Books
“ISTANA KHAYALAN”
Judul Asli : THE PALACE OF ILLUSIONS
Copyright © 2008 by Chitra Banerjee
Divakaruni
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Gita Yuliani K.
Cover by Satya Utama Jadi
Cetakan ke-01 : Juli 2009 ; 496 hlm
Pembuka :
Saat membaca sinopsis buku ini,
teringat kembali akan kisah-kisah tentang tokoh-tokoh ‘pewayangan’ yang dulu
sangat akrab sebagai bacaan semasa kecil lewat komik-komik maupun cergam
karangan R.A. Kosasih. Rasa penasaran serta keinginan untuk mengulang kembali
kisah-kisah tersebut, menggerakkan hati-ku untuk memilih buku ini sebagai salah
‘teman’ dalam perjalanan keluar kota.
Saat membuka halaman pembuka, masuk
kata pengantar ( yang sangat menarik karena bukan sekedar ucapan terima kasih
belaka, namun disertai pula catatan dari penulis yang mengungkapkan sedikit
‘buah-pikiran’ mengapa beliau menulis kisah ini dari sudut pandang yang berbeda
), kemudian mulai memasuki lembar-lembar kisah yang menjadi awal dari sosok
utama tokoh wanita yang dikenal dengan nama Drupadi – wanita yang menjadi
pasangan serta pendamping Pandawa Lima, wanita yang lewat kisah ini dituturkan
memegang peranan besar dalam kancah Bharatayuda.
Sebagai salah satu karya sastra yang
tak lekang oleh waktu, kisah Mahabharata merupakan bagian dari penulisan buku
ini, namun jangan berharap membaca kisah yang sama – karena penulis memilih
memberikan ‘kursi-utama’ pada Drupadi yang kemudian dikenal sebagai Panchali (
sebutan terhormat yang lebih umum bagi masyarakat India ) untuk mengisahkan
jalannya sejarah keturunan dinasti Kuru dari sudut pandang-nya ; dari sudut
pandang seorang wanita yang memiliki emosi, hasrat serta ambisi tinggi, sesuatu
yang jarang & tidak dapat diterima dengan baik oleh masyarakat pada waktu
itu.
Membaca buku ini sangatlah menarik
bahkan membuat diri-ku harus menarik kembali persepsi awal yang selama ini
telah terbentuk akan kisah-kisah Mahabharata yang ku-baca sebelumnya,
kemungkinan karena perbedaan paham & cara penyajian yang dibuat agar dapat
lebih mudah diterima oleh masyarakat umum – maka versi ‘kejawen’ yang lebih
halus justru menghilangkan konflik-konflik akan norma kesusilaan & etika
yang justru banyak disoroti dalam versi aslinya.
Maka karya penulis yang terkenal
banyak menyajikan tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang secara lebih pribadi
& intim, konflik antara keinginan untuk dihargai & dianggap setara
dalam situasi & budaya yang masih penuh dengan aturan serta kekangan bagi
wanita … membuat bacaan yang menambah nuansa indah sekaligus mengharukan.
Bahkan dengan sedikit unsur kontroversial yang menyoroti hubungan batin secara
pribadi antara Panchali dengan Karna maupun dengan Khrisna, dapat disajikan
dalam tulisan yang gamblang, tak bertele-tele namun sarat dengan makna &
pengertian dalam. Jika ada penulis yang penuh penjiwaan sekaliber Paulo Coelho,
maka Chitra Banerjee Divarkaruni dapat dikatakan versi ‘female-nya’ – sebanding
dengan Pearl S. Buck yang juga banyak menyajikan kisah dengan latar belakang
pertentangan kultur budaya dalam sudut pandang wanita.
Tanpa berusaha mengungkapkan lebih
banyak tentang kisah ini dan tidak merusak ‘keindahan’ akan pemahaman kisah
sosok Panchali, maka ini sekelumit kisah yang dapat ku-bagikan bagi anda
sekalian, sebagai pembuka untuk memasuki ‘menu utama’ yang telah disajikan
secara artistik serta penuh perasaan oleh penulis …
Sinopsis :
Drupadi lahir bersama saudara
kembarnya Drestadyumna melalui ‘api’ dan dianggap sebagai berkat bagi Kerajaan
Panchala karena telah sekian lama Prabu Drupada menantikan keturunan guna
mewarisi keinginan membalas-dendam pribadi terhadap sosok Dorna yang menjadi
guru besar Kerajaan Hastinapura. Akan tetapi sebagaimana pengharapan orang tua
terhadap keturunannya, ternyata tidak berjalan seperti yang diinginkan. Drestadyumna
atau Dre, yang diharapkan sebagai pewaris tunggal berusaha menjadi anak
berbakti dengan menuruti keinginan ayahnya, namun ia tidak memiliki kehausan
& keingin-tahuan sebesar Panchali – yang justru merasa diabaikan &
‘ditolak’ oleh ayahnya hanya karena ia seorang wanita. Panchali ingin dirinya
berperan dalam perubahan sejarah, tanpa menyadari bahwa kelahirannya memang
sebagai suatu alat bagi rencana yang jauh lebih besar.
Akhirnya takdir membawa nasib
Panchali pada awal kisah besar di kemudian hari, saat dirinya disayembarakan
guna memiliih calon suami, dimana acara tersebut sebenarnya taktik yang
dirancang oleh ayahnya guna menarik pahlawan Hastinapura sebagai menantu &
membalas dendam bagi Dorna. Dan Panchali yang telah diramalkan akan memiliki 5
suami justru tanpa sadar telah memberikan hatinya pada Karna – yang masa
lalunya dijadikan ‘alasan’ sebagai penghalang bagi kebahagiaan & kedamaian
kehidupannya hingga menjelang ajal di padang Kurusetra di kemudian hari. Berkat
campur tangan Khrisna sebagai titisan Dewa Wishnu ( meski tidak disebutkan
secara gamblang oleh penulis ) maka jalur kehidupan Panchali berhasil
‘dipaksakan’ menuju arah yang tepat – ia menjadi istri dari Pandawa Lima yaitu
Yudistira, Bima, Arjuna, si kembar Nakula & Sadewa.
Pandawa Lima adalah keturunan dari
Pandudewanata, raja Hastinapura yang mangkat dalam usia muda akibat ‘kutukan’
seorang brahmana – sehingga untuk sementara tampuk pemerintahan diambil alih
oleh kakaknya Prabu Destarata sambil menunggu putra-putra Pandu dewasa. Yang
menjadi penyebab konflik dipicu dari ketidak-puasan Prabu Destarata sebagai
kakak tertua dari Pandu & Widura ( =dalam buku ini tidak banyak dikisahkan
) namun ‘dilangkahi’ adiknya gara-gara ia buta sejak lahir, ditambah dengan
‘gosokan’ istrinya Permaisuri Gandari yang juga tidak puas karena ‘dialihkan’
oleh Pandu menjadi istri kakaknya yang buta. Maka setiap kesempatan digunakan
untuk mengambil alih & menghilangkan keturunan Pandu yang dianggap telah
merebut hak asli dari tangan keturunan Destarata yaitu para Kurawa yang
berjumlah seratus ( =kelahiran mereka sangat mengerikan karena permaisuri
Gandari melahirkan sebongkah daging besar yang kemudian pecah menjadi seratus
keping dimana bongkahan tersebut kemudian berubah menjadi 99 bayi laki-laki
& seorang putri ).
Perselisihan antara Pandawa &
Kurawa menyeret Panchali dalam kehidupan baru yang sama sekali tak pernah ia
bayangkan. Dari kehidupan nyaman hingga menggelandang bak pengemis, dari
kebiasaannya senantiasa berkuasa hingga harus berhadapan dengan Ibunda Kunti –
mertua yang senantiasa kritis & siap menyoroti semua tindak-tanduknya,
kemarahan Arjuna yang memenangkan dirinya namun harus berbagi dengan keempat
saudaranya ( ego Arjuna yang mendasari hal tersebut, bukan rasa cinta yang
didambakan oleh Panchali ), ingatan & kenangan akan Karna yang tak dapat
dilupakan dalam benak Panchali … sehingga mulai membentuk dirinya sebagai wanita yang berusaha memperoleh
kebahagiaan dirinya dengan berbagai cara yang cukup licin. Karena Panchali
wanita yang cerdik & memiliki ambisi akan pencarian ‘kepuasan-diri’ maka ia
berusaha mengendalikan Pandawa Lima dalam memenuhi impiannya … atau lebih
tepatnya sebagaimana Khrisna yang dekat & sangat memahami dirinya, ia
mengatakan bahwa Panchali penuh dengan ‘amarah’ akan ketidak-puasan dan tak
pernah sabar dalam menanti sesuatu untuk berjalan sesuai dengan kehendaknya.
Bahkan akibat wataknya yang pemarah & tak sabaran itulah Begawan Abiyasa ( =Byasa ) telah meramalkan bahwa kejatuhan dalam kehidupan Panchali dimulai dari tiga hal yang seharuslah dihindari : pertama “tepat sebelum pernikahan – tahanlah pertanyaanmu” ( =saat dimana Panchali mengubah rasa cinta Karna menjadi dendam dengan dalih menyelamatkan nyawa Dre ) ; kedua “saat suami-suaminya pada puncak kekuasaan – tahanlah tawamu” ( =saat dimana Panchali menertawakan Duryudana & Karna hingga mereka merasa dipermalukan ) ; ketiga “saat ia dipermalukan dengan sangat hebat seperti yang tak pernah terbayangkan – tahanlah kutukanmu” ( = saat dimana Panchali ‘dipermalukan’ dihadapan para Kurawa & Pandawa, hingga ia mengeluarkan kutukan akan musnahnya seluruh keturunan dan keluarga Kurawa tanpa tersisa demi terselesaikannya dendam Panchali ).
Bahkan akibat wataknya yang pemarah & tak sabaran itulah Begawan Abiyasa ( =Byasa ) telah meramalkan bahwa kejatuhan dalam kehidupan Panchali dimulai dari tiga hal yang seharuslah dihindari : pertama “tepat sebelum pernikahan – tahanlah pertanyaanmu” ( =saat dimana Panchali mengubah rasa cinta Karna menjadi dendam dengan dalih menyelamatkan nyawa Dre ) ; kedua “saat suami-suaminya pada puncak kekuasaan – tahanlah tawamu” ( =saat dimana Panchali menertawakan Duryudana & Karna hingga mereka merasa dipermalukan ) ; ketiga “saat ia dipermalukan dengan sangat hebat seperti yang tak pernah terbayangkan – tahanlah kutukanmu” ( = saat dimana Panchali ‘dipermalukan’ dihadapan para Kurawa & Pandawa, hingga ia mengeluarkan kutukan akan musnahnya seluruh keturunan dan keluarga Kurawa tanpa tersisa demi terselesaikannya dendam Panchali ).
Kehidupan Panchali mengalami titik
balik setelah peristiwa tersebut, bukan hanya dipermalukan – kehilangan harta,
kedudukan, status – bahkan rasa cinta & dambaan yang pernah ada seakan
lenyap tersapu oleh kepahitan & dendam kesumat. Panchali sengaja membiarkan
rambutnya terurai hingga tiba saatnya untuk dicuci dengan darah orang-orang yang
telah menghinanya. Kepahitan & kesombongan dirinya membuat Panchali tak
mudah melepaskan Pandawa Lima terutama Yudistira, yang dianggap telah turut
menyeret dirinya dalam kesengsaraan. Dalam pengasingan yang harus mereka jalani
selama dua belas tahun, tak sekalipun ia mau mengikuti ajakan keluarganya
termasuk Dre yang mengajak dirinya kembali ke istana guna merawat anak-anaknya.
Dalam hati kecilnya Panchali menyadari bahwa niat sebenarnya bukan didorong
atas kemuliaan hati namun lebih pada keangkuhan ingin menunjukkan bahwa dirinya
masih mempunyai pengaruh atas para Pandawa Lima, serta senantiasa mengingatkan
mereka akan tekad untuk membalas dendam, meskipun ia harus berkorban hidup
menderita dan meninggalkan anak-anaknya … hanya seorang yang mengetahui persis
isi hatinya, Khrisna yang dengan sabar & tak pernah bosan mengingatkan
dirinya agar tidak menuruti ‘api dendam-kesumat’ yang akan berbalik membakar
dirinya.
Penutup :
Lewat kata-kata yang gamblang namun
sarat dengan makna dalam, penulis mampu merangkai kisah panjang mulai awal
kehidupan cikal bakal dinasti Kuru, masuk pada kehidupan kisah yang dikenal
sebagai Mahabharata hingga perang dahsyat Bharatayuda dan diakhiri saat Pandawa
Seda lewat gambaran pendakian gunung Himalaya. Bukan suatu hal yang mudah
merangkum semuanya dan masih dapat memberikan kesegaran baru lewat sosok
Drupadi yang dikenal secara umum sebagai wanita lembut, pasrah & setia –
justru pembaca akan dipermainkan perasaannya dengan sosok Panchali yang keras
kepala, angkuh, pandai & ambisius serta manipulatif, membuat kita akan
menyukai – membenci – sekaligus mengasih sosok yang sangat manusiawi.
Sejarah-sejarah nyata banyak pula
mencatat bahwa peran serta sosok wanita sering kali menentukan suatu perubahan
drastis pada sejarah kekuasaan. Jika seorang Cleopatra mampu membuat pria-pria
yang berkerabat saling bunuh & kudeta pemerintahan terjadi, jika seorang
Helen of Troy mampu menggerakkan hati laki-laki hingga terjadi perang besar
yang memusnahkan suatu bangsa, jika penguasa bengis & ditakuti
musuh-musuhnya Attila The Hun akhirnya meninggal karena pengkhianatan wanita
yang dicintainya, maka sosok Panchali merupakan contoh perwujudan kelemahan
serta kekuatan seorang wanita – sesuatu yang seringkali diremehkan namun ibarat
gunung berapi yang sedang tidur, sewaktu-waktu akan meletus & memakan
banyak korban.
Tentang
Penulis :
Chitra Banerjee Divakaruni lahir di
Calcutta, India, dan pindah ke Amerika Serikat pada usia sembilan belas tahun.
Berdasarkan kehidupannya di Amerika, konflik antara tradisi serta budaya yang
berbeda menjadi bahan penulisan sebagian besar karyanya seperti “Penguasa
Rempah-Rempah” ( The Mistress of Spices ) bahkan telah diangkat ke layar
lebar dengan tokoh utama Aishawarya Rai & Dylan McDermott ; buku keduanya “Saudara Sehati” ( Sister of My Heart )
tentang dua wanita yang bersahabat erat namun harus mengalami perubahan akibat
salah satu dari mereka pindah ke Amerika mengikuti suaminya ; dan kelanjutannya
“Jalinan Jiwa” ( The Vine of Desire )
; Keong Ajaib ( The Conch Bearer ) yang agak berbeda karena ia menggunakan
tokoh bocah laki-laki & perempuan berusia belasan tahun.
Minatnya terhadap kehidupan kaum wanita semakin dalam saat ia aktif dalam lembaga-lembaga yang membantu wanita-wanita yang mengalami penyiksaan dan membantu mereka agar dapat mandiri dalam kehidupan masing-masing.
Tahun 1976 ia kuliah S2 Bahasa Inggris di Wright State University, Ohio, dan setelah itu melanjutkannya dengan kuliah S3 di University of California di Berkeley. Chitra Divakaruni saat ini bekerja sebagai dosen penulisan kreatif dan bahasa Inggris di University of Houston.
Ia juga menjadi ketua MAITRI, lembaga bantuan untuk wanita-wanita Asia Selatan.
Tahun 1995, kumpulan cerita pendeknya, Arranged Marriage, memperoleh penghargaan PEN Oakland Josephine Miles Prize for Fiction, Bay Area Book Reviewers Award for Fiction, dan American Book Award dari Before Columbus Foundation. Ia juga menerima 1994 Santa Clara Arts Council Award for Fiction dan 1994 Wallace Alexander Gerhode Foundation Poetry Award.
Karya-karyanya dikenal luas selain novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, telah diterjemahkan dalam sebelas bahasa, termasuk bahasa Belanda, Yahudi, dan Jepang. Lulusan dari Wright State University di Dayton, Ohio memberinya gelar Master & gelar Ph.D diperoleh lewat University of California, Berkeley. Saat ini bersama suaminya Murthi Divakaruni, ia tetap aktif menulis tentang kisah-kisah para wanita ekspatriat dari pengalaman pribadi maupun kehidupan di sekelilingnya.
Best Regards,
* HobbyBuku *
No comments :
Post a Comment