WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Saturday, December 8, 2012

Books “SINHÁ MOÇA” [ Part 1 ]


Books “SINHÁ MOÇA”
Judul Asli : SINHÁ MOÇA  : DIE TOCHTER DES SKLAVENHALTERS
Copyright © by Maria D. Pacheco Fernandes
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : A. Samsara
Desain Sampul : David
Total Page  : 744 hlm
Cetakan I : November 1990 ; 200 hlm + 208 hlm
[ Review in Indonesia ]

[ Part I : Putri Seorang Pemilik Budak  | 200 hlm ]

Kisah dibuka pada suatu senja di tahun 1873, tepatnya di Fazenda Araruna – tanah pertanian yang sangat luas milik keluarga Ferreira. Colonel Ferreira adalah penguasa yang memerintah wilayah tersebut dengan tangan besi, dan sebagai pewaris dari garis keturunan Ferreira yang membuka lahan pertama kali hingga menajdi sebuah kota yang cukup ramai, maka beliau memiliki kekuatan serta kuasa untuk membuat siapa saja tunduk pada perintahnya. Namun pada saat ini, tanda-tanda pemberontakan mulai muncul. Dimulai dari perlakuan serta ucapan Pai José – budak tertua, dan dianggap sebagai ayah dari hampir semua budak hitam di wilayah tersebut. Pai José  dengan berani menentang perbudakan dan menyatakan dirinya sebagai manusia bebas, hal yang membawanya pada hukuman siksa cambukan yang akhirnya merenggut nyawanya. Peristiwa penyiksaan ini disaksikan oleh seluruh budak sekaligus 2 bocah cilik, Sinhá Aninha – putri tunggal Colonel Ferreira yang lembut hati serta sahabatnya Rafael – bocah budak yang berkulit terang.

Terbunuhnya Pai José merupakan pembunuhan sadis, tetapi kekuasaan sang Colonel mencakup tangan-tangan penegak hukum resmi. Bahkan setelah peristiwa itu, sang Colonel mengambil tindakan drastis, menjual Maria das Dores – budak kulit hitam yang cantik beserta anaknya Rafael, sahabat Sinhá Aninha. Tiada yang berani menentang, bahkan tangisan putrinya tak mampu menggugah hati sang Colonel. Hanya satu orang yang mulai memahami duduk permasalahan, si bocah Rafael yang mendapat nasehat sebelum kematian Pai José – kakeknya, bahwa ia adalah anak haram, putra sang Colonel sendiri. Dendam kesumat membara dalam hati bocah cilik, budak berkulit terang ini. Dan demi mencapai tujuannya, ia bersedia membuang hatinya, serta kasihnya terhadap gadis cilik, sahabat hatinya Sinhá Aninha. Tanpa mereka duga, nasib membawa keberuntungan bagi budak ibu dan anak ini. Belas kasih dari seseorang yang menaruh hati pada nasib budak cantik korban nafsu sang Colonel, yang akan menentukan masa depan mereka serta keluarga Ferreira.



[ source ]
Tiga belas tahun berlalu, kehidupan di Fazenda Araruna semakin meningkat, kekayaan serta kekuasaan sang pemilik, yang sekarang bergelar Baron Ferreira, menjadikannya sosok yang dikagumi sekaligus ditakuti dan dibenci, terutama oleh kaum budak kulit hitam. Satu-satunya sosok yang berani menentang tindakan semena-mena ini adalah putri tunggalnya, namun saat ia menempuh pendidikan di ibukota propinsi, tiada satu pun yang bisa membela hak-hak para budak yang disiksa. Gadis cilik itu kini menjadi sosok wanita cantik dan menarik, dan ia akan pulang kembali ke Fazenda Araruna. Kedatangan Maria das Gracas Ferreira atau lebih dikenal dengan Sinhá Moça – sebutannya sekarang, dinantikan oleh hampir sebagian besar budak-budaknya, serta penduduk kota yang mengenalnya semenjak kecil. Dan saat ini pula, awal pertemuan Sinhá Moça dengan Rodolfo Gàrcia Fontes – putra pertama Dr. Fontes, pengacara keluarga Ferreira dan tokoh terkemuka di Araruna. Rodolfo telah jatuh hati pada gadis ini semenjak pandangan pertama, namun ia melakukan kesalahan dalam strategi pendekatan terhadap gadis ini hingga usahanya untuk meminang Sinhá Moça harus melalui berbagai cara yang berbelit-belit serta perjuangan yang tidak mudah.

Rodolfo Fontes adalah pengikut kaum Republik yang menentang diktator serta perbudakan. Sedangkan Araruna adalah kawasan yang diperintah secara terselubung melalui tangan besi Baron Ferreira. Bahkan sang ayah, Dr. Fontes adalah pengacara keluarga Ferreira semenjak ayah Baron Ferreira berkuasa. Dan kini ia tertarik pada sang putri Baron Ferreira. Namun Rodolfo bukan saja pandai dalam ilmu sebagai seorang pengacara, ia juga mampu membawakan peran yang berbeda dalam tampilan di luar, tanpa menunjukkan isi hatinya yang terdalam. Maka sang Baron pun  terkesan dengan pemuda ini, dan merestui keinginannya untuk menikahi putrinya, dengan harapan pemuda itu mampu merubah pikiran serta meredam tindakan radikal sang putri yang senantiasa membela para budak dari siksaan. Di sisi lain, kepandaian Rodolfo membawa diri, justru menimbulkan antipati pada diri  Sinhá Moça yang memandangnya tak lebih dari pemuda yang mengincar posisi di bawah dukungan ayahnya.


~ Sinha Moca (1986 ) ~ [ source ]
Kehidupan tenang di Fazenda Araruna menyembunyikan berbagai fakta, bahwa penyiksaan semakin sering terjadi, demikian pula pemberontakan serta pelarian para budak. Meski sebagian besar pelarian mampu ditangkap kembali oleh pemburu budak keji yang dijuluki Capitao do Mato – seorang kulit hitam yang tega menyiksa sesamanya demi imbalan uang yang berlimpah. Sang penegak hukum setempat Delegado Antero, tak berani secara terang-terangan melawan sang Baron. Satu-satunya yang berani menyuarakan menentang perbudakan serta kezaliman hanyalah surat kabar Suara Araruna yang ditulis oleh Augusto – wartawan sekaligus pemilik surat kabar itu. Dan ketika suatu hari pemuda tampan bernama Dimas, yang melamar untuk bekerja di surat kabar itu, Suara Araruna mulai mengeluarkan tulisan-tulisan yang lebih berani dan memojokan posisi Baron Ferreira. Di dalam lahan Araruna sendiri, para budak mulai berani mengambil tindakan melawan otoriter sang Baron. Kekejaman kepala pengawas budak Bruno serta asistennya Honorio, berbuntut pada tewasnya Honorio secara misterius, bahkan tubuhnya lenyap sebelum sempat diperiksa oleh kepala polisi. 

[ Part II : Pembalasan Para Budak  | 208 hlm ]

Keluarga Fontes akhirnya berani menunjukkan kepada pihak mana mereka berdiri. Dr. Fontes setelah melihat aksi putra sulungnya, akhirnya menjadi pemimpin kaum progresif yang menentang perbudakan dan secara otomatis menentang kekuasaan Baron Ferreira. Sementara itu pertunangan antara Sinhá Moça dan Rodolfo Fontes terputus, karena sang Baron geram akan perlawanan yang dilakukan oleh keluarga Fontes, sedangkan Sinhá Moça terpesona akan kehadiran Rafael – sahabat kecilnya yang kini muncul dengan memakai nama Dimas. Ia datang dengan agenda tersendiri, guna membalas dendam kepada Baron Ferreira – pemiliknya sekaligus ayahnya, meski beliau sendiri tak mengetahui hal tersebut. Tiada yang tahu rahasia ini kecuali sang ibu serta kakeknya yang meninggal di tiang hukuman. Hanya Frei José – pastur setempat yang menaruh kecurigaan atas keadaan Rafael.


~ Sinha Moca ( 2006) ~ [ source ]
Baron Ferreira juga mulai gerah dan kewalahan dengan berbagai peristiwa yang menyulut permasalahan berkepanjangan. Maka ia menyetujui pertunangan baru antara Sinhá Moça dan José Coutinho – putra tuan tanah Coutinho yang bermuka-dua. Meski tidak mencintai pemuda itu, Sinhá Moça menyetujui pertunangan dengan tujuan lain lain. Ia hendak membawa pernikahan antara José Coutinho dengan Adelaide – budaknya yang cantik dan rupawan. Kedua pasangan yang sama-sama jatuh cinta namun mengalami kendala perbedaan latar belakang, ini harus berjuang melawan otoritas serta norma-norma sosial yang berlaku di Araruna. Namun ketika sang Baron mengetahui siasat putrinya, bahkan menentang secara keras dan terang-terangan penyiksaan budak-budak yang melarikan diri, kesabarannya akhirnya habis. 

Pertengkaran hebat disertai pengusiran putrinya dari kediaman Fazanda Araruna, protes sang istri dengan keluar dari kamar dan pindah ke tempat lain, sang Baron masih masih mencari tahu siapa gerangan sosok Topeng Hitam yang menjadi tokoh pahlawan sekaligus musuh dan momok yang ditakuti para tuan tanah. Karena Topeng Hitam akan menyusup di tanah pertanian tuan-tuan tanah, dan membebaskan para budak di tempat itu secara diam-diam. Tiada yang mengetahui secara pasti siapa gerangan sosok Topeng Hitam. Beberapa pihak berspekulasi, namun dugaan terbesar ia adalah Dimas / Rafael yang dengan gencar melakukan perang terhadap sang Baron lewat artikel-artikel pedas dan kritis yang ditulisnya.


Tentang Penulis :
Maria Camila Dezonne Pacheco Fernandes, dilahirkan di Jau, Sao Paulo, pada tanggal 18 Desember 1904. Beliau adalah seorang penulis sekaligus jurnalis asal Brazil. Novelnya Sinhá Moça ( Sinha Girl ) yang terbit pada tahun 1949 menuai kesuksesan di kalangan pembaca, hingga akhirnya  diadaptasi menjadi film seri televisi pada tahun 1986 dan 2006 oleh Rede Globo. Beliau turut serta dalam pembuatan naskah serta skenario untuk adaptasi ini. Karya-karyanya yang lain turut menuai sukses dan beliau masih sempat membagi waktu dengan kegiatan jurnalisnya. Hingga kini Sinhá Moça dan dikategorikan sebagai karya sastra pilihan di Brazillia. Beliau meninggal pada tanggal 2 Maret 1998.  

Best Regards,
 

No comments :

Post a Comment