[ source ] |
Books “SINHÁ MOÇA”
Judul
Asli : SINHÁ
MOÇA : DAS GOLD DER FERREIRAS
Copyright © by Maria D. Pacheco Fernandes
Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Alih
Bahasa : A. Samsara
Desain Sampul : David
Total Page : 744
hlm
Cetakan
I : Maret 1991 ; 168 hlm ( Part III ) | Cetakan I : April 1991 ; 168 hlm ( Part IV )
[ Review
in Indonesia ]
[ Part III : Harta Emas Keluarga Ferreira ]
Rodolfo
Garcia Fontes akhirnya berhasil menyelamatkan dan melarikan Sinhá Moça dari
sekapan sang ayah, dengan melakukan penipuan dibantu oleh Rafael dan budak
setianya. Sang ibu, Dona Candida, memilih kebebasan putrinya daripada mengikuti
kemauan ayahnya yang semakin aneh. Kedua pasangan ini memilih tinggal sementara
di Quilombo – lahan sederhana persembunyian para budak pelarian. Sungguh ironis
pernikahan keduanya berlangsung sangat sederhana, namun dihadiri dan dirayakan
dengan khidmat oleh para manusia yang mencari kebebasan dirinya. Satu-satunya
orang kulit putih selain mereka berdua, hanya ada Frei José – pastur Araruna
yang telah memilih membela kebenaran daripada sembunyi di balik birokrasi dan
tirani Baron Ferreira. Beliau bahkan bersedia menempuh perjalanan jauh demi
menikahkan mereka berdua.
Sementara
itu Rafael yang berhasil lolos dari jeratan hukum yang sengaja dibuat oleh sang
Baron, mengalami dilema untuk masalah pribadinya. Permasalahan awal hubungannya
dengan Sinhá Moça telah selesai, dan ia memilih pria yang mampu memberikan
cinta sebagaimana yang diinginkan oleh wanita itu. Kini Rafael harus menentukan
bagaimana nasib hubungannya dengan Juliana – cucu Augusto, majikan dan pemilik
surat kabar Suara Araruna. Setelah peristiwa perusakan yang dilakukakn oleh
antek-antek Baron Ferreira di kediaman serta kantor mereka, kesehatan Augusto
mulai menurun. Meski demikian semangatnya tetap membara, hanya satu hal yang
menjadi sumber kekhawatiran dirinya, bagaimana masa depan cucu tersayang
Juliana. Masa lalu kedua orang tua Juliana yang semula dirahasiakan akhirnya
terkuak, bahwa Juliana hasil hubungan gelap sang ibu dengan pegawai Augusto,
pria tampan berkulit hitam, yang melarikan diri ketika tahu putri majikannya
hamil. Sang ibu memilih meninggalkan dunia dan meninggalkan bayinya pada sang
ayah. Kini melihat Rafael dan Juliana, kilas balik bayangan peristiwa itu
kembali membayang di benak Augusto.
ki-ka : Sinha Moca (1986) | Sinha Moca (2006) [ source ] |
Dengan
kepergian putrinya serta berbagai isu seputar penikahannya di Quilombo, Baron
Ferreira tetap menolak menerima kebenaran berita tersebut. Ia memilih bahwa
jika memang ada pernikahan, maka hal itu tidak sah. Dan ia tetap memerintahkan
penangkapan Rodolfo atas penculikan putrinya. Di sisi lain, kembalinya Rafael
ke Araruna memperkuat keyakinan sang Baron bahwa ia adalah sang Topeng Hitam. Topeng
Hitam telah memberi pelajaran para tuan tanah yang sewenang-wenang dan terbukti
menyengsarakan para budaknya. Hanya tinggal satu tempat yang belum pernah
didatangi, yaitu Fazenda Araruna milik Baron Ferreira. Sungguh sangat janggal
ketika Topeng Hitam hendak beraksi,
Rodolfo dan Sinhá Moça justru kembali ke kota itu. Keduanya sependapat bahwa
berhenti selamanya bukanlah alternatif bagi masa depan mereka. Dan kali ini ada
4 orang Topeng Hitam yang beraksi dalam pembebasan budak-budak di kediaman
Baron Ferreira. Ketika semua sudah berjalan lancar, masing-masing pihak telah
siap meninggalkan lahan itu, salah satu dari sosok Topeng Hitam berbalik
kembali ke kediaman sang Baron, karena ia hendak menolong budak kesayangan yang
mengasuhnya semenjak kanak-kanak. Dan di saat itulah Baron terbangun dan
menembak dengan jitu sosok Topeng Hitam yang dibencinya.
Betapa
sangat terkejut diri Baron Ferreira mendapati sosok yang ia tembak adalah Sinhá
Moça – putrinya sendiri. Dengan segala daya upaya dokter keluarga yang
dipanggil, berusaha keras menyelamatkan nyawa Sinhá Moça dari luka tembak yang
sangat parah. Kondisinya sangat kritis, hanya waktu dan keajaiban yang mampu
menyelamatkannya. Sang baron bagai gila mendapati kenyataan itu. Namun sikap
keras kepala kembali menyelimuti dirinya saat akhirnya sang putri
berangsur-angsur pulih meski sangat lemah untuk dipindahkan. Maka Sinhá Moça
harus kembali menetap di kediaman orang tuanya sambil menunggu tubuhnya kembali
kuat. Yang ia rindukan adalah kehadiran Rodolfo – suaminya, tapi sang Baron
telah memerintahkan untuk melarang keluarga Fontes memasuki rumahnya. Sungguh
berat keadaan yang dialami Sinhá Moça, apalagi ketika ia menyadari dirinya
telah berbadan dua.
Belum lama
kejadian ini mengguncang baik keluarga Fontes maupun Ferreira, terjadi
peristiwa lain yang aneh sekaligus merubah kehidupan mereka. Sang Baron yang
menjemput Fulgencio dan Sebastiao, budaknya yang melarikan, justru ditembak di
tengah perjalanan. Kebetulan Dr.Amorim sedang berkunjung memeriksa kondisi
Sinhá Moça, hingga ia langsung dapat melakukan pertolongan pertama. Di tengah
kondisinya yang sekarat, Baron Ferreira menyebutkan nama penembaknya : Rodolfo
Fontes. Kegemparan kembali mengguncang para penghuni Araruna. Antara percaya
dan tidak, sang Baron menunjuk sang penembak atau sang pembunuh saat beliau
akhirnya tewas. Lalu bagaimana kelanjutan hubungan antara Rodolfo dan Sinhá
Moça yang telah mengandung bayi mereka ??
[ source ] |
[ Part IV : Api Keadilan ]
Ricardo
Fontes, putra bungsu keluarga Fontes, adik kandung Rodolfo adalah pemuda tampan
dan periang. Jika sang kakak selalu serius dan menggunakan akal dalam
menghadapi segala sesuatu, maka Ricardo merupakan sosok pemimpi. Ia senang
melamun, berimajinasi, membayang yang tidak-tidak. Lamunannya dulu sering
kepada Ana Teixeira – putri Manoel Teixeira dan Dona Nina, yang dijodohkan
dengan Rodolfo semenjak kecil sebagai tanda bals budi karena Dr. Fontes telah
menyelamatkan nyawa Manoel. Ana di kenal sebagai Ana si Kerudung akibat ikrar
yang dilakukan sang ibu, bahwa putrinya akan berkerudung hingga tiba saat ia
menikah. Karena Rodolfo tidak berminat pada Ana yang belum pernah ditemuinya,
dan saat itu ia sedang jatuh hati pada Sinhá Moça, maka hubungan kedua keluarga
ini sempat renggang. Hingga Ricardo menawarkan diri mengambil alih tanggung
jawab sang kakak.
Ana yang
ternyata sangat cantik, menjadi pujaan para pemuda di kota tersebut setelah ia
melepas kerudungnya. Namun anehnya Ricardo yang kini menjadi tunangannya,
justru menjauh dan bersikap aneh. Kedua belah pihak setuju bahwa tidak baik
untuk menunda pernikahan putra-putri mereka. Ketika akhirnya Ricardo Fontes
menikahi Ana Teixeira, tiada yang menduga apa sebenarnya di balik pernikahan
itu. Yang jelas Ricardo semakin kurus dan lebih sering melamun dari biasanya.
Ia tak mampu berkonsentrasi pada apa pun. Hanya Ana – sang istri yang tahu apa
di balik lamunan suaminya. Sebuah imajinasi yang membuatnya marah, karena sang
suami sepanjang waktu hanya membayangkan sedang bersama Dona Candida – istri
Baron Ferreira, ibu Sinhá Moça yang tetap cantik di usianya sekarang.
Di balik kemeriahan pesta
pernikahan Ricardo dan Ana, terjadi pergolakan, terutama di pertanian Araruna.
Bruno sang pengawas budak, mendapati dirinya diserang dan disiksa secara
bergantian oleh para budak yang dibebaskan oleh Justino –pelarian budak yang
juga membunuh Honorio demi Adelaide yang disukainya, namun wanita itu kemudian
justru menikah dengan José Coutinho – pria kulit putih yang kehidupannya
menajdi lebih berat setelah dibuang oleh ayahnya, tuan tanah Coutinho, yang
sempat memohon Baron Ferreira untuk menjodohkan putrinya dengan putranya demi
kepentingan bisnis. Salah seorang yang turut serta dalam pembantaian itu adalah
Capitao do Mato – pemburu budak yang berkali-kali mengalami nasib berubah-ubah.
Kedatangannya tidak lain untuk membalas dendam pada sang Baron, dan kini ia
dalam keadaan sekarat akibat perkelahiannya dengan Bruno. Di luar dugaan, sang
Baron yang dikabarkan mengalami kelumpuhan total akibat peristiwa penembakan
yang nyaris merenggut nyawanya, mampu bangkit dan berdiri serta menggiring para budak kembali ke
pemukiman budak dibawah todongan senjata, sebelum ia memerintahkan agar tubuh
Capitao do Mato dibuang hidup-hidup ke sungai yang dalam.
[ source ] |
Dari semua
kejadian yang menghebohkan itu, Dona Candida menjadi terbuka pikirannya. Ia
mampu melihat siapa sebenarnya sosok pria yang menjadi suaminya selama
bertahun-tahun. Maka ia mengambil tindakan tegas guna menyelamatkan putri serta
calon cucunya. Namun bukan Baron Ferreira jika ia tak mampu mempermainkan
pikiran serta perasaan orang-orang di sekelilingnya. Akibatnya justru muncul
perjanjian aneh yang mengikat Sinhá Moça di kediamannya. Ia juga berhasil
menundukkan Rodolfo agar mau menuruti kemauannya. Semua pihak terutama
keluarganya cemas sekaligus curiga melihat perkembangan watak sang Baron. Ia
terlihat ingin menguasai calon cucu yang belum lahir agar menjadi penerus
kekayaan keluarga Ferreira. Kekayaan yang tersembunyi, berupa emas batangan
ribuan yang disembunyikan di ruang rahasia bawah tanah. Dan rahasia ini mulai
bocor pada kaum budak, terutama para orang-orang yang mendendam pada sang
Baron.
Menjelang
akhir, ketamakan dan keserakahan bergulat dengan dendam kesumat selama
bertahun-tahun. Kutukan Pai Josè yang kematiannya mengawali kisah ini, justru
mengakhiri perjalanan hidup sosok yang penuh rahasia kelam. Dengan menggunakan
tanggal 13 Mei 1888 – hari bersejarah saat Putri Isabel sang Wali Negara
mengumumkan undang-undang yang menghapuskan sistem perbudakan di Brazilia.
Kemerdekaan kaum kulit hitam disambut dengan meriah serta keharuan. Perjuangan
para budak serta anggota abolisi telah memakan banyak korban untuk tercapainya
undang-undang tersebut. Hingga menjelang akhir, penulis memberikan suatu penutup
yang bukan hanya tragis tapi juga membuka mata masyarakat umum. Sebuah ending
yang cukup dramatis dan menakjubkan. Tak heran jika kisah ini diangkat menjadi
serial televisi, serta film bahkan mendapat tempat khusus bagi peminat sastra
di Brazilia.
Tentang
Penulis :
Maria Camila Dezonne Pacheco Fernandes, dilahirkan di Jau, Sao Paulo, pada tanggal 18 Desember 1904. Beliau adalah seorang penulis sekaligus jurnalis asal Brazil. Novelnya Sinhá Moça ( Sinha Girl ) yang terbit pada tahun 1949 menuai kesuksesan di kalangan pembaca, hingga akhirnya diadaptasi menjadi film seri televisi pada tahun 1986 dan 2006 oleh Rede Globo. Beliau turut serta dalam pembuatan naskah serta skenario untuk adaptasi ini. Karya-karyanya yang lain turut menuai sukses dan beliau masih sempat membagi waktu dengan kegiatan jurnalisnya. Hingga kini Sinhá Moça dan dikategorikan sebagai karya sastra pilihan di Brazillia. Beliau meninggal pada tanggal 2 Maret 1998.
Maria Camila Dezonne Pacheco Fernandes, dilahirkan di Jau, Sao Paulo, pada tanggal 18 Desember 1904. Beliau adalah seorang penulis sekaligus jurnalis asal Brazil. Novelnya Sinhá Moça ( Sinha Girl ) yang terbit pada tahun 1949 menuai kesuksesan di kalangan pembaca, hingga akhirnya diadaptasi menjadi film seri televisi pada tahun 1986 dan 2006 oleh Rede Globo. Beliau turut serta dalam pembuatan naskah serta skenario untuk adaptasi ini. Karya-karyanya yang lain turut menuai sukses dan beliau masih sempat membagi waktu dengan kegiatan jurnalisnya. Hingga kini Sinhá Moça dan dikategorikan sebagai karya sastra pilihan di Brazillia. Beliau meninggal pada tanggal 2 Maret 1998.
Best
Regards,
No comments :
Post a Comment