Books “Penelusuran Benang Merah”
Judul Asli : SHERLOCK HOLMES –
A STUDY IN SCARLET
Copyright © by Sir Arthur Conan Doyle
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : B. Sendra Tanuwidjaja
Cetakan ke-02
: Agustus 2002 ; 216
hlm
Desain Cover by Dwi Koentoro Br.
Sinopsis :
~ ( Part I : Middle ) ~
Dokter John H. Watson yang mendapat gelar medis pada tahun 1878 dari
Universitas London, saat ini menjadi seorang pensiunan medis Angkatan Darat,
yang mengalami cedera serta trauma selepas tugasnya di Afghanistan, kembali ke
London, Inggris dalam rangka pemulihan fisik dan pikiran. Menjalani kehidupan
dengan keuangan pas-pasan, ia mendapati bahwa masa istirahat yang akan
dilaluinya harus dengan perhitungan keuangan yang matang. Maka saat ia berusaha
mencari tempat tinggal yang lebih murah, sungguh menakjubkan ada sebuah tawaran
berbagi apartemen di Baker Street No. 221 B dengan seorang pria unik bernama
Sherlock Holmes.
Dr. Watson semula tidak berkeberatan dengan kelakuan aneh Sherlock
Holmes. Namun karena ia lebih banyak waktu luang dalam masa istirahatnya, ia
mulai mengamati sosok teman sekamarnya ini. Seherlock bukan dari kalangan medis
dan jelas tidak pernah mengecap pendidikan medis, tapi ia sangat tertarik
dengan berbagai penelitian serta percobaan yang berhubungan dengan manusia. Ia
suka berbicara, tapi ada saat-saat di mana ia hanya termenung beberapa hari
dengan pandangan mata ‘kosong’ bagai pecandu narkotik, tapi Watson tahu bahwa
dibalik penampilan seperti itu otaknya bekerja di dunia lain.
Kemampuannya ‘menebak’ sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, bahkan
sosok yang sama sekali asing, sering kali mengejutkan sekaligus mengherankan.
Ia juga ahli bermain musik terutama dengan biola kesayangannya, meski sering
pula biola tersebut mengeluarkan ‘nada-nada’ sendu yang menyayat dan mengganggu
ketenangan. Segala keahlian dan kepandaian Sherlock, anehnya hanya pada
bidang-bidang tertentu yang berhubungan dengan misteri, kejahatan dan manusia.
Di luar materi itu, ia sama sekali tidak memiliki ketertarikan untuk sekedar
tahu apalagi mempelajarinya.
Dan pada suatu hari yang tampak tenang, Sherlock Holmes mendapat surat
undangan ‘istimewa’ dari Tobias Gregson – salah satu detektif cerdas dari
Scotland Yard. Profesi Sherlock yang kemudian diketahui oleh Watson, sebagai
seorang konsultan detektif, membuatnya mendapat panggilan untuk membantu
memecahkan peristiwa aneh di Lauriston Gardens No. 3 di wilayah Brixton Road,
sebuah rumah kosong dan di dalamnya ditemukan sosok mayat seorang pria yang
diketahui dari tanda pengenal di tubuhnya, bernama Enoch J. Drebber, dari
Cleveland, Ohio, U.S.A. Tak seorang pun mengenalnya, tak ada tanda-tanda
perampokan, dan bagaimana cara pria itu tewas masih dipertanyakan, karena
meskipun ditemukan bercak darah, anehnya pada sekujur tubuh korban tak
ditemukan luka sekecil apa pun.
Watson berangkat menemani Sherlock, rasa ingin tahunya meluap sekaligus
ingin melihat bagaimana Sherlock akan menangani kasus itu. Bersama dengan
detektif Gregson dan detektif Lestrade dari Skotland Yard, mereka berusaha
memecahkan misteri, dengan petunjuk-petunjuk janggal, seperti coretan tulisan
di tembok yang jelas ditulis dengan darah, bertuliskan ‘Rache’ serta sebuah cincin kawin seorang wanita,
wajah korban yang penuh ketakutan mewarnai raut yang kaku, menjadi suatu awalan
menarik bagi penyelidikan mereka.
~ ( Part II : The Beginning ) ~
Kawasan benua Amerika Utara sebelum peradaban modern terdiri dari wilayah
luas berupa padang pasir yang kering dan tandus. Banyak sekali para pengungsi
yang berusaha mencari penghidupan yang lebih baik, tak mampu menyelesaikan
perjalanan melewati wilayah tersebut. Dan mereka yang nekad melaluinya, menjadi
korban kesekian keganasan alam yang masih sangat liar. Dan pada tanggal 4 Mei
1847 di lereng utara Sierra Blanco – kawasan paling ganas akan iklimnya yang
eksterm, tampak sosok pengelana dengan tubuh tinggal tulang belulang, membawa
senapan api dan sebuah buntelan yang berisi gadis mungil dan cantik berusia
sekitar lima tahun. Mereka berdua adalah yang tersisa dari rombongan berjumlah
21 orang, yang semuanya telah tewas tak mampu bertahan.
Keduanya juga akan mengalami nasib yang sama, seandainya saja tidak
secara kebetulan lewat rombongan besar di dekat tempat keduanya terkapar lemas.
Rombongan yang berjumlah sekitar 10.000 orang adalah keluarga besar yang
menyebut dirinya Anak-Anak Malaikat Moroni, yang lebih dikenal sebagai sekte
agama Mormon. Maka sang pengelana yang bernama John Ferrier serta gadis cilik
yang diangkat anak olehnya, diberi nama Lucy Ferrier, diselamatkan dan diterima
dalam keluarga besar Mormon – kehidupan baru menanti mereka, dan masa depan
yang semula tampak indah, nantinya akan mengalami malapetaka yang berbuntut
pada kematian serta pembunuhan dan pembalasan dendam menjelajahi penjuru dunia,
dan mengalami konflik serta klimaks di London, Inggris, bersama Sherlock Holmes
dan Dr. Watson ...
Kesan :
Ini adalah novel pertama yang mengawali kisah petualangan tokoh detektif
legendaris Sherlock Holmes – karakter yang diciptakan oleh Sir Arthur Conan
Doyle. Dimulai dengan perkenalan Sherlock holmes dengan Dr. John Watson yang
kelak menjadi pasangan-partner-rekan-sahabat dalam menjalani berbagai
petualangan yang menegangkan sekaligus nyaris merenggut nyawa mereka berdua
berkali-kali.
Mungkin bagi Anda yang baru membaca kisah misteri ala detektif ini, tidak
ada hal yang cukup menarik dibandingkan berbagai macam kisah-kisah misteri yang
bertebaran pada jaman ini. Namun mengapa kisah ini menjadi suatu bacaan klasik
dengan ikon yang mendunia, tidak lain karena ‘tangan dingin’ sang creator – Sir
Arthur Conan Doyle, yang menciptakan sosok unik sekaligus eksentrik namun
memiliki kemampuan analisa serta diagnosa dan pengetahuan yang melampaui
jamannya. Perlu diingat bahwa kisah ini ditulis pada tahun 1886, di mana ilmu
pengetahuan semacam forensik – hukum belum dikenal dan diketahui secara luas.
Dan penyelidikan dengan gaya serta metode analisis juga belum diterapkan,
apalagi penelitian tentang manusia guna mengetahui seperti apakah ‘otak
kriminal’ yang sering kali jauh lebih cerdik daripada oknum hukum.
Jika dikatakan bahwa seorang penulis harus memiliki suatu visi, maka Sir
Arthur Conan Doyle sungguh dapat dikatakan “jenius” karena apa yang beliau
tuliskan menjadi sebuah kenyataan beberapa puluh tahun kemudian. Bahkan bisa
jadi apa yang beliau tulis ini bukan sekedar fiksi belaka, melainkan sebuah
dasar yang mampu menginspirasi banyak orang. Bisa jadi para ilmuwan
mengembangkan suatu riset dari sebuah ‘ide’ yang semula tidak pernah dianggap
akan terwujud pada jamannya, dan lihatlah saat ini, penelitian akan ‘siapakah
manusia’ ini sebenarnya menginspirasi berbagai kisah, novel, penelitian, bidang
kedokteran, forensik, dan semakin meluas, jauh melampaui ide dasar yang telah
diletakkan oleh Sir Arthur Conan Doyle.
Mungkin diriku bisa dikatakan menjadikan sosok Sherlock Holmes sebagai
idola, bukan karena kehebatannya, namun karena penggambaran akan dirinya yang
sangat manusiawi, dalam arti ia memiliki berbagai kelebihan namun juga banyak
kelemahan yang tak segan diakuinya. Dan yang paling penting lewat sosok ini
ditekankan bahwa siapa saja mampu menjadi sosok yang hebat dalam bidangnya,
asalkan fokus pada apa yang mejadi tujuannya. Jangan meributkan hal-hal yang
tidak terlalu penting, hidup ini sangat indah untuk dilewatkan pada hal-hal
yang notabene bukan merupakan prioritas dalam hidup !!
“Otak manusia pada awalnya sama seperti loteng kecil yang kosong, dan kau harus mengisinya dengan perabot yang sesuai dengan pilihanmu. Orang bodoh mengambil semua informasi yang ditemuinya, sehingga pengetahuan yang mungkin berguna baginya terjepit di tengah-tengah atau tercampur dengan hal-hal lain. Orang bijak sebaliknya. Dengan hati-hati ia memilih apa yang dimasukannya ke dalam loteng-otaknya. Ia tidak akan memasukan apa pun kecuali peralatan yang akan membantunya dalam melakukan pekerjaannya, sebab semua peralatan ini saja sudah sangat banyak. Semuanya itu diatur rapi dalam loteng-otaknya, sehingga ketika diperlukan, ia dapat dengan mudah menemukannya. Keliru kalau kau pikir loteng-otak kita memiliki dinding-dinding yang bisa membesar. Untuk setiap pengetahuan yang kau masukkan, ada sesuatu yang sudah kau ketahui yang terpaksa kau lupakan. Oleh karena itu penting sekali untuk tidak membiarkan fakta yang tidak berguna menyingkirkan fakta yang berguna.” ( ~Sherlock Holmes to Dr. Watson from A Study in Scarlet ; p. 25 )
Dan melalui kisah A Study In
Scarlet ada satu ilmu yang di kemudian hari menjadi bidang ilmu tersendiri,
bagaimana mempelajari manusia dengan menelusuri kembali bukan hanya sejarah
masa lampau tapi juga langkah-langkah yang diambilnya dalam beberapa hari,
beberapa minggu, bahkan beberapa bulan sebelumnya. Sebuah ilmu tentang analisa
dan diagnosa yang kemudian lebih terkenal setelah novel pertama Dame Agatha
Christie terbit sekitar tahun 1920, penulis asal Inggris yang kemudian dikenal
sebagai Queen of Mystery, hampir 30 tahun setelah Sherlock Homes muncul di
depan khalayak umum. Bahkan ilmu untuk mempelajari otak serta cara berpikir
para kriminal yang dilakukan oleh Sherlock Holmes ini menjadi suatu bidang tersendiri di organisasi
hukum seperti FBI maupun CIA. Lewat kisah serial TV semacam Profiler, CSI
(Crime Scene Investigation), atau Criminal Minds yang booming saat tampil
perdana dan terus berlanjut hingga saat ini, kita bisa melihat seperti apa
dunia yang dibayangkan oleh Sir Arthur Conan Doyle, seandainya ia masih berada
di dunia saat ini.
“Sebagian besar orang, jika mendengar rangkaian peristiwa, pasti bisa mengatakan hasil akhirnya. Mereka menyatukan rangkaian kejadian itu dalam benak mereka, dan mengambil kesimpulan logis tentang akibat yang mungkin timbul. Tapi jika situasinya terbalik, jika kita memberitahukan mereka hasil akhirnya dan meminta mereka merunut kejadian-kejadian sebelumnya, hanya sedikit orang mampu melakukannya. Itu yang kumaksud dengan berpikir mundur atau berpikir analitis.” ( ~ Sherlock Holmes to Dr. Watson from A Study in Scarlet ; p. 204 )
Saat ini berbagai karya tulis, novel, komik manga, serial TV, film layar
lebar dibuat berdasarkan adaptasi novel karya Sir Arthur Conan Doyle maupun
karakter Sherlock Holmes sendiri. Membuktikan bahwa karya klasik ini
benar-benar menempati hati khusus di kalangan penggemar misteri dari berbagai
kalangan. A Study in Scarlet benar-benar menempati tempat khusus di hatiku
bukan hanya sebagai penggemar, namun juga menunjukkan sebuah harapan, bahwa
sesuatu yang tampak mustahil – mampu terjadi hanya bermodalkan kegigihan,
mencari peluang serta kesempatan dan tentunya bersedia meluangkan waktu untuk
menggunakan otak, berpikir diluar kotak ( “out of the box” ), dan di sanalah
jawaban berbagai teka-teki tersedia !!!
Tentang Penulis :
Sir Arthur Ignatius Conan Doyle, lahir pada tanggal 22 Mei 1859 dan wafat
karena sakit pada usia 71 tahun tanggal 7 Juli 1930. Beliau adalah penulis
fiksi terkenal dari Inggris, terutama berkat tokoh ciptaannya Sherlock Holmes –
detektif eksentrik dengan metode penyelidikan yang melampaui jamannya.
Doyle mendapat gelar dokter dari Universitas Edinburgh, dan membuka
praktek di Southsea, Inggris pada tahun 1882. Ia banyak menulis cerita, meski
beberapa tidak pernah dipublikasikan. Banyak yang menduga karakter Sherlock
lebih menyerupai dirinya, namun sebenarnya Doyle menciptakan tokoh Sherlock
Holmes pada tahun 1886, ini diilhami oleh sosok Dr. Joseph Bell – salah satu
dosen dan mentornya, seorang ahli bedah ternama dan ahli forensik pada masanya.
Nama Holmes diambil dari sosok Oliver Wendell Holmes yang sangat dikagumi oleh
ConanDoyle, dan atlet kriket Inggris terkenal bernama Sherlock.
Kisah pertama yang menampilkan karakter terkenal ini berjudul A Study in
Scarlet ( = diterbitkan versi terjemahan Indonesia dengan judul Penelusuran
Benang Merah ), diterima oleh publik dengan sangat baik. Tapi kepopuleran nama
Sherlock Holmes benar-benar dimulai pada tahun 1891, ketika beliau memutuskan
menulis serial petualangan detektif handal Sherlock Holmes bersama dengan
sahabatnya : Dr. Watson, dalam bentuk kompilasi cerita pendek.
Sherlock Holmes disebut sebagai detektif konsultan yang mengandalkan pada
kemampuan deduksi dan analisa dalam memecahkan berbagai kasus rumit yang
dihadapi pihak berwajib. Bersama pendamping sekaligus sahabat yang berperan
sebagai penulis kisah berbagai kasus yang ditangani oleh Sherlock, seorang
pensiunan dokter, Dr. John Watson, mereka tinggal bersama dan berbagai kamar di
wisma yang dikenal terletak di Baker Street No. 221 B semenjak tahun 1881
dengan seorang induk semang, wanita Skotlandia bernama Mrs. Hudson, hingga
Watson menikah dengan Mary Morstan pada tahun 1890.
Ketenaran nama Sherlock holmes menjadikannya sebuah karya klasik yang
tetap digemari dan dicari hingga kini. Terbukti dengan berbagai cetak ulang
yang tetap berlangsung hingga kini, bahkan karakternya dikembangkan menjadi
bukan saja berupa cerita pendek atau novel, tetapi juga berupa versi komik
manga, film layar lebar, serial televisi, bahkan versi vidieo games dan games
online.
Jika ingin mengetahui lebih lengkap tentang Sir Arthur Conan Doyle serta
Sherlock Holmes, silahkan kunjungi situs resminya : www.sherlockholmesonline.org atau untuk karya-karya tulis selengkapnya cek di : www.classic-literature.co.uk/scottish-authors/arthur-conan-doyle/
Best Regards,
* Hobby Buku *
seri pertamanya Sherlock,nih.. aku harus punyaaa.. :D
ReplyDeleteI've read many detectives, such as SH, Agatha's detective, Ellery Queen, Edgar Allan Poe's detective, comic books detectives, Indonesian novels' detectives, but none of them can match Sherlock, moreover subdue him, in my esteem. He's always the best for me, because as you stated, the author was just a genius that didn't know exactly the magic air around his creation.
ReplyDeleteWhat I love (and hate) about Sherlock is how he makes everything look simple. Sometimes we even think, "It's simple enough, I can do it myself," but in fact we can't. It's amazing.
Mmm ... Sherlock is famous with his analogic of facts and details, so this teach us to watch closely on everything - when something goes wrong, the only explaination just very simple, sometimes even just right in front of our eyes :D
DeleteLove Madame Agatha too, especially Mr. Poirot !!!
aku juga sudah baca buku ini dalam versi ebook dan quote favoritku juga mengenai teori otak ini... jadi pengen menata memori secara hati-hati supaya mempunyai otak yang bekerja efektif seperti punya Sherlock Holmes
ReplyDeleteIya, sama ... jika bisa memilah-milah mana pikiran yang bisa disimpan, mana yang dibuang, mmm ...bisa mengurangi stress hahaha :D
Deletemeski udah baca, tapi belum punya, kepingin punya *masih inget ketika Watson pertama kali "tertebak oleh kesimpulan" Holmes, dan smapai kisah-kisah selanjutnya Watson masih terpukau akan keahlian deduksi Holmes
ReplyDeleteSepertinya buku ini sudh tdk ada mas Tezar, kecuali penerbit rilis yang cetak ulang :D atau bisa juga cari di bargain-shop.
Deletesalut buat tulisannya mbak :) lengkap!
ReplyDeleteTerima kasih mas Helvry :D hanya berusaha mencakup apa yang ada di benak ...
Delete