Judul
Asli : A
SINGLE SHARD
[ Winner of 2002 Newbery Award ]
Copyright
© by Linda Sue Park
Penerbit
Atria
Alih
Bahasa : Maria M. Lubis
Editor
: Fenty Nadia & Ida Wajdi
Illustrasi
: Indra Bayu
Desain
Cover : Aniza Pujiati
Cetakan
I : Maret 2012 ; 196 hlm
Kisah ini
berawal di sebuah desa kecil di pantai barat Korea, sekitar pertengahan abad
ke-12. Tentang seorang pemuda yang disebut sebagai ‘Tree-ear’ atau jamur kuping,
ia diberikan nama serupa dengan jamur keriput dan berbentuk setengah lingkaran
yang mampu tumbuh di batang-batang pohon mati atau tumbang, muncul dari kayu
lapuk tanpa benih semaian. Sebatang kara semenjak kanak-kanak ketika terjadi
wabah penyakit di desanya. Semula ia hendak dirawat oleh para rahib di kuil,
namun ketika tiada yang sanggup, maka Crane-man, seorang tunawisma yang cacat
kaki, bersedia merawatnya hingga dewasa. Meski tinggal di bawah jembatan dan
mencari makanan dari sisa-sisa yang makanan yang terbuang, Crane-man
mengajarkan budi pekerti serta kehormatan harga diri kepada Tree-ear, agar
tidak pernah melakukakan perbuatan tercela.
“Mencuri dan mengemis membuat seorang manusia tidak lebih
baik daripada seekor anjing.”
“Pekerjaan memberikan harga diri kepada seorang manusia,
sementara mencuri memusnahkannya.”
[ from "A Single Shard" by Linda Sue Park | p. 6-7 ]
Di
sela-sela waktunya, Tree ear suka mengamati Min – pembuat Keramik terbaik di
desa Ch’ulp’o, hasil karyanya terkenal seantero Korea, karena keindahan serta
keunikan yang tak bisa ditiru oleh pembuat Keramik lainnya. Dan saat suatu hari
Tree ear memberanikan diri untuk melihat hasil karya Min dari dekat, tanpa
sengaja ia memecahkan salah satu diantaranya. Demi menebus kesalahan, Tree ear
menawarkan jasa untuk bekerja tanpa bayaran kepada Min. Di mulai dari mencari
kayu sebagai bahan bakar tungku pembuatan keramik, hingga akhirnya Tree ear diperbolehkan
mencari dan menggali tanah liat bahan utama pembuatan keramik yang bagus.
Kerja keras
dan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh Tree ear membuahkan
kepercayaan dari pihak Min, terutama sang istri yang baik hati. Kehidupan
sehari-hari Tree ear serta Crane-man mulai sedikit membaik, terutama dengan
adanya asupan makanan secara rutin, sebagai pengganti jasa Tree ear. Hingga saat muncul pengumuman
adanya sayembara pemilihan keramik terbaik yang akan dipilih oleh wakil
Kerajaan. Hal ini bukan saja penghargaan serta kehormatan, tetapi sang pemenang
akan terjamin masa depannya, karya-karyanya akan di tempatkan di lingkungan
Kerajaan, di hadapan para bangsawan petinggi serta Sang Penguasa.
Semua
Pembuat Keramik bekerja keras, berlomba membuat keramik terbaik dan tiada
duanya. Tree ear yakin akan kemampuan Min, bahwa beliau pasti dapat memenangkan
sayembara ini. Saingan Min hanya ada satu orang bernama Kang, yang memiliki
keunikan tersendir pada keramik hasil karyanya. Dari awal Min sangat ambisius
dan membuat suatu eksperimen yang belum pernah dicoba sebelumnya, dengan
menggunakan bahan yang tidak biasa pula. Tree ear dengan rasa takjub, sekaligus
penasaran, menanti hingga tiba hari di mana keramik-keramik itu akan dinyatakan
siap untuk disajikan dalam pameran khusus bagi wakil Kerajaan yang akan datang
ke desa Ch’ulp’o. Namun saat hari yang ditentukan, keramik-keramik Min sebagian
besar dihancurkan oleh dirinya sendiri --- karena dianggap tidak layak, terjadi
cacat produksi saat pembuatannya.
Sang wakil
Kerajaan adalah ahli dalam penilaian kualitas keramik, dan beliau melihat dari
contoh karya Min (yang tidak banyak karena sebagian besar sudah dihancurkan
karena Min adalah seniman yang perfeksionis), bahwa ada ‘sesuatu’ yang berbeda
pada karya ini. Maka beliau menyampaikan pesan, bahwa jika Min mampu
mengirimkan contoh lain dari karya terbaiknya ke Kerajaan, maka beliau akan memastikan untuk ‘membantu’
pemesanan karya-karya Min lainnya. Min yang sudah merasa lanjut usia,
menyatakan takkan sanggup menempuh perjalanan jauh dari desa menuju ibukota.
Tree ear yang ‘mendengarkan’ diskusi ini, memutuskan membantu dan bersedia
pergi mengirim hasil karya Min ke Ibukota.
Tree ear –
pemuda pendiam, tak pernah bepergian kecuali di sekitar desanya. Tak memiliki
kemampuan serta keahlian khusus, namun memiliki kejelian serta jiwa seni
keramik serta tekad tinggi guna mencapai tujuannya. Ia harus pergi meninggalkan
wilayah yang dikenalnya, menempuh perjalanan jauh, seorang diri, tanpa
mengetahui secara persis di mana letak Ibukota. Ia bahkan harus meninggalkan
Crane-man, yang sudah dianggap sebagai pengganti orang tuanya. Tree ear
berangkat menyongsong dunia yang tak pernah ia kenal, dan mengalami musibah
besar, yang menyebabkan Keramik khusus persembahan bagi Kerajaan rusak parah
... apa yang harus dilakukan olah Tree ear ? Kembali menempuh perjalanan pulang
dengan kegagalan, atau bertekad maju dengan segala keyakinan dan segenggam
penuh harapan di pundaknya ?
Sebuah
kisah perjuangan yang manis, jujur, dan sangat menyentuh, dituturkan
dengansepenuh hati oleh penulis yang memiliki kecintaan akan kisah-kisah
kehidupan di sekelilingnya.
Tentang
Penulis :
Linda Sue
Park adalah putri dari pasangan imigran dari Korea yang datang dengan penuh
impian ke Amerika. Berbekal tekad dan kemampuan bahasa Inggris seadanya, mereka
tinggal di Chicago, Illinois. Sang ibu mengajarkan pada sang putri yang baru
berusia empat tahun, alfabet secara fonetik dengan sistem kartun satu halaman,
dan alhasil ketika Linda memasuki sekolah taman kanak-kanak, ia satu-satunya
anak yang sudah bisa membaca. Dan setiap dua minggu sekali dalam sebulan, pada
Sabtu pagi, sang ayah akan mengajak anak-anaknya ke perpustakaan kota, dan
meminjam berbagai literatur bacaan anak-anak Amerika, berkat rekomendasi
pamflet dan brosur buku-buku pilihan terbitan ALA yang secara teratur
dikumpulkan oleh sang ayah. Maka tak heran kecintaannya pada dunia literatur
berakar sangat kuat pada diri si gadis cilik bernama Linda Sue Park hingga ia
dewasa.
|
~ "A Single Shard" adaptation by Seattle Children's Theatre ~ [ source ] |
Novel
pertamanya berjudul Seesaw Girl,
menunjukan pengaruh budaya Amerika yang telah dijalani, namun tetap menampilkan
aspek serta kultur-budaya Korea. Dan keinginan untuk menciptakan karya tulis
bagi anak-anak dengan memperkenalkan budaya serta peninggalannya, sesuatu yang
sudah banyak dilupakan oleh generasi muda ... mendorongnya menulis “A Single
Shard” – yang berlatar belakang sejarah seni pembuatan keramik Korea yang
terkenal hingga kini. Keramik Korea pada abad ke-11 hingga ke-12 merupakan
keramik terindah di dunia, jauh sebelum Keramik Cina muncul. Salah satunya
adalah jenis yang disebut keramik seladon yang mampu memberikan tekstur pasir
dengan gradasi warna yang menarik. Hingga kini peninggalan keramik seladon ini
tersimpan di museum-museum khusus, merupakan keramik yang dicari oleh kolektor
sedunia, bukan saja karena keindahannya yang unik, tetapi juga karena saat ini
tidak ada seniman yang mampu membuatnya, dengan tehnis serupa.
Ingin mengenal lebih jauh tentang penulis serta karya-karyanya, silahkan berkunjung ke : situs LindaSuePark
[ masuk dalam Historical Fiction Challenge 2012 by Hobby Buku ]
Best
Regards,
No comments :
Post a Comment