Books
“KEGELAPAN JIWA”
Judul Asli : HEART OF DARKNESS
Copyright
© Joseph Conrad, 1899
From Penguin Popular
Classic, 1994
Penerbit Liris
Alih Bahasa : Dian
Vita Ellyati
Editor : Sandiantoro
Proof-reader : Indri
Tjahjani
Lay-out : Metta
Fauziyah
Cetakan I : September
2010 ; 168 hlm ; ISBN 978-602-95980-3-2
Rate
: 2.5 of 5
~
Conclusion in English at the bottom post ~
Membaca
buku yang lumayan tipis ini ternyata memakan waktu lebih lama untuk menuntaskan
hingga halaman terakhir. Halangan pertama, edisi terjemahan yang sangat
menyedihkan, ibarat membaca satu paragraf penuh ‘tulisan’ yang kuketahui
berbahasa Indonesia, namun nyaris tak bisa kupahami maknanya. Halangan kedua,
gaya penulisan Joseph Conrad yang tampaknya memadukan penggunaan kata-kata yang
bisa dikatakan ‘puitis’ atau menurut istilahku : berisikan pengungkapan panjang
lebar yang hanya bisa ditangkap sekelumit makna sebenarnya ... dan acapkali tak
mampu diselami apa maksud sang penulis karena menggunakan metafora yang unik. Halangan
ketiga, kesulitan untuk memastikan siapa ‘karakter’ yang sedang ‘berbicara’ ...
karena pergantian adegan antara sosok Marlow dan Kurtz, bahkan sang narator,
tidak terlalu jelas, ditambah dengan terjemahan yang susah payah untuk diikuti
alurnya.
Kisah
ini dibuka oleh sosok bernama Marlow – pemuda asal Inggris yang memiliki
semangat tinggi dan ditunjuk untuk menjadi nahkoda kapal uap memasuki pedalaman
Afrika dengan misi khusus dari perwakilan perdagangan Belgia, untuk mengangkut
‘dagangan-penting’ serta mencari pria bernama Kurtz yang diketahui berada di
pelosok belantara Afrika. Bertindak selaku narator, sosok Marlow yang telah
berusia lanjut, menuturkan pengalaman pertamanya memasuki belantara Afrika.
Naif dan dipicu semangat untuk melakukan aksi yang menegangkan, petualangan
yang mendebarkan, tiada yang bisa mempersiapkan hati serta jiwa pemuda Marlow
saat menyaksikan dari dekat kehidupan peradaban masyarakat Afrika (tepatnya di
wilayah Kongo) pada masa koloni kerajaan Belgia. Dari uraian, ditangkap bahwa
sumber utama ‘perdagangan’ adalah gading yang bernilai tinggi dan sangat sulit
untuk dikumpulkan (dan berbahaya pula bagi para pemburu yang tak
berpengalaman).
Secara
perlahan, pembaca dibawa memasuki dunia lain, menyaksikan perlakuan orang-orang
kulit putih terhadap penduduk asli yang bisa diibaratkan makhluk tak berharga,
hanya bisa dimanfaatkan tenaganya semaksimal mungkin. Perdagangan lain yang tak
disembunyikan bahkan disahkan oleh hukum sert otoritas setempat, perdagangan
budak antara sesama kaum Afrika. Mereka ditangkap dari desa masing-masing,
hanya dipilih yang cukup sehat dan muda, sisanya dibunuh. Kebebasan apa pun
lenyap, hak kehidupan kaum budak ini ditentukan sangat tipis batasnya dengan
hewan peliharaan, yang acapkali mendapat perlakuan lebih baik. Dirantai di
leher dan kaki, diharuskan mengangkut hasil tambang menelusuri medan yang berat
dan jauh, tanpa ransum ataupun bekal yang memadai. Jika ada yang tewas,
tubuhnya dibiarkan begitu saja untuk digantikan budak lain yang tak kalah
menyedihkan kondisinya.
Ketidak-pedulian
akan keberadaan kaum Afrika yang digambarkan sebagai ‘makhluk primitif’ ...
bodoh, tidak berbudaya, kanibal dan tidak memiliki akhlak atau pun moral, yang
justru menjelang akhir kisah menjadi sebuah kontradiksi pada pemikiran Marlow.
Pergulatan dalam benak serta jiwa Marlow, terungkap cukup jelas sepanjang
deskripsi yang ia tuturkan. Antara rasa takut dan keingin-tahuan menelusuri
dunia yang sama sekali berbeda, antara rasa jijik hingga muak, bergulat dengan
perasaan manusiawi dari hati nuraninya. Dengan menggunakan sosok Kurtz sebagai
pedoman moral – pria yang tak pernah dikenal selain legenda akan keahliannya
sebagai pemburu gading ternama, karakter Marlow akhirnya harus berhadapan
dengan realita bahwa kepahlawanan yang diagung-agungkan oleh masyarakat
(terutama kalangan penguasa Eropa), ternyata justru berbalik 180 derajat yang
mengguncang batinnya.
Kurtz
sang pemburu gading yang legendaris, tidak lagi memiliki sosok pria perkasa,
fisiknya hancur beserta jiwanya, berontak akan misi yang mengharuskan dirinya
meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dari peradaban yang masih perawan dengan
cara apa pun (termasuk melenyapkan siapa pun yang dianggap sebagai penghalang),
dan hati nurani yang akhirnya mengakui makhluk-makhluk yang dianggap primitif
dan tak berbudaya itu juga manusia, dengan akhlak dan moral yang masih polos.
Heart of Darkness – mengisahkan perjalanan manusia menelusuri kegelapan pikiran
manusia diujung kegilaan, mempertanyakan kebenaran, terombang-ambing antara
realita dunia nyata dengan realita dunia impian. Jika pada kisah King Solomon’s
Mines karya H.G. Haardrad, digambarkan kaum kulit putih sebagai perwujudan
peradaban yang lebih maju, dibandingkan dengan kaum Afrika yang primitif dan
kanibal, maka Heart of Darkness bisa dikatakan merupakan sudut pandang dari
sisi yang berbeda pada situasi yang serupa.
Conclusion
:
Well...
I must say this story quite intriguing for me, not because is an interesting
story, but because of the opposite-reaction I have : confuse and more confusing
‘til the end of the story. Heart of Darkness – just like the title describing
the dark-side of human-mind, struggling between consciousness and self-aware of
the value in human-right, what’s wrong and what’s right. Sets on wilderness in
Africa, which is common for (white) people to be on top of ‘food-cain’, even
the law and government so easly gave such authority for big company (read :
people who have money and power in economic) to do anything they like.
From
hunting (and killing) rare animal just for fun or big profit, into
human-slavery. This common (white) people often talk and think that African’s
are primitive even consider savage, with their rituals and weir lifestyle. But
the author also describing how poor and horrible all action those (white)
people do to others African’s ... even (actually) consider more savage than
primitive people, who rather good understanding the value of friendship and
human life. By the end of this story, I (still) did not like not because is soo
dark-brutal and filled with cruelty, but more into trying to understand the
author’s writing style.
[ more about the author &
related works, just check at here : Joseph Conrad | on Goodreads
| on Wikipedia ]
~ This Post are
include in 2014 Reading Challenge ~
46th Book
in Finding New Author Challenge
116th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
gan punya versi pdf nya gk?
ReplyDelete