Books “Lembah Ketakutan”
Judul Asli : SHERLOCK HOLMES – THE VALLEY OF FEAR
Copyright © by Sir Arthur Conan Doyle [ 1st published at 1914-1915 ]
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : B. Sendra Tanuwidjaja
Cetakan ke-02
: Oktober 2002 ; 304
hlm
Desain Cover by Dwi Koentoro Br.
Sinopsis :
~ ( Part I : Birlstone Tragedy ) ~
Sherlock Holmes mendapat sepucuk surat berisi pesan aneh, pesan bersandi
yang menyatakan bahwa ada bahaya yang akan datang, dengan kata kunci ‘Douglas’ –
‘Birlstone’ – ‘House’. Belum sempat misteri itu terungkap lebih jelas, kediaman
di Baker Street 221 B itu kedatangan tamu. Beliau adalah Inspektur Alec MacDonald dari Scotland Yard, sosok pendiam
dan teliti, pria dengan tubuh kekar dari Skotlandia, anggota termuda dari
satuan detektif terkemuka di Inggris, namun cukup cerdik dan menghormati
kemampuan Sherlock sebagai konsultan dalam menangani berbagai kasus yang cukup
pelik. Dan kali ini ia datang untuk meminta bantuan serta petunjuk atas
peristiwa pembunuhan brutal yang menimpa Mr. Douglas dari Brilstone Manor !
Inspektur MacDonald berhasil mendapat berita tentang peristiwa ini
melalui teman baiknya, White Mason – petugas kepolisian di Desa Brlstone, yang
secara khusus meminta bantuan guna memecahkan misteri ini. Peristiwa yang
terjadi di Manor House of Brilstone – sebuah bangunan kuno yang dibangun bak
benteng, dengan dikelilingi parit untuk pertahanan, dan jalan satu-satunya
untuk keluar-masuk bangunan adalah melewati jembatan tarik di gerbang depan.
Penghuni Manor House adalah John Douglas dan istrinya, seorang wanita cantik
dan lebih muda sekitar duapuluh tahun dari usia suaminya. Mereka hanya hidup
berdua di kediaman yang cukup luas, hanya disertai oleh para pelayan. Meski diterima
dan dihormati oleh penduduk sekeliling, mereka berdua jarang ikut
bersosialisasi dalam masyarakat. Satu-satunya kenalan yang cukup akrab dan
sering berkunjung adalah Mr. Cecil Barker – pria muda dan tampan, kenalan Mr. Douglas
semasa di Amerika.
Kronologis peristiwa yang berhasil disusun berdasarkan bukti serta
kesaksian para penghuni Manor House. Dimulai dari Mr. Cecil Barker yang saat
menjelang tengah malam, bersiap-siap untuk tidur, ia mendengar suara tembakan
... dan saat turun mencari sumber bunyi tersebut, ia mendapati sahabatnya John
Douglas telah terbaring di lantai, sebuah senapan tabur tergeletak di tubuhnya,
tampaknya senapan itu digunakan untuk menembak wajahnya hingga hancur tak dapat
dikenali. Pengenalan identitas hanya berdasarkan keterangan fisik, pakaian yang
dikenakan serta cincin yang terpasang di jarinya, bahwa korban yang tewas
adalah Mr. Douglas.
Namun berbagai kejanggalan mulai timbul saat penyelidikan awal dimulai,
dan kesimpulan awal bahwa hal ini merupakan bunuh-diri semata, akhirnya diganti
menjadi peristiwa pembunuhan brutal. Permasalahannya, Manor House sebagaimana
diketahui ibarat benteng yang sulit ditembus. Jalan satu-satunya berupa
jembatan tarik selalu ditarik menjelang malam. Maka sang pembunuh jelas telah
menyusup ke dalam Manor House jauh sebelum peristiwa pembunuhan terjadi.
Keanehan lain yang ditemukan, pada jari sang korban ditemukan sepasang
cincin, namun justru cincin kawin-nya lenyap, tak ditemukan di mana pun.
Mengapa sang pembunuh mengambil cincin kawin tersebut ? Sherlock juga mendapati
bahwa jejak-jejak yang menunjukkan keberadaan sang penyusup, justru sangat
meragukan, seakan-akan sengaja dipasang untuk menyesatkan penyelidikan.
Perhatian lain yang cukup membuat Inspektur MacDonald dan White Mason
kebingungan, saat Sherlock berusaha mencari tahu kemana gerangan pasangan
barbel yang hilang dari ruang kerja, tempat pembunuhan terjadi. Petunjuk lain
yang diperoleh dari sang istri, bahwa suaminya senantiasa dalam kondisi
ketakutan, yang berusaha disamarkan, tapi hal itu terkadang muncul tanpa
disadarinya. Satu-satunya kalimat yang mampu membuat Mr. Douglas yang bertubuh
besar dan kuat itu menjadi gemetar adalah ‘Lembah Ketakutan’ dan nama seseorang
‘Bodymaster McGinty’ ...
~ ( Part II : Scowrer ) ~
Pada tanggal 4 Februari 1875, di sebuah kota kecil dan terpencil, jauh
dari peradaban dan keramaian, tepatnya di Lembah Vermissa, Amerika Serikat,
seorang pemuda berusia sekitar 30 tahun, bertubuh sedang dan kuat, periang dan
ramah, bertekad memulai hidup baru di wilayah terpencil ini. Ia bernama John
McMurdo, baru dari dari Chicago, mencoba mengadu nasib di lembah yang terkenal
dengan pertambangan bijih besi dan batu bara. Ia adalah angggota Ordo Orang
Bebas Tertinggi – suatu kelompok khusus yang saling membantu para anggotanya
dengan catatan mereka harus bersumpah setia dan menaati semua peraturan yang
berlaku.
John McMurdo tidak mengalami kesulitan dengan kedatangannya di kota asing
ini. Berbekal rekomendasi, ia berhasil memperoleh tempat kost di kediaman Jacob
Shafter – pria asal Jerman yang ramah, yang tinggal berdua dengan putrinya :
Ettie Shafter, seorang gadis cantik yang sangat mempesona McMurdo pada
pandangan pertama. Dengan segera, McMurdo memperoleh pekerjaan yang mampu
memberikan pemasukan rutin, ia memperoleh tempat kediaman yang nyaman apalagi
dengan adanya kehadiran Ettie Shafter. Sebagai seorang yang ramah dan mudah
bergaul, dalam sekejap ia juga memperoleh popularitas di kalangan para pekerja
tambang dan penghuni kota kecil itu.
Tetapi kehidupan baru yang sedang dinikmatinya, akan segera mengalami
perubahan. Terutama saat ia ‘melaporkan-diri’ sebagai anggota Ordo Orang Bebas
Tertinggi kepada Bos Jack McGinty – pimpinan serikat cabang Vermissa. Rumor
yang beredar, Bos McGinty dan kawan-kawan terlibat dalam kegiatan mengerikan,
hingga mereka mendapat julukan ‘Scowrer’ – sebuah kelompok pembunuh yang
membasmi siapa saja yang menghalangi rencana mereka, dan tentu saja melayani
kontrak pembunuhan atas perintah orang-orang yang bersedia membayar mahal.
John McMurdo yang awalnya terlibat dalam kegiatan serikat ini akibat
ingin meminta perlindungan atas kelangsungan hidup Ettie Shafter. Mereka berdua
sudah saling jatuh cinta, apa daya Ettie telah terlebih dahulu mengikat janji
dengan Ted Baldwin – pemuda mengerikan, tangan kanan Bos McGinty, lebih karena
takut akan nasib yang akan menimpa keluarganya jika ia menolak ‘permintaan’ Ted
Baldwin. Dan McMurdo mendapati bahwa tidak semudah itu masuk kemudian keluar
dari serikat. Maka ia pun mulai menjalankan tugas-tugas yang dibebankan,
termasuk menyiksa dan melakukan teror, bahkan pembunuhan ...
Kesan :
Sekali lagi Sir Arthur Conan Doyle menampilkan keahlian serta analisa
yang menjadi kekuatan Sherlock Holmes guna menangani setiap kasusnya. Meski
dalam kisah ini terdiri dari dua kisah yang terentang oleh jarak dan waktu
sekian lama, namun membentuk suatu jalinan benang halus yang sangat kuat ...
sedikit mengingatkan akan kisah A Study In Scarlet. Tetapi jika dalam kisah
tersebut Sherlock Holmes benar-benar mengerahkan kemampuan analisa untuk
melacak mundur peristiwa yang terjadi puluhan tahun silam, maka dalam kisah The
Valley of Fear ini kemampuannya hanya untuk melacak di mana kebenaran dari
peristiwa di Manor Brilstone. Maka ini membuat A Study In Scarlet tetap
menempati posisi no. 1 sebagai kisah favoritku (^_^)
Dalam kisah ini, fakta-fakta yang dijabarkan, petunjuk-petunjuk yang
diberikan, mampu memberikan gambaran secara samar, bagaimana sebenarnya
kejadian di Manor House. Bahkan dalam pertengahan kisah, boleh dikatakan diriku
mampu membaca kira-kira bagaimana hasil yang dicapai oleh Sherlock Holmes ...
dan ternyata memang benar, cukup sesuai untuk gambaran besar, menyisakan
sedikit detil yang masih merupakan tanda tanya, dan jawaban sejelas-jelasnya,
terungkap dalam babak kedua, kisah tentang para ‘Scowrer’ – semacam serikat, yang
sepertinya menjadi cikal-bakal mafia dari Amerika.
Yang cukup menarik dari kisah ini, di sinilah Sherlock mulai mengungkap
keberadaan sosok Profesor Moriaty – yang kelak menjadi musuh bebuyutan sang
tokoh utama. Meski Profesor Moriaty tidak terlibat langsung dalam peristiwa dan
kasus yang ditangani ini, namun Sherlock menangkap ‘jejak samar’ yang mengarah
pada kecurigaan serta dugaan keras bahwa semua peristiwa yang melibatkan John
Douglas merupakan campu-tangan penjahat no. 1 di Inggris, sosok menakutkan
karena kecerdasan dan keahliannya dianggap setara dengan kemampuan Sherlock
(sesuatu yang dengan terpaksa harus diakuinya, mengingat ia lumayan ‘sombong’
jika menyangkut keahliannya, maka boleh dikatakan bahwa Sherlock menaruh
penghargaan tersendiri pada sang Profesor). Dan ini juga semakin membuka ‘hubungan’
yang akan terjalin di antara mereka, bahkan melibatkan duel hidup-mati (yang
akan dikisahkan dalam kisah yang lain ...).
Tentang Penulis :
Sir Arthur Ignatius Conan Doyle, lahir pada tanggal 22 Mei 1859 dan wafat
karena sakit pada usia 71 tahun tanggal 7 Juli 1930. Beliau adalah penulis
fiksi terkenal dari Inggris, terutama berkat tokoh ciptaannya Sherlock Holmes –
detektif eksentrik dengan metode penyelidikan yang melampaui jamannya.
Doyle mendapat gelar dokter dari Universitas Edinburgh, dan membuka
praktek di Southsea, Inggris pada tahun 1882. Ia banyak menulis cerita, meski
beberapa tidak pernah dipublikasikan. Banyak yang menduga karakter Sherlock
lebih menyerupai dirinya, namun sebenarnya Doyle menciptakan tokoh Sherlock
Holmes pada tahun 1886, ini diilhami oleh sosok Dr. Joseph Bell – salah satu
dosen dan mentornya, seorang ahli bedah ternama dan ahli forensik pada masanya.
Nama Holmes diambil dari sosok Oliver Wendell Holmes yang sangat dikagumi oleh
ConanDoyle, dan atlet kriket Inggris terkenal bernama Sherlock.
Kisah pertama yang menampilkan karakter terkenal ini berjudul A Study in
Scarlet ( = diterbitkan versi terjemahan Indonesia dengan judul Penelusuran
Benang Merah ), diterima oleh publik dengan sangat baik. Tapi kepopuleran nama
Sherlock Holmes benar-benar dimulai pada tahun 1891, ketika beliau memutuskan
menulis serial petualangan detektif handal Sherlock Holmes bersama dengan
sahabatnya : Dr. Watson, dalam bentuk kompilasi cerita pendek.
Sherlock Holmes disebut sebagai detektif konsultan yang mengandalkan pada
kemampuan deduksi dan analisa dalam memecahkan berbagai kasus rumit yang
dihadapi pihak berwajib. Bersama pendamping sekaligus sahabat yang berperan
sebagai penulis kisah berbagai kasus yang ditangani oleh Sherlock, seorang
pensiunan dokter, Dr. John Watson, mereka tinggal bersama dan berbagai kamar di
wisma yang dikenal terletak di Baker Street No. 221 B semenjak tahun 1881
dengan seorang induk semang, wanita Skotlandia bernama Mrs. Hudson, hingga
Watson menikah dengan Mary Morstan pada tahun 1890.
Ketenaran nama Sherlock holmes menjadikannya sebuah karya klasik yang
tetap digemari dan dicari hingga kini. Terbukti dengan berbagai cetak ulang
yang tetap berlangsung hingga kini, bahkan karakternya dikembangkan menjadi
bukan saja berupa cerita pendek atau novel, tetapi juga berupa versi komik
manga, film layar lebar, serial televisi, bahkan versi vidieo games dan games
online.
Jika ingin mengetahui lebih lengkap tentang Sir Arthur Conan Doyle serta
Sherlock Holmes, silahkan kunjungi situs resminya : www.sherlockholmesonline.org atau untuk karya-karya tulis selengkapnya cek di : www.classic-literature.co.uk/scottish-authors/arthur-conan-doyle/
Best Regards,
* Hobby Buku *
Aku blm punya ini hehehe ... duh repiunya panjang ow disini tojh mulai keluar si Prof Moriaty itu pantas aku blm nemu2 di seri2 yg kubaca
ReplyDeleteklo aq suka emang biasa jadi panjang hehe ... klo boring banget ya very-very short review :D
Deletekapan-kapan coba baca ah~~ belum pernah baca buku Sherlock Holmes :D
ReplyDeleteCoba salah satu, yang sudah pernah diterjemahkan gramedia ada 9 judul, penerbit lain juga ada tapi aq sangsi dengan terjemahannya :D favorit-ku A Study In Scarlet, novel pertama tentang kemunculan Sherlock Holmes
Deleteyeah, Holmes! (Sherlockian nih :) )
ReplyDeleteYup :D my first-love on novel it's a mystery by Sir Arthur Conan Doyle and Madame Agatha Christie ...
Delete