, terutama ketika hidupnya
bersinggungan dengan sosok Esca – pemuda yang juga mengalami pahitnya
peperangan, berada dari asal yang berlawanan dengannya, namun pada akhirnya
mereka menemukan kesamaan dan bukan hanya menjalin persahabatan (sesuatu yang
langka bagi pandangan orang Romawi yang masih memandang rendah kedudukan bangsa
lain, apalagi jika mereka merupakan budak), namun juga sehidup dan semati dalam
menempuh perjalanan berat : rute menelusuri perjalanan Legiun IX Hispana hingga
saat mereka lenyap.
Menyelesaikan bacaan setebal hampir 500 halaman hanya dalam
waktu semalam (sistim-kebut-baca-buat-review), tak terlalu terasa karena kisah
yang menarik bak menelusuri kawanan Lord of The Ring menempuh perjalanan berat,
meski tanpa adanya sihir ataupun mahkluk-makhluk mengerikan ... Namun bahaya
tetap senantiasa mengintai, karena wilayah yang dijelajahi kedua sekawan ini
merupakan wilayah liar atau dalam konotasi belum seluruhnya dikuasai dalam pemerintahan Romawi pada saat itu.
Dan yang lebih menarik, hubungan antara Marcus dan gadis tetangga kediaman
pamannya : Cottia – yang baru berusia 13 tahun saat mereka bertemu, menjalin
persahabatan unik yang tetap berlanjut hingga gadis cilik ini menjadi wanita
dewasa. Gadis keras kepala namun memiliki kelembutan hati serta pemahaman akan
perbedaan kehidupan mewah pejabat tinggi dengan realita kehidupan keras
masyarakat sekitarnya. Gadis yang tak mudah menyerah sebelum tujuannya
tercapai, begitu mirip dengan diri Marcus Aquila ... (jadi tidak sabar untuk segera membaca kelanjutannya ... dan kapan nich penerbit akan mengeluarkan buku ketiganya ??? )
Tentang Penulis :
Rosemary Sutcliff ( 14 Desember 1920 – 23 Juli 1992 ),
adalah seorang penulis asal Inggris, yang terkenal akan karya-karyanya berupa
buku anak-anak serta novel fiksi historis. Beliau memulai karirnya lewat karya ‘The Chronicles
of Robin Hood’ yang rilis pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1954, karyanya
yang terkenal ‘The Eagle Chronicles’ dimulai.
Buku keempat serial ini ‘The
Lantern Bearers’ memperoleh penghargaan ‘the Carnegie Medal’ pada tahun 1959,
dan pada tahun 1972 kembali memperoleh posisi kedua lewat karyanya ‘Tristan and
Iseult’. Pada tahun 1974 beliau direkomendasikan sebagai penerima Hans
Christian Andersen Award. Kemudian pada tahun 1985, novelnya ‘The Mark of the Horse
Lord' memenangkan Phoenix Award, lalu pada tahun 2010 kembali memenangkan
penghargaan ini lewat ‘The Shining Company’
Novel ‘Eagle of the Ninth’ yang rilis pada tahun 1954 ini
mengawali serangkaian novel yang mengukuhkan nama beliau sebagai penulis ‘historical
fiction’ pada masanya. Novel ini juga telah diadaptasi dalam versi serial
televisi pada tahun 1956, kemudian pada tahun 1977, dan pada tahun 1996 oeh
BBC, dan diangkat pula ke film layar lebar pada tahun 2011 dengan judul ‘The
Eagle’ dibintangi oleh Channing Tatum sebagai Marcus Aquila dan Jamie Bell
sebagai Esca.
- The Eagle of the Ninth ( 1954 )
- The Silver Branch ( 1957 )
- Frontire Wolf ( 1980 )
- The Lantern Bearers ( 1959 )
- Sword at Sunset ( 1963 )
- Dawn Wind ( 1961 )
- Sword Song ( 1997 )
- The Shield Ring ( 1956 )
Info selengkapnya tentang beliau serta karya-karyanya dapat
dicari di : Situs Rosemary Sutcliff
yang diprakarsai oleh Anthony Lawton – anak angkat beliau serta ahli waris yang
ditunjuk untuk menjaga hasil karya yang luar biasa ini.
Event "Posting Bersama BBI Juli 2012" dengan tema Historical Fiction.
[ Linky is close ]
see all the participants at here :
- HobbyBuku | The Eagle of The Ninth
- Fanda | Twenty Years After
- Tezar | The Secret Life of Bees
- Melisa | The Reader
- Nana | De Harmonie
- Astrid | The Swan Thieves
- Ren | The White Queen
- Tezar | My Name Is Red
- Sulis | Sarah's Key
- Alvina | City of Thieves
- Dion | Perfume
- Peni | The Reader
- Ferina | The Sherlockian
- Gea | My Salwa My Palestine ( On The Hills of God )
- Desty | Mehrunnisa The Twentieth Wife
- Jun | The Invention of Hugo Cabret
- Lila | Sky Burial
- Helvry | The Pianist
- Busyra | Fall of The Giants
- Tanzil | Revolusi Di Nusa Damai
- Priska | The Prince & The Pauper
- Jody | Juliet
- Oky | To Distraction
Best Regards,
ini ada filmnya ya? itu kenapa mirip Caning Tatum????
ReplyDeletelha, ngak dibaca reviewnya nich mbak sulis :( emang Channing Tatum ...
Deleteapa? baca 500 halaman dalam waktu semalam aja? *pingsan*
ReplyDeleteBiasa mbak ... bikin PR 'mephet-mephet' haha, *tepar-dech-sekarang*
DeleteHah? tepuk tangan ....aku salut ya sama penulis yang bisa mereka ulang sebuah potongan sejarah yang ilang lewat fiksi. pasti dibutuhkan riset mendalam ya, dari patung elang Romawi aja jd inspirasi novel keren
DeleteHuebaat baca 500 halaman dalam semalam X) (ga tidur?)
ReplyDeleteDulu nonton filmnya yang ada si Channing itu, cuma pertengahan ke belakang :D. Sayang kurang megah buat film sejenis ini :/
tidur ayam sebentar, nanti sore nebusnya, sekarang masih banyak kerjaan >,< DM-mu aq balas nanti ya Ren,sorry lagi sibuk banget nich
Deleteserinya banyak banget -____-
ReplyDeleteEmang aslinya orang2 galia itu gede2 ya? *komentar ngga nyambung* hehehe...
ReplyDeleteKayaknya begitu mbak Annisa, kyk Obelix begitu haha *salah-arah-gara-gara-kurang-tidur*
Deletehebat ih, bisa beres semaleman hahaha pasti dulu biasa sistem kebut semalem ya mba? =D anyway menarik kayaknya ceritanya..Channing Tatum keren =p
ReplyDeletebaru kali ini mbak 'lembur' gila-gilaan, bener2 bad-time-management dech :(
Deleteserinya bnayak sekali
ReplyDeleteiya, ngak tahu aq kok selalu 'kecantol' buku berseri :(
Delete500 halaman semalem dan ngetik review segini banyak?
ReplyDeleteastaga...saluuuuttt :)
aku udah daftar di linky yah mbak
jangan ditiru hehe, aq kapok dech, kerjain mepet-mepet, jadi inget jaman kuliah :(
DeleteWogh, jadi yg dibaca begadang semaleman itu buku setebel ini? Syok.
ReplyDeleteiya pakai sistim SKS hehe, jangan ditiru ya Ky :D
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete500 in a day? Impressive!
ReplyDeleteThat's because of my bad-time-management, so I have to read fast and make it work before deadline :D
DeleteI was having trouble getting the comments to load.. hopefully working now. Thank you for highlighting this book in The Classics Club!
ReplyDeleteHi Arie, thx for visiting :D it's ok, all the comments was waiting for moderation, since i've been away for holiday, so the comments is pending until i'll approve it :D
Delete