Books “SINHÁ MOÇA”
Judul
Asli : SINHÁ
MOÇA : DIE TOCHTER DES SKLAVENHALTERS
Copyright © by Maria D. Pacheco Fernandes
Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Alih
Bahasa : A. Samsara
Desain Sampul : David
Total Page : 744
hlm
Cetakan
I : November 1990 ; 200 hlm + 208 hlm
[ Review
in Indonesia ]
[ Part I : Putri Seorang Pemilik Budak | 200 hlm ]
Kisah
dibuka pada suatu senja di tahun 1873, tepatnya di Fazenda Araruna – tanah
pertanian yang sangat luas milik keluarga Ferreira. Colonel Ferreira adalah
penguasa yang memerintah wilayah tersebut dengan tangan besi, dan sebagai
pewaris dari garis keturunan Ferreira yang membuka lahan pertama kali hingga
menajdi sebuah kota yang cukup ramai, maka beliau memiliki kekuatan serta kuasa
untuk membuat siapa saja tunduk pada perintahnya. Namun pada saat ini,
tanda-tanda pemberontakan mulai muncul. Dimulai dari perlakuan serta ucapan Pai
José – budak tertua, dan dianggap sebagai ayah dari hampir semua budak hitam di
wilayah tersebut. Pai José dengan berani
menentang perbudakan dan menyatakan dirinya sebagai manusia bebas, hal yang
membawanya pada hukuman siksa cambukan yang akhirnya merenggut nyawanya.
Peristiwa penyiksaan ini disaksikan oleh seluruh budak sekaligus 2 bocah cilik,
Sinhá Aninha – putri tunggal Colonel Ferreira yang lembut hati serta sahabatnya
Rafael – bocah budak yang berkulit terang.
Terbunuhnya
Pai José merupakan pembunuhan sadis, tetapi kekuasaan sang Colonel mencakup
tangan-tangan penegak hukum resmi. Bahkan setelah peristiwa itu, sang Colonel
mengambil tindakan drastis, menjual Maria das Dores – budak kulit hitam yang
cantik beserta anaknya Rafael, sahabat Sinhá Aninha. Tiada yang berani
menentang, bahkan tangisan putrinya tak mampu menggugah hati sang Colonel.
Hanya satu orang yang mulai memahami duduk permasalahan, si bocah Rafael yang
mendapat nasehat sebelum kematian Pai José – kakeknya, bahwa ia adalah anak
haram, putra sang Colonel sendiri. Dendam kesumat membara dalam hati bocah
cilik, budak berkulit terang ini. Dan demi mencapai tujuannya, ia bersedia
membuang hatinya, serta kasihnya terhadap gadis cilik, sahabat hatinya Sinhá
Aninha. Tanpa mereka duga, nasib membawa keberuntungan bagi budak ibu dan anak
ini. Belas kasih dari seseorang yang menaruh hati pada nasib budak cantik
korban nafsu sang Colonel, yang akan menentukan masa depan mereka serta
keluarga Ferreira.
[ source ] |
Tiga belas
tahun berlalu, kehidupan di Fazenda Araruna semakin meningkat, kekayaan serta
kekuasaan sang pemilik, yang sekarang bergelar Baron Ferreira, menjadikannya
sosok yang dikagumi sekaligus ditakuti dan dibenci, terutama oleh kaum budak
kulit hitam. Satu-satunya sosok yang berani menentang tindakan semena-mena ini
adalah putri tunggalnya, namun saat ia menempuh pendidikan di ibukota propinsi,
tiada satu pun yang bisa membela hak-hak para budak yang disiksa. Gadis cilik
itu kini menjadi sosok wanita cantik dan menarik, dan ia akan pulang kembali ke
Fazenda Araruna. Kedatangan Maria das Gracas Ferreira atau lebih dikenal dengan
Sinhá Moça – sebutannya sekarang, dinantikan oleh hampir sebagian besar budak-budaknya,
serta penduduk kota yang mengenalnya semenjak kecil. Dan saat ini pula, awal
pertemuan Sinhá Moça dengan Rodolfo Gàrcia Fontes – putra pertama Dr. Fontes,
pengacara keluarga Ferreira dan tokoh terkemuka di Araruna. Rodolfo telah jatuh
hati pada gadis ini semenjak pandangan pertama, namun ia melakukan kesalahan
dalam strategi pendekatan terhadap gadis ini hingga usahanya untuk meminang
Sinhá Moça harus melalui berbagai cara yang berbelit-belit serta perjuangan
yang tidak mudah.
Rodolfo
Fontes adalah pengikut kaum Republik yang menentang diktator serta perbudakan.
Sedangkan Araruna adalah kawasan yang diperintah secara terselubung melalui
tangan besi Baron Ferreira. Bahkan sang ayah, Dr. Fontes adalah pengacara
keluarga Ferreira semenjak ayah Baron Ferreira berkuasa. Dan kini ia tertarik
pada sang putri Baron Ferreira. Namun Rodolfo bukan saja pandai dalam ilmu
sebagai seorang pengacara, ia juga mampu membawakan peran yang berbeda dalam
tampilan di luar, tanpa menunjukkan isi hatinya yang terdalam. Maka sang Baron
pun terkesan dengan pemuda ini, dan
merestui keinginannya untuk menikahi putrinya, dengan harapan pemuda itu mampu
merubah pikiran serta meredam tindakan radikal sang putri yang senantiasa
membela para budak dari siksaan. Di sisi lain, kepandaian Rodolfo membawa diri,
justru menimbulkan antipati pada diri
Sinhá Moça yang memandangnya tak lebih dari pemuda yang mengincar posisi
di bawah dukungan ayahnya.
~ Sinha Moca (1986 ) ~ [ source ] |
Kehidupan
tenang di Fazenda Araruna menyembunyikan berbagai fakta, bahwa penyiksaan semakin
sering terjadi, demikian pula pemberontakan serta pelarian para budak. Meski
sebagian besar pelarian mampu ditangkap kembali oleh pemburu budak keji yang
dijuluki Capitao do Mato – seorang kulit hitam yang tega menyiksa sesamanya
demi imbalan uang yang berlimpah. Sang penegak hukum setempat Delegado Antero,
tak berani secara terang-terangan melawan sang Baron. Satu-satunya yang berani
menyuarakan menentang perbudakan serta kezaliman hanyalah surat kabar Suara
Araruna yang ditulis oleh Augusto – wartawan sekaligus pemilik surat kabar itu.
Dan ketika suatu hari pemuda tampan bernama Dimas, yang melamar untuk bekerja
di surat kabar itu, Suara Araruna mulai mengeluarkan tulisan-tulisan yang lebih
berani dan memojokan posisi Baron Ferreira. Di dalam lahan Araruna sendiri,
para budak mulai berani mengambil tindakan melawan otoriter sang Baron.
Kekejaman kepala pengawas budak Bruno serta asistennya Honorio, berbuntut pada
tewasnya Honorio secara misterius, bahkan tubuhnya lenyap sebelum sempat
diperiksa oleh kepala polisi.
[ Part II : Pembalasan Para Budak | 208 hlm ]
Keluarga
Fontes akhirnya berani menunjukkan kepada pihak mana mereka berdiri. Dr. Fontes
setelah melihat aksi putra sulungnya, akhirnya menjadi pemimpin kaum progresif
yang menentang perbudakan dan secara otomatis menentang kekuasaan Baron
Ferreira. Sementara itu pertunangan antara Sinhá Moça dan Rodolfo Fontes
terputus, karena sang Baron geram akan perlawanan yang dilakukan oleh keluarga
Fontes, sedangkan Sinhá Moça terpesona akan kehadiran Rafael – sahabat kecilnya
yang kini muncul dengan memakai nama Dimas. Ia datang dengan agenda tersendiri,
guna membalas dendam kepada Baron Ferreira – pemiliknya sekaligus ayahnya,
meski beliau sendiri tak mengetahui hal tersebut. Tiada yang tahu rahasia ini kecuali
sang ibu serta kakeknya yang meninggal di tiang hukuman. Hanya Frei José –
pastur setempat yang menaruh kecurigaan atas keadaan Rafael.
~ Sinha Moca ( 2006) ~ [ source ] |
Baron
Ferreira juga mulai gerah dan kewalahan dengan berbagai peristiwa yang menyulut
permasalahan berkepanjangan. Maka ia menyetujui pertunangan baru antara Sinhá
Moça dan José Coutinho – putra tuan tanah Coutinho yang bermuka-dua. Meski
tidak mencintai pemuda itu, Sinhá Moça menyetujui pertunangan dengan tujuan
lain lain. Ia hendak membawa pernikahan antara José Coutinho dengan Adelaide –
budaknya yang cantik dan rupawan. Kedua pasangan yang sama-sama jatuh cinta
namun mengalami kendala perbedaan latar belakang, ini harus berjuang melawan
otoritas serta norma-norma sosial yang berlaku di Araruna. Namun ketika sang
Baron mengetahui siasat putrinya, bahkan menentang secara keras dan
terang-terangan penyiksaan budak-budak yang melarikan diri, kesabarannya
akhirnya habis.
Pertengkaran
hebat disertai pengusiran putrinya dari kediaman Fazanda Araruna, protes sang
istri dengan keluar dari kamar dan pindah ke tempat lain, sang Baron masih
masih mencari tahu siapa gerangan sosok Topeng Hitam yang menjadi tokoh
pahlawan sekaligus musuh dan momok yang ditakuti para tuan tanah. Karena Topeng
Hitam akan menyusup di tanah pertanian tuan-tuan tanah, dan membebaskan para
budak di tempat itu secara diam-diam. Tiada yang mengetahui secara pasti siapa
gerangan sosok Topeng Hitam. Beberapa pihak berspekulasi, namun dugaan terbesar
ia adalah Dimas / Rafael yang dengan gencar melakukan perang terhadap sang
Baron lewat artikel-artikel pedas dan kritis yang ditulisnya.
Tentang
Penulis :
Maria Camila Dezonne Pacheco Fernandes, dilahirkan di Jau, Sao Paulo, pada tanggal 18 Desember 1904. Beliau adalah seorang penulis sekaligus jurnalis asal Brazil. Novelnya Sinhá Moça ( Sinha Girl ) yang terbit pada tahun 1949 menuai kesuksesan di kalangan pembaca, hingga akhirnya diadaptasi menjadi film seri televisi pada tahun 1986 dan 2006 oleh Rede Globo. Beliau turut serta dalam pembuatan naskah serta skenario untuk adaptasi ini. Karya-karyanya yang lain turut menuai sukses dan beliau masih sempat membagi waktu dengan kegiatan jurnalisnya. Hingga kini Sinhá Moça dan dikategorikan sebagai karya sastra pilihan di Brazillia. Beliau meninggal pada tanggal 2 Maret 1998.
Maria Camila Dezonne Pacheco Fernandes, dilahirkan di Jau, Sao Paulo, pada tanggal 18 Desember 1904. Beliau adalah seorang penulis sekaligus jurnalis asal Brazil. Novelnya Sinhá Moça ( Sinha Girl ) yang terbit pada tahun 1949 menuai kesuksesan di kalangan pembaca, hingga akhirnya diadaptasi menjadi film seri televisi pada tahun 1986 dan 2006 oleh Rede Globo. Beliau turut serta dalam pembuatan naskah serta skenario untuk adaptasi ini. Karya-karyanya yang lain turut menuai sukses dan beliau masih sempat membagi waktu dengan kegiatan jurnalisnya. Hingga kini Sinhá Moça dan dikategorikan sebagai karya sastra pilihan di Brazillia. Beliau meninggal pada tanggal 2 Maret 1998.
Best
Regards,
No comments :
Post a Comment