Judul Asli : IN THE TIME OF THE
BUTTERFLIES
Copyright © Julia Alvarez, 1994
Penerbit Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Istiani Prajoko
Editor : Anton Kurnia & Dian Pranasari
Cetakan I : Oktober 2012 ; 576 hlm
[ source ] |
Pada liburan weekend kemarin, meski tidak ikut serta dalam memperingati
Hari Pahlawan 10 November 2012, mendadak diriku ingin membaca kisah
kepahlawanan atau sosok yang memperjuangkan kemerdekaan. Karena kisah Uncle
Tom’s Cabin by Harriet Beecher Stowe (tentang perjuangan para budak kulit
hitam menjelang American Civil War) dan
Night : A Holocaust Story by Elie Wiesel sudah terselesaikan, maka pilihanku
jatuh pada buku ini, yang menurut sinopsisnya berdasarkan kisah nyata
perjuangan 4 wanita bersaudara yang dijuluki Las Mariposas (para Kupu-Kupu)
para pejuang melawan pemerintahan diktator Jenderal Rafael Trujillo di Republik
Dominika.
Mereka adalah Patria, Dedé, Minerva dan María Teresa Mirabal, putri-putri cantik
Don Enrique Mirabal dengan Mercedes Reyes de Mirabal, yang dikenal baik oleh
para penduduk sekitar. Mereka memiliki sifat serta karakter yang sangat berbeda
satu sama lain, namun kedekatan dan kasih sayang antara mereka tak mudah
terputuskan, meski di kemudian hari masing-masing menerima cobaan berat. Patria
si sulung yang sangat religius, bahkan diyakini akan menjadi salah satu
biarawati, sebelum ia menerima ‘panggilan hati’ yang lain ketika beranjak
remaja. Dedé yang memiliki pembawaan tenang, peka serta memiliki emphaty
terhadap orang lain, seringkali berada di pihak netral dan mengalah jika
terlibat dalam pertikaian antar saudara. Minerva yang cantik, pemberani dan
mudah naik darah, memiliki pemikiran sendiri, cenderung memberontak pada
belenggu tradisi. María Teresa yang termuda dan memuja Minerva, cenderung
mengikuti kemauan dan jejak kakak yang dikaguminya, meski sifatnya yang lebih
lembut bertolak belakang dengan Minerva yang keras.
[ source ] |
Kehidupan mereka yang semula tenang dan damai, mulai berubah semenjak
mereka bersekolah di Inmaculada Concepción. Di sinilah Minerva yang baru berusia
12 tahun, bertemu dan bersahabat dengan Sinita Perozo – gadis yatim-piatu yang
menyimpan rahasia Trujillo. Jenderal Rafael Trujillo adalah Presiden Republik
Dominika yang fotonya berada di setiap rumah penduduk, berdampingan dengan lukisan
Gembala Yang Baik (keterangan : Yesus Kristus dikenal sebagai Penggembala
Manusia), dihormati dan disembah oleh semua penduduk. Perintahnya adalah
maklumat sekaligus firman bagi mereka semua, setidaknya demikianlah propaganda
yang dilakukan. Hingga Sinita menceritakan kisah hidupnya, yang membuatnya
menjadi yatim-piatu. Keluarga Sinita adalah penentang rezim Trujillo yang
semena-mena, dan semuanya terutama kaum pria, tewas dihabisi sebagai
pemberontak. Bahkan sejarah Trujillo dalam merebut kekuasaaan dari Presiden
sebelumnya hanya diketahui oleh segelintir orang, yang tentu saja menjadi
buruan pasukan Trujillo.
Minerva yang ngeri atas kisah Sinita, berada antara percaya dan tidak atas
kisah itu. Tapi ketika suatu hari, ia melihat kenyataan yang terjadi di depan
matanya, bagaimana Trujillo yang sedang berkunjung di sekolah mereka, tertarik
pada Lina Lovatón – gadis cantik bagai malaikat meski baru berusia 15 tahun,
dan akhirnya ia membuat gadis itu hamil dan dikurung dalam istana mewah yang
diperuntukkan bagi semua gundik Trujillo, yang gila wanita tanpa peduli usia
maupun latar belakang mereka. Kisah bergulir ketika kedekatan hubungan Minerva
dan Sinita, membawa mereka ke dalam berbagai kegiatan dan kampanye menentang
Trujillo. Dan ketika kelompok mereka memenangkan kontes drama pendek yang
terpilih untuk ditampilkan di depan El Jefe Trujillo, kisah tentang penderitaan
Ibu Alam yang diperbudak dan diikat, hingga Liberta (Kemerdekaan) dan Gloria
(Kejayaan) dan penonton membebaskannya, terjadi peristiwa yang membuat mereka,
terutama Minerva dan Sinita, menjadi sorotan Trujillo sebagai calon
pemberontak.
[ source ] |
Kisah bergulir beberapa tahun kemudian, ketika para gadis Mirabal mulai
melepas masa kanak-kanak serta gambaran ‘naif’ tentang dunia yang indah, nyaman
dan aman. Mereka juga mulai berkenalan dengan pria-pria yang kemudian merubah
masa depan mereka. Dimulai dari Virgilio Morales – dokter muda yang idealis
serta memiliki pikiran radikal akan pemerintahan yang lebih baik. Lio,
panggilan akbranya, dekat dengan Minerva yang juga berapi-api tentang pemikiran
pemerintahan yang lebih baik, namun Dedé diam-diam juga menaruh perhatian pada
pemuda itu. Tanpa disadari, persahabatan Lio dengan keluarga Mirabal inilah
awal perkenalan para gadis-gadis ini dalam kegiatan bawah tanah yang kelak
dipeolopori oleh para Mariposa ini.
Penulis menutuskan kisah fiksi yang menarik ini berdasarkan legenda Las
Mariposas yang terkenal di masyarakat Dominika. Bahkan beliau khusus
mengunjungi Dedé Mirabal – satu-satunya dari 4 bersaudara yang selamat dari
pembunuhan Trujillo, guna mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang kehidupan
wanita-wanita Mirabal. Dengan gaya penulisan ala buku harian, pembaca diajak
mengikuti curahan hati serta pikiran masing-masing karakter. Meski harus
sedikit sabar karena kronologis waktu yang dikisahkan tidak berurutan,
terkadang meloncat ke depan atau bahkan mundur ke belakang, tetap mampu menarik
perhatianku untuk membaca buku ini hingga tuntas. Ada kemungkinan penulis
memberikan nuansa tersendiri untuk merangkum sejarah kehidupan Las Mariposa,
apalagi peristiwa ini telah lewat 50 tahun lamanya. Akan tetapi penulis juga
menyertakan kata pengantar bahwa beliau tetap berusaha mempertahankan
fakta-fakta sejarah dari sekian banyak ‘rumor’
yang menyelubungi peristiwa pembunuhan pada tanggal 25 November 1960, apalagi
mengingat para saksi yang ada telah tewas, hanya para pelaku yang mengetahui
kebenaran peristiwa itu.
[ source ] |
Yang membuat novel ini sedikit berbeda, penulis bukan hanya menggambarkan
para wanita Mirabal ini sebagai pahlawan, melainkan sebagai manusia biasa,
dengan segala keraguan serta ketakutan yang menyelubungi pikiran mereka.
Bagaimana Patria berusaha mengatasi keguguran di awal pernikahan, bagaimana ia
berusaha keras mencari kembali keyakinannya pada Tuhan setelah menyaksikan pembunuhan
pemuda seusia anaknya saat Retret, dan
bagaimana ia harus bergulat antara keinginan menyelamatkan keluarganya dengan
seruan batinnya untuk terjun dalam kancah pemberontakan. Kemudian Dedé yang selalu mendukung keluarganya, harus
memilih antara mereka atau suami serta anak-anaknya, apalagi ketika sang suami
menentang kegiatan bawah tanah yang dilakukan oleh saudar-saudarinya.
Penggambaran Minerva sebagai wanita yang selalu tampak berani dan tak kenal
takut, ternyata menyimpan kesepian serta ketakutan yang dalam, berusaha untuk
kuat bagi orang-orang disekelilingnya. Kejadian menyentuh yang merubah María
Teresa dari gadis lincah nan lugu, menjadi pendukung utama kegiatan mata-mata
setelah Minerva, bagaimana ia berjuang melawan siksaan para penjaga hingga
keguguran saat mereka berusaha memaksa suaminya untuk menyerah.
Ini bukan sekedar kisah sejarah, melainkan kisah perjuangan para wanita di
era pemerintahan rezim Trujillo, bahkan setelah sang ‘monster’ berhasil
dibunuh, Republik Dominika masih mengalami kekacauan serta perebutan kekuasaan.
Mengapa Las Mariposa ini menjadi sangat terkenal ? Kemungkinan karena mereka
bukan sekedar pejuang dan pemimpin, tetapi juga seorang wanita, seorang istri,
seorang ibu yang mengalami kepedihan kehilangan satu demi satu orang yang
dikasihi. Walau bukan pembicara yang fasih, bukan ilmuwan yang sangat cerdas,
bukan pula ahli bela diri maupun senjata. Mereka hanya berusaha menjadi diri
sendiri serta mendukung keluarga serta orang-orang yang dikasihi dengan segala
cara, mengatasi segala ketakutan dan kengerian yang menyelubungi kehidupan
sehari-hari. Mereka merupakan perwujudan kebulatan tekad serta keberanian yang
mampu memberikan pengharapan bagi masyarakat tertindas di Republik Dominika.
[ source ] |
“Kita tidak bisa tetap acuh tak acuh terhadap kesedihan yang telah membuat menderita begitu banyak orang Dominika yang baik. Semua manusia dilahirkan dengan hak yang berasal dari Tuhan dan tidak ada kekuatan duniawi yang dapat mengambil hak tersebut. Menyangkal hak-hak ini merupakan pelanggaran yang serius terhadapa Tuhan, terhadap harkat manusia. Dominus vobiscum – tuhan besertamu.”[ ~ Padre Gabriel ~ from “In The Time of the Butterflies” by Julia Alvarez | p. 359 -360 ]
~ More about Mirabal Sisters at HERE .....
[ source ] |
[ source ] |
Pada tahun 2001, novel ‘In The Time of the Butterflies’ (1994) diadaptasi
sebagai film layar lebar dengan pemeran utama Salma Hayek sebagai Minerva
Mirabal. Pada tahun 2009, novel ini terpilih oleh National Endowment for the
Arts sebagai program Big Read yang diselenggarakan secara nasional di Amerika
Serikat.
Julia dan suaminya, Bill Eichner, tinggal di Vermont, Amerika Serikat, tapi
kerap bepergian ke Republik Dominika. Ia mendirikan Alta Gracia – sebuah pusat
kebudayaan untuk pemberantasan buta huruf dan perkebunan kopi organik, di tanah
kelahirannya itu.
Best Regards,
No comments :
Post a Comment