WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Showing posts with label India. Show all posts
Showing posts with label India. Show all posts

Friday, May 25, 2012

Books "THE SIGN OF FOUR"



Books “Empat Pemburu Harta
Judul Asli : SHERLOCK HOLMES – THE SIGN OF FOUR
Copyright © by Sir Arthur Conan Doyle
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : B. Sendra Tanuwidjaja
Cetakan ke-02 : Juli 2002 ; 216 hlm
Desain Cover by Dwi Koentoro Br.  

Sinopsis :
Kesuksesan Sherlock Holmes dalam menangani berbagai kasus yang cukup pelik dan tidak mudah dipecahkan oleh pihak berwajib, menyebabkan dirinya terkenal sebagai konsultan untuk kasus-kasus aneh dan tampak tiada jawabannya. Maka tidak mengherankan jika suatu hari, kediaman di Baker Street No. 221 B, kedatangan seorang tamu yang mempunyai masalah aneh. Tamu tersebut seorang wanita muda, cantik dan menarik, bernama Mary Morstan. 

Peristiwa yang dikisahkan oleh wanita ini sungguh sangat aneh. Dimulai saat kedatangan ayahnya Kapten Morstan – perwira Inggris yang ditempatkan di resimen India, saat itu beliau mendapat cuti setahun dan pulang ke Inggris guna menemui putri satu-satunya. Mereka berjanji bertemu di Hotel Langham, London, namun saat Mary Morstan tiba di sana, ia hanya mendapati bahwa ayahnya sedang keluar, tak diketahui kemana kepergiannya. Yang ia ketahui bahwa setelah menunggu semalam tanpa kabar berita, polisi segera dilibatkan, namun sekali lagi tanpa ada petunjuk satu pun kemana gerangan Kapten Morstan ... semua pakaian dan perlengkapannya masih utuh berada di kamar hotelnya, tapi beliau bak lenyap di udara. Beliau menghilang tepatnya tgl. 3 Desember 1878 – sekitar sepuluh tahun yang lampau. 


Keanehan yang terjadi menyusul saat beberapa tahun kemudian, tepatnya tgl. 4 Mei 1882, sebuah iklan muncul di Times, meminta alamat Mary Morstan, dan itu disusul dengan pengiriman paket mungil, berisi sebutir mutiara yang sangat indah dan setelah dicek ternyata termasuk benda langka yang berharga mahal. Semenjak itu setiap tahun pada tanggal yang sama, Mary Morstan mendapat kiriman paket yang serupa, hingga kini ia memiliki enam butir mutiara yang tak ternilai. 

Hingga pada pagi itu, Mary Morstan menerima  surat aneh, yang memintanya berkunjung ke suatu tempat pertemuan dengan seseorang yang hendak mengungkapkan rahasia menyangkut diri Mary Morstan. Ia diperbolehkan mengajak dua orang kepercayaan untuk menemaninya, asalkan mereka bukan dari pihak kepolisian. Majikan Mary Morstan – Mrs. Cecil Forrester, yang pernah terbantu oleh jasa Sherlock Holmes, yang menyarankan agar Mary meminta bantuan kepadanya. Maka pada waktu yang dijanjikan, Sherlock Holmes, Dr. Watson dan Miss Mary Morstan berangkat ke tempat pertemuan yang ditentukan. 


Sebelumnya Sherlock sempat mengadakan penyelidikan kecil menyangkut menghilangnya Kapten Morstan. Satu-satunya petunjuk yang dapat ditelusuri melalui Mayor Sholto – juga pensiunan dari resimen India yang tinggal di Upper Norwood. Sebagai satu-satunya kenalan dari resimen yang sama, sudah sewajarnya kedatangan Kapten Morstan ke London adalah untuk menemui Mayor Sholto, tapi entah mengapa ia menyangkal pernah bertemu – bahkan mengaku tidak pernah mengetahui keberadaan Kapten Morstan di Inggris. Empat tahun kemudian Mayor Sholto meninggal dunia, dan tepat seminggu setelah kematiannya, Mary Morstan menerima paket mutiara.   

Petunjuk lain yang berhasil ditemukan oleh Mary Morstan dari barang-barang peninggalan ayahnya, hanyalah sepucuk surat yang berisi diagram sebuah bangunan besar, dengan tulisan : The Sign of Four – Jonathan Small, Mahomet Singh, Abdullah Khan, Dost Akbar, ditulis diatas secarik kertas India.  Dan ketika akhirnya mereka bertiga bertemu dengan si pengirim surat yang misterius, ia memperkenalkan diri sebagai Mr. Thaddeus Sholto, putra dari Mayor John Sholto, dan ia menceritakan sebuah kisah yang membenarkan perkiraan Sherlock Holmes dari hasil penyelidikan awalnya – terutama bahwa Mayor Sholto memang memiliki hubungan khusus dengan Kapten Morstan, dan ia mengetahui apa yang terjadi. 


Maka dimulailah sebuah kisah yang terjadi beberapa tahun lampau, saat terjadi peperangan sengit antara bangsa Inggris sebagai penguasa di India dan pemberontakan menuntut kebebasan oleh bangsa India. Sebuah kisah mengerikan tentang kebencian, pembantaian, persengkongkolan, perampasan, dan pembunuhan akibat keserakahan, yang berakibat pada dendam kesumat. Peristiwa yang merenggut nyawa Kapten Morstan,  Mayor Sholto, serta putranya Bartholomew Sholto – saudara kembar Thaddeus, semuanya mati dalam kondisi mengenaskan sekaligus mengerikan. 

Kesan :
Buku ini merupakan kelanjutan dari petualangan sang detektif handal Sherlock Holmes serta partner setianya, Dr. John Watson. Mereka berdua sudah saling mengenali dan nyaman dengan pengaturan kehidupan sehari-hari. Dr. Watson sudah mengalami pemulihan sehingga mampu menjalankan praktek pribadi, dan Sherlock disibukkan dengan berbagai kasus aneh dan unik yang berdatangan, meminta bantuan keahlian dan kemampuan analisanya yang terkenal, sehingga orang-orang yang terbantu olehnya segera memberikan rekomendasi tinggi : Jika Anda mendapat masalah yang tak terpecahkan, segera temui Sherlock Holmes !!


Kunjungan salah satu klien bernama Mary Morstan merupakan kasus unik yang bisa dijadikan salah satu koleksi kasus-kasus Sherlock Holmes yang dikumpulkan dengan rapi oleh Dr. Watson. Namun keunikan kasus ini bukan hanya karena melibatkan unsur berbau mistis dan primitif, tapi lebih pada hubungan baru yang akan terjalin antara Dr. Watson dan Miss Mary Morstan. Watson yang memang berjiwa ‘romantis’ (sesuatu yang sering menjadi bahan olokan Sherlock Holmes) segera mendapati dirinya tertarik pada gadis muda yang membutuhkan pertolongan (sekali lagi gambaran menjadi kesatria budiman yang menolong wanita cantik dalam kesulitan ... hanya dalam bayangan Watson, dan Sherlock segera menolak mentah-mentah gagasan seperti itu haha ...)

“Benar-benar wanita yang menarik !” seru Watson. “Apa benar ?” kata Sherlock setengah melamun. “Aku tidak memperhatikan.” “Kau benar-benar seperti mesin – mesin yang penuh perhitungan,” seru Watson. Terkadang sifatmu sangat tidak manusiawi.”
Holmes tersenyum lembut. “Sangat penting untuk tidak membiarkan penilaianmu dikacaukan oleh kualitas pribadi.” “Seorang klien bagiku sekedar sebuah unit, sebuah faktor dalam masalah. Kualitas emosional merupakan penghalang untuk bisa berpikir jernih. Percayalah, wanita paling menarik yang pernah kukenal ternyata digantung karena meracuni tiga anak kevil demi uang asuransi mereka, dan pria paling memuakkan yang pernah kukenal ternyata justru seorang dermawan yang menghabiskam hampir seperempat juta untuk kalangan miskin di London.”
 ( from  “The Sign of Four” p. 28 ) 


Sedikit berbeda dengan buku sebelumnya A Study In Scarlet – dimana pembaca dibawa bertanya-tanya hingga menjelang ending, maka kisah ini sudah tampak secara jelas semenjak awal. Tapi tidak menjadikan sebagai kisah yang membosankan, justru proses perburuan sang tersangka yang cukup unik, ini sangat menegangkan, ibarat menonton film action era Inggris tempo dulu ... adanya keterlibatan sosok dari pedalaman yang masih dianggap primitif dan buas (ada sebuah catatan dari penerjemah bahwa gambaran tentang suku asing dan primitif ini dianggap berlebihan, sebagaimana pandangan ‘stereotype’ bangsa Inggris pada jaman itu terhadap bangsa-bangsa Asing), cukup menarik untuk disimak lebih lanjut. 

Penulis juga berusaha memberikan gambaran tentang masing-masing karakter. Sherlock Holmes lewat berbagai kutipan pikirannya menjadi sebuah sosok manusia yang benar-benar menomer-satukan logika, ia tak mau repot meributkan masalah perasaan, membuatnya seakan menjadi orang yang angkuh-dingin-tak-berperasaan, namun sebenarnya hanya tidak mau pusing dengan hal-hal yang dianggapnya remeh. Otaknya sudah cukup penuh dengan hal-hal yang lebih penting. Sedangkan Watson justru kebalikan dari Sherlock, mungkin ini yang bisa membuatnya cocok satu sama lain, dan bertahan dalam persahabatan unik sekian lamanya. 


Tapi dalam kisah ini juga ditunjukkan saat-saat Watson merasa ‘lemah dan tak berdaya’ – bukan masalah kekuatan fisik, tapi pemikiran bahwa wanita yang dicintainya memiliki kekuatan dan kekuasaan lebih jika mewarisi harga kekayaan yang sangat besar – harta yang menjadi rebutan sehingga menimbulkan banyak korban. Well, mungkin pada dasarnya setiap pria terserang masalah ‘ego’ jika menyangkut prinsip seperti ini (sesuatu yang sangat tidak sesuai dengan nalar dan logika, dalam hal ini aku setuju dengan Sherlock Holmes, jangan tersinggung wahai para pria ...haha).

Dan menutup kisah ini, ending yang bisa diduga tapi tetap menyenangkan sekaligus menimbulkan rasa geli, saat Watson dengan gembira membawa kabar penting bagi sahabatnya ...

“Aku khawatir ini penyelidikan terakhir di mana aku mendapat kesempatan untuk mempelajari metodemu. Miss Morstan sudah menerimaku sebagai calon suaminya.” Holmes mengerang. “sudah kutakutkan,” katanya. “Aku benar-benar tidak bisa memberimu selamat.” Watson tampak agak tersinggung. “Apa kau punya alasan untuk tidak menyetujui pilihanku ?” tanyanya.
"Sama sekali tidak. Kurasa dia salah satu wanita muda paling menarik yang pernah kutemui, dan mungkin yang paling berguna dalam pekerjaan seperti yang kita lakukan. Dia memiliki kejeniusan dalam hal ini. Tapi cinta merupakan sesuatu yang emosional, dan apa pun yang emosional bertentangan dengan penjelasan sejati yang kuletakkan paling tinggi di atas semuanya. Aku sendiri tidak akan pernah menikah, kalau tidak ingin mengacaukan penilaianku.”  
 ( from "The Sign of Four" p. 212 )

Oh, Sherlock, manusia jenius, unik, nyentrik dan berjiwa Bohemian, tak ada yang ditakuti dalam hidupnya, kecuali satu, terikat dalam pernikahan ... LOL (^o^)

Tentang Penulis :


Sir Arthur Ignatius Conan Doyle, lahir pada tanggal 22 Mei 1859 dan wafat karena sakit pada usia 71 tahun tanggal 7 Juli 1930. Beliau adalah penulis fiksi terkenal dari Inggris, terutama berkat tokoh ciptaannya Sherlock Holmes – detektif eksentrik dengan metode penyelidikan yang melampaui jamannya. 

Doyle mendapat gelar dokter dari Universitas Edinburgh, dan membuka praktek di Southsea, Inggris pada tahun 1882. Ia banyak menulis cerita, meski beberapa tidak pernah dipublikasikan. Banyak yang menduga karakter Sherlock lebih menyerupai dirinya, namun sebenarnya Doyle menciptakan tokoh Sherlock Holmes pada tahun 1886, ini diilhami oleh sosok Dr. Joseph Bell – salah satu dosen dan mentornya, seorang ahli bedah ternama dan ahli forensik pada masanya. Nama Holmes diambil dari sosok Oliver Wendell Holmes yang sangat dikagumi oleh ConanDoyle, dan atlet kriket Inggris terkenal bernama Sherlock. 


Kisah pertama yang menampilkan karakter terkenal ini berjudul A Study in Scarlet ( = diterbitkan versi terjemahan Indonesia dengan judul Penelusuran Benang Merah ), diterima oleh publik dengan sangat baik. Tapi kepopuleran nama Sherlock Holmes benar-benar dimulai pada tahun 1891, ketika beliau memutuskan menulis serial petualangan detektif handal Sherlock Holmes bersama dengan sahabatnya : Dr. Watson, dalam bentuk kompilasi cerita pendek. 

Sherlock Holmes disebut sebagai detektif konsultan yang mengandalkan pada kemampuan deduksi dan analisa dalam memecahkan berbagai kasus rumit yang dihadapi pihak berwajib. Bersama pendamping sekaligus sahabat yang berperan sebagai penulis kisah berbagai kasus yang ditangani oleh Sherlock, seorang pensiunan dokter, Dr. John Watson, mereka tinggal bersama dan berbagai kamar di wisma yang dikenal terletak di Baker Street No. 221 B semenjak tahun 1881 dengan seorang induk semang, wanita Skotlandia bernama Mrs. Hudson, hingga Watson menikah dengan Mary Morstan pada tahun 1890. 


Ketenaran nama Sherlock Holmes menjadikannya sebuah karya klasik yang tetap digemari dan dicari hingga kini. Terbukti dengan berbagai cetak ulang yang tetap berlangsung hingga kini, bahkan karakternya dikembangkan menjadi bukan saja berupa cerita pendek atau novel, tetapi juga berupa versi komik manga, film layar lebar, serial televisi, bahkan versi vidieo games dan games online. 

Jika ingin mengetahui lebih lengkap tentang Sir Arthur Conan Doyle serta Sherlock Holmes, silahkan kunjungi situs resminya : www.sherlockholmesonline.org atau untuk karya-karya tulis selengkapnya cek di : www.classic-literature.co.uk/scottish-authors/arthur-conan-doyle/


Best Regards,
* Hobby Buku * 

Friday, March 9, 2012

Books "THE PALACE OF ILLUSIONS"


Books “ISTANA KHAYALAN”
Judul Asli : THE PALACE OF ILLUSIONS
Copyright © 2008 by Chitra Banerjee Divakaruni
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Gita Yuliani K.
Cover by Satya Utama Jadi
Cetakan ke-01 : Juli 2009 ; 496 hlm

Pembuka :
Saat membaca sinopsis buku ini, teringat kembali akan kisah-kisah tentang tokoh-tokoh ‘pewayangan’ yang dulu sangat akrab sebagai bacaan semasa kecil lewat komik-komik maupun cergam karangan R.A. Kosasih. Rasa penasaran serta keinginan untuk mengulang kembali kisah-kisah tersebut, menggerakkan hati-ku untuk memilih buku ini sebagai salah ‘teman’ dalam perjalanan keluar kota.

Saat membuka halaman pembuka, masuk kata pengantar ( yang sangat menarik karena bukan sekedar ucapan terima kasih belaka, namun disertai pula catatan dari penulis yang mengungkapkan sedikit ‘buah-pikiran’ mengapa beliau menulis kisah ini dari sudut pandang yang berbeda ), kemudian mulai memasuki lembar-lembar kisah yang menjadi awal dari sosok utama tokoh wanita yang dikenal dengan nama Drupadi – wanita yang menjadi pasangan serta pendamping Pandawa Lima, wanita yang lewat kisah ini dituturkan memegang peranan besar dalam kancah Bharatayuda.

Sebagai salah satu karya sastra yang tak lekang oleh waktu, kisah Mahabharata merupakan bagian dari penulisan buku ini, namun jangan berharap membaca kisah yang sama – karena penulis memilih memberikan ‘kursi-utama’ pada Drupadi yang kemudian dikenal sebagai Panchali ( sebutan terhormat yang lebih umum bagi masyarakat India ) untuk mengisahkan jalannya sejarah keturunan dinasti Kuru dari sudut pandang-nya ; dari sudut pandang seorang wanita yang memiliki emosi, hasrat serta ambisi tinggi, sesuatu yang jarang & tidak dapat diterima dengan baik oleh masyarakat pada waktu itu.
Membaca buku ini sangatlah menarik bahkan membuat diri-ku harus menarik kembali persepsi awal yang selama ini telah terbentuk akan kisah-kisah Mahabharata yang ku-baca sebelumnya, kemungkinan karena perbedaan paham & cara penyajian yang dibuat agar dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat umum – maka versi ‘kejawen’ yang lebih halus justru menghilangkan konflik-konflik akan norma kesusilaan & etika yang justru banyak disoroti dalam versi aslinya.

Maka karya penulis yang terkenal banyak menyajikan tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang secara lebih pribadi & intim, konflik antara keinginan untuk dihargai & dianggap setara dalam situasi & budaya yang masih penuh dengan aturan serta kekangan bagi wanita … membuat bacaan yang menambah nuansa indah sekaligus mengharukan. Bahkan dengan sedikit unsur kontroversial yang menyoroti hubungan batin secara pribadi antara Panchali dengan Karna maupun dengan Khrisna, dapat disajikan dalam tulisan yang gamblang, tak bertele-tele namun sarat dengan makna & pengertian dalam. Jika ada penulis yang penuh penjiwaan sekaliber Paulo Coelho, maka Chitra Banerjee Divarkaruni dapat dikatakan versi ‘female-nya’ – sebanding dengan Pearl S. Buck yang juga banyak menyajikan kisah dengan latar belakang pertentangan kultur budaya dalam sudut pandang wanita.

Tanpa berusaha mengungkapkan lebih banyak tentang kisah ini dan tidak merusak ‘keindahan’ akan pemahaman kisah sosok Panchali, maka ini sekelumit kisah yang dapat ku-bagikan bagi anda sekalian, sebagai pembuka untuk memasuki ‘menu utama’ yang telah disajikan secara artistik serta penuh perasaan oleh penulis …

Sinopsis :
Drupadi lahir bersama saudara kembarnya Drestadyumna melalui ‘api’ dan dianggap sebagai berkat bagi Kerajaan Panchala karena telah sekian lama Prabu Drupada menantikan keturunan guna mewarisi keinginan membalas-dendam pribadi terhadap sosok Dorna yang menjadi guru besar Kerajaan Hastinapura. Akan tetapi sebagaimana pengharapan orang tua terhadap keturunannya, ternyata tidak berjalan seperti yang diinginkan. Drestadyumna atau Dre, yang diharapkan sebagai pewaris tunggal berusaha menjadi anak berbakti dengan menuruti keinginan ayahnya, namun ia tidak memiliki kehausan & keingin-tahuan sebesar Panchali – yang justru merasa diabaikan & ‘ditolak’ oleh ayahnya hanya karena ia seorang wanita. Panchali ingin dirinya berperan dalam perubahan sejarah, tanpa menyadari bahwa kelahirannya memang sebagai suatu alat bagi rencana yang jauh lebih besar.

Akhirnya takdir membawa nasib Panchali pada awal kisah besar di kemudian hari, saat dirinya disayembarakan guna memiliih calon suami, dimana acara tersebut sebenarnya taktik yang dirancang oleh ayahnya guna menarik pahlawan Hastinapura sebagai menantu & membalas dendam bagi Dorna. Dan Panchali yang telah diramalkan akan memiliki 5 suami justru tanpa sadar telah memberikan hatinya pada Karna – yang masa lalunya dijadikan ‘alasan’ sebagai penghalang bagi kebahagiaan & kedamaian kehidupannya hingga menjelang ajal di padang Kurusetra di kemudian hari. Berkat campur tangan Khrisna sebagai titisan Dewa Wishnu ( meski tidak disebutkan secara gamblang oleh penulis ) maka jalur kehidupan Panchali berhasil ‘dipaksakan’ menuju arah yang tepat – ia menjadi istri dari Pandawa Lima yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, si kembar Nakula & Sadewa.

Pandawa Lima adalah keturunan dari Pandudewanata, raja Hastinapura yang mangkat dalam usia muda akibat ‘kutukan’ seorang brahmana – sehingga untuk sementara tampuk pemerintahan diambil alih oleh kakaknya Prabu Destarata sambil menunggu putra-putra Pandu dewasa. Yang menjadi penyebab konflik dipicu dari ketidak-puasan Prabu Destarata sebagai kakak tertua dari Pandu & Widura ( =dalam buku ini tidak banyak dikisahkan ) namun ‘dilangkahi’ adiknya gara-gara ia buta sejak lahir, ditambah dengan ‘gosokan’ istrinya Permaisuri Gandari yang juga tidak puas karena ‘dialihkan’ oleh Pandu menjadi istri kakaknya yang buta. Maka setiap kesempatan digunakan untuk mengambil alih & menghilangkan keturunan Pandu yang dianggap telah merebut hak asli dari tangan keturunan Destarata yaitu para Kurawa yang berjumlah seratus ( =kelahiran mereka sangat mengerikan karena permaisuri Gandari melahirkan sebongkah daging besar yang kemudian pecah menjadi seratus keping dimana bongkahan tersebut kemudian berubah menjadi 99 bayi laki-laki & seorang putri ).

Perselisihan antara Pandawa & Kurawa menyeret Panchali dalam kehidupan baru yang sama sekali tak pernah ia bayangkan. Dari kehidupan nyaman hingga menggelandang bak pengemis, dari kebiasaannya senantiasa berkuasa hingga harus berhadapan dengan Ibunda Kunti – mertua yang senantiasa kritis & siap menyoroti semua tindak-tanduknya, kemarahan Arjuna yang memenangkan dirinya namun harus berbagi dengan keempat saudaranya ( ego Arjuna yang mendasari hal tersebut, bukan rasa cinta yang didambakan oleh Panchali ), ingatan & kenangan akan Karna yang tak dapat dilupakan dalam benak Panchali … sehingga mulai membentuk dirinya  sebagai wanita yang berusaha memperoleh kebahagiaan dirinya dengan berbagai cara yang cukup licin. Karena Panchali wanita yang cerdik & memiliki ambisi akan pencarian ‘kepuasan-diri’ maka ia berusaha mengendalikan Pandawa Lima dalam memenuhi impiannya … atau lebih tepatnya sebagaimana Khrisna yang dekat & sangat memahami dirinya, ia mengatakan bahwa Panchali penuh dengan ‘amarah’ akan ketidak-puasan dan tak pernah sabar dalam menanti sesuatu untuk berjalan sesuai dengan kehendaknya. 

Bahkan akibat wataknya yang pemarah & tak sabaran itulah Begawan Abiyasa ( =Byasa ) telah meramalkan bahwa kejatuhan dalam kehidupan Panchali dimulai dari tiga hal yang seharuslah dihindari : pertama “tepat sebelum pernikahan – tahanlah pertanyaanmu” ( =saat dimana Panchali mengubah rasa cinta Karna menjadi dendam dengan dalih menyelamatkan nyawa Dre ) ; kedua “saat suami-suaminya pada puncak kekuasaan – tahanlah tawamu” ( =saat dimana Panchali menertawakan Duryudana & Karna hingga mereka merasa dipermalukan ) ; ketiga “saat ia dipermalukan dengan sangat hebat seperti yang tak pernah terbayangkan – tahanlah kutukanmu” ( = saat dimana Panchali ‘dipermalukan’ dihadapan para Kurawa & Pandawa, hingga ia mengeluarkan kutukan akan musnahnya seluruh keturunan dan keluarga Kurawa tanpa tersisa demi terselesaikannya dendam Panchali ).

Kehidupan Panchali mengalami titik balik setelah peristiwa tersebut, bukan hanya dipermalukan – kehilangan harta, kedudukan, status – bahkan rasa cinta & dambaan yang pernah ada seakan lenyap tersapu oleh kepahitan & dendam kesumat. Panchali sengaja membiarkan rambutnya terurai hingga tiba saatnya untuk dicuci dengan darah orang-orang yang telah menghinanya. Kepahitan & kesombongan dirinya membuat Panchali tak mudah melepaskan Pandawa Lima terutama Yudistira, yang dianggap telah turut menyeret dirinya dalam kesengsaraan. Dalam pengasingan yang harus mereka jalani selama dua belas tahun, tak sekalipun ia mau mengikuti ajakan keluarganya termasuk Dre yang mengajak dirinya kembali ke istana guna merawat anak-anaknya. Dalam hati kecilnya Panchali menyadari bahwa niat sebenarnya bukan didorong atas kemuliaan hati namun lebih pada keangkuhan ingin menunjukkan bahwa dirinya masih mempunyai pengaruh atas para Pandawa Lima, serta senantiasa mengingatkan mereka akan tekad untuk membalas dendam, meskipun ia harus berkorban hidup menderita dan meninggalkan anak-anaknya … hanya seorang yang mengetahui persis isi hatinya, Khrisna yang dengan sabar & tak pernah bosan mengingatkan dirinya agar tidak menuruti ‘api dendam-kesumat’ yang akan berbalik membakar dirinya.

Penutup :
Lewat kata-kata yang gamblang namun sarat dengan makna dalam, penulis mampu merangkai kisah panjang mulai awal kehidupan cikal bakal dinasti Kuru, masuk pada kehidupan kisah yang dikenal sebagai Mahabharata hingga perang dahsyat Bharatayuda dan diakhiri saat Pandawa Seda lewat gambaran pendakian gunung Himalaya. Bukan suatu hal yang mudah merangkum semuanya dan masih dapat memberikan kesegaran baru lewat sosok Drupadi yang dikenal secara umum sebagai wanita lembut, pasrah & setia – justru pembaca akan dipermainkan perasaannya dengan sosok Panchali yang keras kepala, angkuh, pandai & ambisius serta manipulatif, membuat kita akan menyukai – membenci – sekaligus mengasih sosok yang sangat manusiawi.

Sejarah-sejarah nyata banyak pula mencatat bahwa peran serta sosok wanita sering kali menentukan suatu perubahan drastis pada sejarah kekuasaan. Jika seorang Cleopatra mampu membuat pria-pria yang berkerabat saling bunuh & kudeta pemerintahan terjadi, jika seorang Helen of Troy mampu menggerakkan hati laki-laki hingga terjadi perang besar yang memusnahkan suatu bangsa, jika penguasa bengis & ditakuti musuh-musuhnya Attila The Hun akhirnya meninggal karena pengkhianatan wanita yang dicintainya, maka sosok Panchali merupakan contoh perwujudan kelemahan serta kekuatan seorang wanita – sesuatu yang seringkali diremehkan namun ibarat gunung berapi yang sedang tidur, sewaktu-waktu akan meletus & memakan banyak korban.

Tentang Penulis :
Chitra Banerjee Divakaruni lahir di Calcutta, India, dan pindah ke Amerika Serikat pada usia sembilan belas tahun. Berdasarkan kehidupannya di Amerika, konflik antara tradisi serta budaya yang berbeda menjadi bahan penulisan sebagian besar karyanya seperti  “Penguasa Rempah-Rempah” ( The Mistress of Spices ) bahkan telah diangkat ke layar lebar dengan tokoh utama Aishawarya Rai & Dylan McDermott ; buku keduanya “Saudara Sehati” ( Sister of My Heart ) tentang dua wanita yang bersahabat erat namun harus mengalami perubahan akibat salah satu dari mereka pindah ke Amerika mengikuti suaminya ; dan kelanjutannya “Jalinan Jiwa” ( The Vine of Desire ) ; Keong Ajaib ( The Conch Bearer ) yang agak berbeda karena ia menggunakan tokoh bocah laki-laki & perempuan berusia belasan tahun.

Minatnya terhadap kehidupan kaum wanita semakin dalam saat ia aktif dalam lembaga-lembaga yang membantu wanita-wanita yang mengalami penyiksaan dan membantu mereka agar dapat mandiri dalam kehidupan masing-masing.

Tahun 1976 ia kuliah S2 Bahasa Inggris di Wright State University, Ohio, dan setelah itu melanjutkannya dengan kuliah S3 di University of California di Berkeley. Chitra Divakaruni saat ini bekerja sebagai dosen penulisan kreatif dan bahasa Inggris di University of Houston.
Ia juga menjadi ketua MAITRI, lembaga bantuan untuk wanita-wanita Asia Selatan. 


Tahun 1995, kumpulan cerita pendeknya, Arranged Marriage, memperoleh penghargaan PEN Oakland Josephine Miles Prize for Fiction, Bay Area Book Reviewers Award for Fiction, dan American Book Award dari Before Columbus Foundation. Ia juga menerima 1994 Santa Clara Arts Council Award for Fiction dan 1994 Wallace Alexander Gerhode Foundation Poetry Award.

Karya-karyanya dikenal luas selain novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, telah diterjemahkan dalam sebelas bahasa, termasuk bahasa Belanda, Yahudi, dan Jepang. Lulusan dari Wright State University di Dayton, Ohio memberinya gelar Master & gelar Ph.D diperoleh lewat University of California, Berkeley. Saat ini bersama suaminya Murthi Divakaruni, ia tetap aktif menulis tentang kisah-kisah para wanita ekspatriat dari pengalaman pribadi maupun kehidupan di sekelilingnya.  

Best Regards, 
* HobbyBuku *