WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Wednesday, May 30, 2012

Books "THE WHITE QUEEN"


Judul Asli : THE WHITE QUEEN
( book 1 of The Cousin’s War Series )
Copyright © 2009 by Philippa Gregory
Penerbit Esensi
Alih Bahasa : Putro Nugroho
Editor : Fikri Somyadewi & Fransiska R. Uli
Cover by  Sony Sonatha
Cetakan I : 24 November 2009 ; 580 hlm 

[ "Resensi buku ini dibuat dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Lomba Resensi Buku ReadingWalk.com" | source from Reading Walk's Library ]
Sinopsis :
Kisah ini dimulai pada saat musim semi tiba tahun 1464 di daratan Inggris. Seorang wanita cantik bernama Elizabeth Woodville – putri pertama Sir Richard Woodville, Baron Rivers, seorang pendukung setia raja-raja Inggris dari garis keturunan Lancaster yang termahsyur. Meski demikian, istri sang baron adalah salah satu keturunan bangsawan Duke dari Burgundy di Prancis, yang percaya bahwa mereka masih merupakan garis keturunan Dewi Melusina – Dewi Air Prancis yang memiliki kekuatan sihir. 

Elizabeth telah menjadi janda pada usia 27 tahun. Suaminya : Sir John Grey tewas dalam pertempuran membela keluarga kerajaan Lancaster. Pada saat itu terjadi perang saudara, perebutan tahta  kerajaan antara keluarga Lancaster, keluarga York dan keluarga Beaufort yang nantinya menjadi cikal bakal keturunan Tudor.

Saat itu, Elizabeth berjalan menuju Northampton dengan tujuan menemui Raja Inggris – Edward dari York, yang sedang memimpin perang melawan keturunan Lancaster : Raja Henry dan Permaisuri Margareth dari Anjou, hingga mereka tersingkirkan dan dalam pelarian. Tujuan Elizabeth adalah memohon bantuan dan kebijaksanaan sehubungan dengan hak waris bagi dirinya dan kedua putranya Thomas dan Richard Grey, telah diambil dan diakui oleh mertuanya, sepeninggalan suaminya.  

Namun siapa sangaka pertemuan antara keduanya akan merubah nasib dan masa depan kerajaan Inggris. Keduanya saling tertarik, meski Elizabeth tetap berusaha menjaga statusnya sebagai janda dan keturunan Rivers yang terhormat, ia tak dapat mengingkari hatinya telah tertambat pada Raja muda yang tampan dan terkenal perayu ulung.  Dan Edward selalu berhasil mendapatkan keinginannya, walaupun kali ini ia harus berjuang keras mengalahkan keteguhan hati Elizabeth yang tak mau menjadi salah satu simpanan sang Raja. 


Ketika akhirnya mereka berhubungan sebagai sepasang kekasih, hal tersebut dilakukan secara diam-diam, karena status keluarga Rivers adalah pendukung setia Lancaster, lawan Edward dari York. Hanya dengan restu dan sepengetahuan sang ibu, maka Elizabeth berani melakukan pernikahan secara diam-diam dengan Edward. Tetapi sesuatu yang disembunyikan tak akan dapat bertahan lama, apalagi dengan berbagai kunjungan resmi yang Edward lakukan pada kediaman Rivers, mau tak mau, keluarga dan kerabat dekat masing-masing pihak dapat melihat, ada sesuatu di antara mereka. 

Dan ketika Anthony – kakak Elizabeth mengetahui rahasia itu, ia marah besar dan hendak melaporkan kelakuan Elizabeth kepada ayahnya. Anthony percaya bahwa Edward sama seperti lelaki lain, hanya mengumbar janji kosong tanpa pernah berniat menepati janji – menikahi dan mengakui Elizabeth sebagai istri dan Ratu Inggris. Anthony memiliki alasan untuk curiga, karena selama ini Edward selalu dalam bayang-bayang kendali Lord Warwick – penasehat kerajaan, keturunan pendukung setia keluarga York. Lord Warwick adalah sosok yang ambisius, ia telah memiliki jariangan kekuasan yang luas hingga berani menjanjikan bahwa raja Edward akan menikah dengan putri kerajaan Prancis demi memperoleh dukungan secara politis. 

Dugaan Anthony tidak sepenuhnya salah, Edward berkesan selalu mencari alasan untuk menunda membawa Elizabeth sebagai istrinya di depan khalayak umum. Hingga pada suatu saat yang tak pernah diduga, saat kerajaan sedang dipersiapkan untuk menyambut pertunangan Edward dengan putri Prancis, Edward justru ‘menjatuhkan bom’ dan menyiarkan bahwa ia telah menikah dengan Lady Elizabeth Woodville dari keluarga Rivers.

"Kita harus waspada selama sisa hidup kita. Kau telah menempatkan keluargamu dalam sebuah kesempatan besar, tetapi juga sekaligus bahaya yang besar, Adikku. Aku adalah saudara ipar dari sang Raja Inggris, tetapi aku harus mengatakan ini kepadamu : harapan terbesarku adalah meninggal di tempat tidurku, damai bersama dunia, ketika usia lanjut menjelang."
( ~ letter to Lady Elizabeth Grey from her brother, Anthony Woodville; p. 81 )

Maka dimulailah pertunjukkan akbar, para penguasa sebelumnya di bawah kendali  Lord Warwick mendapati rencana mereka berantakan dan musuh baru ada di depan mata. Keluarga Rivers segera memperoleh kekuatan dan kekuasaan. Saudara-saudara Elizabeth, Anthony, John, Richard, Edward dan Lionel segera memperoleh kedudukan dalam pemerintahan. Ketiga saudara perempuan Elizabeth bertunangan dan menikah dengan orang-orang yang memiliki pengaruh serta kekayaan. Keluarga Rivers yang juga keturunan bangsawan Burgundy, pengikut setia Lancaster, sekarang menjadi sekutu York dalam kancah perebutan kekuasaan yang tiada henti. 

Elizabeth belajar untuk mengetahui siapa saja yang bisa dijadikan sekutu dan siapa yang harus disingkirkan demi mengamankan keluarganya. Bukan hal yang mudah, apalagi ia mendapati perlawanan secara halus namun cukup menakutkan justru dari dalam keluarga kerajaan. Ibu mertuanya Duchess Cecily sangat membencinya, apalagi ia tidak terlalu menyayangi Edward, melainkan lebih menyukai saudaranya George – Duke dari Clarance, bocah tampan, manja dan egois. Dan selain Lord Warwick, Elizabeth juga harus berhadapan dengan orang kepercayaan Edward : Sir William Hastings – diantara keduanya ada perasaan saling tak menyukai saat pertama kali bertemu. 

Masih ditambah dengan adik bungsu Edward : Richard – Duke dari Gloucester yang penyendiri dan sedikit aneh. Yang lebih merepotkan, meskipun saudara-saudaranya seperti itu, Edward sangat mencintai mereka dan tidak pernah mempercayai bahwa saudaranya akan berbalik melawan dirinya ... sesuatu yang ternyata memang terjadi di kemudian hari, sesuai dengan ramalan dan ‘penglihatan’ yang telah dilihat oleh Elizabeth, sebagai keturunan Dewi Melusina, ia juga memiliki kemampuan gaib seperti ibunya.  Dan berkat nasehat dan pendampingan yang dilakukan ibunya, sebagai mantan orang kepercayaan dan dayang Ratu Margareth dari Anjaou – maka Elizabeth mampu mengatasi berbagai halangan dan hambatan yang mengusik keluarganya.


Kesan :
Sebuah kisah yang menarik, menggambarkan kehidupan keluarga pendukung keturunan Raja-Raja Inggris Kuno, yang terjepit sebagaimana semua pengikut serta rakyat Inggris pada era Perang Saudara yang berkepanjangan, tiada henti. Penulis mengkhususkan diri pada kehidupan Elizabeth Woodville – wanita muda yang terkenal sangat cantik dari keturunan terhormat, dan mendapat tempat ‘istimewa’ di hati Edward dari York, salah satu keturunan yang sempat menduduki tahta kerajaan Inggris sebelum era Tudor berkuasa. 

Seperti kebanyakan kisah tentang perebutan kekuasaan serta pergantian tahta kerajaan yang bergulir dengan cepat antara penguasa satu dengan penguasa berikutnya, maka kisah ini tak lepas dari berbagai intrik serta konflik yang dapat dikatakan ‘menghalalkan’ segala cara demi kekuasaan. Pengorbanan jiwa serta harga diri, bukanlah sesuatu yang ‘tabu’ bahkan nyaris dilakukan oleh semua orang yang ambisius. Termasuk mengorbankan pengikut serta sekutu, bahkan jika dibutuhkan anggota keluarga sendiri.  

Kisah cinta antara Elizabeth dan Edward dapat dikatakan berjalan dengan sangat baik dan tidak terjadi konflik yang cukup besar dalam rumah tangga mereka. Terutama berkat pengertian Elizabeth akan kondisi Edward, sebagai pria tampan dan menarik, memuja para wanita cantik sebagaimana para wanita dari berbagai kalangan bersedia berebut untuk mendapatkan perhatian Edward. Paham bahwa seorang pria dimaklumi untuk ‘bersenang-senang’ di luaran asalkan tidak membawa masuk wanita simpanannya di dalam istana, dan sang permaisuri justru akan mendapat sorotan negatif jika berhubungan dengan pria lain ... mmm, diriku sangat bersyukur tidak hidup di era ini (^_^) 


So far novel ini cukup lumayan menghibur, hanya sedikit gangguan serta kebingungan membedakan tokoh yang satu dengan yang lain ... karena namanya sama semua, Henry, Edward, John, Richard, Elizabeth, Margareth, fiuuuh, sungguh tidak kreatif dech orang-orang pada jaman ini. Bagaimana rasanya jika seseorang memanggil sebuah nama, ternyata sekeluarga mulai kakek, ayah, anak, cucu, semua namanya sama ...hahaha (^_^)

Yang jelas, sosok Elizabeth Woodville mampu mengundang rasa simpati serta ‘sedikit’ kekaguman pada diriku. Walau ia memang jatuh-cinta pada Edward dan menikah atas dasar saling mencintai, sesuatu yang jarang terjadi pada penikahan kerajaan yang lebih didasarkan pada permainan politik belaka, tapi Elizabeth harus menghadapi berbagai benturan serta konflik intern dalam kehidupan pribadinya. Bahkan ketika ayahnya dan kakak tercinta John tewas dipenggal oleh Lord Warwick – yang kemudian justru diampuni oleh Edward demi kelangsungan kerajaan, ia harus bertahan dalam permainan politik kotor. 


Juga dalam hal melindungi putra-putrinya dari serangan berbagai musuh dalam kerajaan. Edward – sang calon putra mahkota, disekap dan kemudian dinyatakan hilang, tanpa diketahui keberadaannya (sesuai denga fakta sejarah yang mengungkap kemisteriusan nasib putra mahkota Edward yang masih bocah kanak-kanak pada waktu itu). Elizabeth terpaksa melakukan siasat dengan ‘melarikan’ Richard – putra keduanya untuk dibesarkan di kalangan rakyat biasa, berganti nama Peter, hidup bukan sebagai keturunan Raja, tapi bocah laki-laki penduduk Inggris, demi keselamatan nyawanya.   

Bahkan saat putri sulungnya : Elizabeth yang beranjak dewasa, terlihat mewarisi bakat dan kemampuan 'meramal' dari keluarganya, dan mulai menunjukkan pemberontakan melawan nasehat ibunya. Elizabeth harus berpikir keras bukan hanya menjaga tetapi juga memastikan bahwa masa depan keturunannya tidak lenyap begitu saja. Elizabeth memiliki hati lembut dan penuh kasih, tapi itu semua berubah saat ia memikirkan kelangsungan hidup keluarganya, karena Edward tak mampu lagi membela dirinya, kedua putranya menghilang, putri sulung harapannya justru 'menaruh-hati' pada musuh utama ...

"Sebagaimana kaum pria harus bertempur, kita wanita harus menanti dan membuat perencanaan. Ini adalah waktu bagimu untuk menanti dan merencanakan. Kau harus konsisten dan berhati-hati. Kejujuran hampir tidak ada artinya." 
( ~ letter to Elizabeth of York from her mother, Lady Elizabeth Grey ; p. 560 )
Tentang Penulis : 


Philippa Gregory lahir di Kenya, Afrika pada tanggal 9 Januari 1954. Baru pada usia dua tahun, keluarganya pindah ke Inggris. Beliau dikenal sebagai seorang sejarawan dan penulis yang handal, dan menghasilkan serial fiksi historical yang masuk dalam daftar bestseller. Karyanya tentang keluarga Tudor dalam The Other Boleyn Girl, merupakan salah satu novel yang laris di dunia dan memenangkan Parker Romantic Novel of the Year 2002. 

Kesuksesan novel ini semakin meningkat sehingga dijadikan serial drama televisi oleh BBC, menyusul sequel dari serial Tudor ini. Miramax bahkan membeli hak cipta untuk  diangkat ke layar lebar, dibintangi oleh Scarlet Johansson (Mary Boleyn), Natalie Portman (Anne Boleyn) dan Eric Bana (Henry Tudor) serta Kristin Scott Thomas (Elizabeth Boleyn). 


Sekarang dalam novel “The White Queen” (Ratu Mawar Putih) ini, ia menampilkan sebuah keluarga yang ada sebelum era keluarga Tudor , yakni keluarga Plantagenet yang mengagumkan – sebuah keluarga yang telah melalui lika-liku yang kompleks dalam persaingan memperebutkan kekuasaan, dalam cinta dan kebencian. 

Kelanjutan dalam serial ini telah rilis dan menjadi bacaan wajib bagi para penggemar kisah para keluarga keturunan penerus penguasa kerajaan Inggris Kuno. Adapun kronologis serial ini sebagai berikut : 
1. The White Queen : tentang Lady Elizabeth Grey, yang dikenal sebagai Elizabeth Woodville, ratu dari King Edward IV of England

2. The Red Queen : tentang Lady Margareth Beaufort, ratu dari King Henry yang digulingkan oleh Edward IV, yang selalu mencari jalan guna menempatkan putranya Henry Tudor kembali bertahta.

3.  The Lady of The Rivers : tentang Jacquetta of Luxembourg, ibu dari Elizabeth Woodville, seorang wanita bangsawan yang memilih menikah dengan pria yang lebih rendah derajatnya setelah kematian suami pertamanya.

4. The Kingmaker’s Daughters : tentang dua bersaudara Neville, yang pertama Anne Neville, istri dari Edward of Wesmister, Prince of Wales, yang tewas dalam pertempuran,  dan kemudian menikah dengan Richard III of England, saudara kandung king Edward IV, sekaligus musuh utama Elizabeth Woodville. Yang kedua adalah Isabel Neville, semula adalah jodoh Edward IV (yang akhirnya memilih Elizabeth Woodville), dan dipaksa menikah dengan George – Duke of Clarence, saudara Edward IV yang mudah diperalat musuh. Kedua wanita ini adalah putri dari Richard Neville – Earl of Warwick, yang dikenal sebagai Kingmaker.

5. The White Princess : kisah tentang Elizabeth of York, putri sulung Elizabeth Woodville dan Edward IV, memiliki kemampuan warisan keluarga Woodville, diramalkan berusia panjang dan mampu mewujudkan impian sang ibu. Ia menikah dengan Henry VII dan memiliki putra yang dijuluki Henry VIII of England.

Philippa pernah menjadi mahasiswi di Universitas Sussex. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Edinburgh dan meraih gelar Ph.D. pada tahun 2009. Kelebihan khusus pada tulisan-tulisannya adalah kecintaannya pada sejarah dan komitmennya pada akurasi fakta sejarah. 

Philippa tinggal bersama keluarganya di sebuah peternakan kecil di Yorkshire, Inggris. Dan ia semakin kreatif dan rajin menghasilkan karya-karya tulis dengan berlatar belakang sejarah, menjadikannya penulis historical-fiction yang digemari banyak pembaca. Kunjungi situsnya di website Philippa Gregory  dan dengan senang hati ia akan menjawab pertanyaan-pertanyaan pembaca. 



Best Regards, 
* Hobby Buku * 

No comments :

Post a Comment