Judul Asli : THE WHITE QUEEN
(
book 1 of The Cousin’s War Series )
Copyright © 2009
by Philippa Gregory
Penerbit Esensi
Alih Bahasa : Putro Nugroho
Editor : Fikri Somyadewi &
Fransiska R. Uli
Cover by Sony Sonatha
Cetakan I : 24 November 2009 ;
580 hlm
[ "Resensi buku ini dibuat dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Lomba Resensi Buku ReadingWalk.com" | source from Reading Walk's Library ]
Sinopsis :
Kisah ini dimulai pada saat
musim semi tiba tahun 1464 di daratan Inggris. Seorang wanita cantik bernama
Elizabeth Woodville – putri pertama Sir Richard Woodville, Baron Rivers,
seorang pendukung setia raja-raja Inggris dari garis keturunan Lancaster yang
termahsyur. Meski demikian, istri sang baron adalah salah satu keturunan
bangsawan Duke dari Burgundy di Prancis, yang percaya bahwa mereka masih
merupakan garis keturunan Dewi Melusina – Dewi Air Prancis yang memiliki
kekuatan sihir.
Elizabeth telah menjadi janda
pada usia 27 tahun. Suaminya : Sir John Grey tewas dalam pertempuran membela
keluarga kerajaan Lancaster. Pada saat itu terjadi perang saudara, perebutan
tahta kerajaan antara keluarga Lancaster,
keluarga York dan keluarga Beaufort yang nantinya menjadi cikal bakal keturunan
Tudor.
Saat itu, Elizabeth berjalan
menuju Northampton dengan tujuan menemui Raja Inggris – Edward dari York, yang
sedang memimpin perang melawan keturunan Lancaster : Raja Henry dan Permaisuri
Margareth dari Anjou, hingga mereka tersingkirkan dan dalam pelarian. Tujuan
Elizabeth adalah memohon bantuan dan kebijaksanaan sehubungan dengan hak waris
bagi dirinya dan kedua putranya Thomas dan Richard Grey, telah diambil dan
diakui oleh mertuanya, sepeninggalan suaminya.
Namun siapa sangaka pertemuan
antara keduanya akan merubah nasib dan masa depan kerajaan Inggris. Keduanya
saling tertarik, meski Elizabeth tetap berusaha menjaga statusnya sebagai janda
dan keturunan Rivers yang terhormat, ia tak dapat mengingkari hatinya telah
tertambat pada Raja muda yang tampan dan terkenal perayu ulung. Dan Edward selalu berhasil mendapatkan
keinginannya, walaupun kali ini ia harus berjuang keras mengalahkan keteguhan
hati Elizabeth yang tak mau menjadi salah satu simpanan sang Raja.
Ketika akhirnya mereka
berhubungan sebagai sepasang kekasih, hal tersebut dilakukan secara diam-diam,
karena status keluarga Rivers adalah pendukung setia Lancaster, lawan Edward
dari York. Hanya dengan restu dan sepengetahuan sang ibu, maka Elizabeth berani
melakukan pernikahan secara diam-diam dengan Edward. Tetapi sesuatu yang
disembunyikan tak akan dapat bertahan lama, apalagi dengan berbagai kunjungan
resmi yang Edward lakukan pada kediaman Rivers, mau tak mau, keluarga dan
kerabat dekat masing-masing pihak dapat melihat, ada sesuatu di antara mereka.
Dan ketika Anthony – kakak
Elizabeth mengetahui rahasia itu, ia marah besar dan hendak melaporkan kelakuan
Elizabeth kepada ayahnya. Anthony percaya bahwa Edward sama seperti lelaki
lain, hanya mengumbar janji kosong tanpa pernah berniat menepati janji –
menikahi dan mengakui Elizabeth sebagai istri dan Ratu Inggris. Anthony
memiliki alasan untuk curiga, karena selama ini Edward selalu dalam
bayang-bayang kendali Lord Warwick – penasehat kerajaan, keturunan pendukung
setia keluarga York. Lord Warwick adalah sosok yang ambisius, ia telah memiliki
jariangan kekuasan yang luas hingga berani menjanjikan bahwa raja Edward akan
menikah dengan putri kerajaan Prancis demi memperoleh dukungan secara politis.
Dugaan Anthony tidak sepenuhnya
salah, Edward berkesan selalu mencari alasan untuk menunda membawa Elizabeth
sebagai istrinya di depan khalayak umum. Hingga pada suatu saat yang tak pernah
diduga, saat kerajaan sedang dipersiapkan untuk menyambut pertunangan Edward
dengan putri Prancis, Edward justru ‘menjatuhkan bom’ dan menyiarkan bahwa ia
telah menikah dengan Lady Elizabeth Woodville dari keluarga Rivers.
"Kita harus waspada selama sisa hidup kita. Kau telah menempatkan keluargamu dalam sebuah kesempatan besar, tetapi juga sekaligus bahaya yang besar, Adikku. Aku adalah saudara ipar dari sang Raja Inggris, tetapi aku harus mengatakan ini kepadamu : harapan terbesarku adalah meninggal di tempat tidurku, damai bersama dunia, ketika usia lanjut menjelang."
( ~ letter to Lady Elizabeth Grey from her brother, Anthony Woodville; p. 81 )
Maka dimulailah pertunjukkan
akbar, para penguasa sebelumnya di bawah kendali Lord Warwick mendapati rencana mereka
berantakan dan musuh baru ada di depan mata. Keluarga Rivers segera memperoleh
kekuatan dan kekuasaan. Saudara-saudara Elizabeth, Anthony, John, Richard,
Edward dan Lionel segera memperoleh kedudukan dalam pemerintahan. Ketiga
saudara perempuan Elizabeth bertunangan dan menikah dengan orang-orang yang
memiliki pengaruh serta kekayaan. Keluarga Rivers yang juga keturunan bangsawan
Burgundy, pengikut setia Lancaster, sekarang menjadi sekutu York dalam kancah
perebutan kekuasaan yang tiada henti.
Elizabeth belajar untuk
mengetahui siapa saja yang bisa dijadikan sekutu dan siapa yang harus
disingkirkan demi mengamankan keluarganya. Bukan hal yang mudah, apalagi ia
mendapati perlawanan secara halus namun cukup menakutkan justru dari dalam keluarga
kerajaan. Ibu mertuanya Duchess Cecily sangat membencinya, apalagi ia tidak
terlalu menyayangi Edward, melainkan lebih menyukai saudaranya George – Duke
dari Clarance, bocah tampan, manja dan egois. Dan selain Lord Warwick,
Elizabeth juga harus berhadapan dengan orang kepercayaan Edward : Sir William
Hastings – diantara keduanya ada perasaan saling tak menyukai saat pertama kali
bertemu.
Masih ditambah dengan adik
bungsu Edward : Richard – Duke dari Gloucester yang penyendiri dan sedikit
aneh. Yang lebih merepotkan, meskipun saudara-saudaranya seperti itu, Edward
sangat mencintai mereka dan tidak pernah mempercayai bahwa saudaranya akan
berbalik melawan dirinya ... sesuatu yang ternyata memang terjadi di kemudian
hari, sesuai dengan ramalan dan ‘penglihatan’ yang telah dilihat oleh
Elizabeth, sebagai keturunan Dewi Melusina, ia juga memiliki kemampuan gaib
seperti ibunya. Dan berkat nasehat dan
pendampingan yang dilakukan ibunya, sebagai mantan orang kepercayaan dan dayang
Ratu Margareth dari Anjaou – maka Elizabeth mampu mengatasi berbagai halangan
dan hambatan yang mengusik keluarganya.
Kesan :
Sebuah kisah yang menarik,
menggambarkan kehidupan keluarga pendukung keturunan Raja-Raja Inggris Kuno,
yang terjepit sebagaimana semua pengikut serta rakyat Inggris pada era Perang
Saudara yang berkepanjangan, tiada henti. Penulis mengkhususkan diri pada
kehidupan Elizabeth Woodville – wanita muda yang terkenal sangat cantik dari
keturunan terhormat, dan mendapat tempat ‘istimewa’ di hati Edward dari York, salah
satu keturunan yang sempat menduduki tahta kerajaan Inggris sebelum era Tudor
berkuasa.
Seperti kebanyakan kisah
tentang perebutan kekuasaan serta pergantian tahta kerajaan yang bergulir
dengan cepat antara penguasa satu dengan penguasa berikutnya, maka kisah ini
tak lepas dari berbagai intrik serta konflik yang dapat dikatakan
‘menghalalkan’ segala cara demi kekuasaan. Pengorbanan jiwa serta harga diri,
bukanlah sesuatu yang ‘tabu’ bahkan nyaris dilakukan oleh semua orang yang
ambisius. Termasuk mengorbankan pengikut serta sekutu, bahkan jika dibutuhkan
anggota keluarga sendiri.
Kisah cinta antara Elizabeth
dan Edward dapat dikatakan berjalan dengan sangat baik dan tidak terjadi
konflik yang cukup besar dalam rumah tangga mereka. Terutama berkat pengertian
Elizabeth akan kondisi Edward, sebagai pria tampan dan menarik, memuja para
wanita cantik sebagaimana para wanita dari berbagai kalangan bersedia berebut
untuk mendapatkan perhatian Edward. Paham bahwa seorang pria dimaklumi untuk
‘bersenang-senang’ di luaran asalkan tidak membawa masuk wanita simpanannya di
dalam istana, dan sang permaisuri justru akan mendapat sorotan negatif jika
berhubungan dengan pria lain ... mmm, diriku sangat bersyukur tidak hidup di
era ini (^_^)
So far novel ini cukup lumayan
menghibur, hanya sedikit gangguan serta kebingungan membedakan tokoh yang satu
dengan yang lain ... karena namanya sama semua, Henry, Edward, John, Richard,
Elizabeth, Margareth, fiuuuh, sungguh tidak kreatif dech orang-orang pada jaman
ini. Bagaimana rasanya jika seseorang memanggil sebuah nama, ternyata
sekeluarga mulai kakek, ayah, anak, cucu, semua namanya sama ...hahaha (^_^)
Yang jelas, sosok Elizabeth
Woodville mampu mengundang rasa simpati serta ‘sedikit’ kekaguman pada diriku.
Walau ia memang jatuh-cinta pada Edward dan menikah atas dasar saling
mencintai, sesuatu yang jarang terjadi pada penikahan kerajaan yang lebih
didasarkan pada permainan politik belaka, tapi Elizabeth harus menghadapi
berbagai benturan serta konflik intern dalam kehidupan pribadinya. Bahkan
ketika ayahnya dan kakak tercinta John tewas dipenggal oleh Lord Warwick – yang
kemudian justru diampuni oleh Edward demi kelangsungan kerajaan, ia harus
bertahan dalam permainan politik kotor.
Juga dalam hal melindungi
putra-putrinya dari serangan berbagai musuh dalam kerajaan. Edward – sang calon
putra mahkota, disekap dan kemudian dinyatakan hilang, tanpa diketahui
keberadaannya (sesuai denga fakta sejarah yang mengungkap kemisteriusan nasib
putra mahkota Edward yang masih bocah kanak-kanak pada waktu itu). Elizabeth
terpaksa melakukan siasat dengan ‘melarikan’ Richard – putra keduanya untuk
dibesarkan di kalangan rakyat biasa, berganti nama Peter, hidup bukan sebagai
keturunan Raja, tapi bocah laki-laki penduduk Inggris, demi keselamatan
nyawanya.
Bahkan saat putri sulungnya : Elizabeth yang beranjak dewasa, terlihat mewarisi bakat dan kemampuan 'meramal' dari keluarganya, dan mulai menunjukkan pemberontakan melawan nasehat ibunya. Elizabeth harus berpikir keras bukan hanya menjaga tetapi juga memastikan bahwa masa depan keturunannya tidak lenyap begitu saja. Elizabeth memiliki hati lembut
dan penuh kasih, tapi itu semua berubah saat ia memikirkan kelangsungan hidup
keluarganya, karena Edward tak mampu lagi membela dirinya, kedua putranya menghilang, putri sulung harapannya justru 'menaruh-hati' pada musuh utama ...
"Sebagaimana kaum pria harus bertempur, kita wanita harus menanti dan membuat perencanaan. Ini adalah waktu bagimu untuk menanti dan merencanakan. Kau harus konsisten dan berhati-hati. Kejujuran hampir tidak ada artinya."
( ~ letter to Elizabeth of York from her mother, Lady Elizabeth Grey ; p. 560 )
Tentang Penulis :
Philippa Gregory lahir di
Kenya, Afrika pada tanggal 9 Januari 1954. Baru pada usia dua tahun,
keluarganya pindah ke Inggris. Beliau dikenal sebagai seorang sejarawan dan
penulis yang handal, dan menghasilkan serial fiksi historical yang masuk dalam
daftar bestseller. Karyanya tentang keluarga Tudor dalam The Other Boleyn Girl,
merupakan salah satu novel yang laris di dunia dan memenangkan Parker Romantic
Novel of the Year 2002.
Kesuksesan novel ini semakin meningkat sehingga
dijadikan serial drama televisi oleh BBC, menyusul sequel dari serial Tudor
ini. Miramax bahkan membeli hak cipta untuk
diangkat ke layar lebar, dibintangi oleh Scarlet Johansson (Mary
Boleyn), Natalie Portman (Anne Boleyn) dan Eric Bana (Henry Tudor) serta
Kristin Scott Thomas (Elizabeth Boleyn).
Sekarang dalam novel “The White
Queen” (Ratu Mawar Putih) ini, ia menampilkan sebuah keluarga yang ada sebelum era
keluarga Tudor , yakni keluarga Plantagenet yang mengagumkan – sebuah keluarga
yang telah melalui lika-liku yang kompleks dalam persaingan memperebutkan
kekuasaan, dalam cinta dan kebencian.
Kelanjutan
dalam serial ini telah rilis dan menjadi bacaan wajib bagi para penggemar kisah
para keluarga keturunan penerus penguasa kerajaan Inggris Kuno. Adapun
kronologis serial ini sebagai berikut :
1. The White
Queen : tentang Lady Elizabeth Grey,
yang dikenal sebagai Elizabeth Woodville, ratu dari King Edward IV of England
2. The Red
Queen : tentang Lady Margareth Beaufort,
ratu dari King Henry yang digulingkan oleh Edward IV, yang selalu mencari jalan
guna menempatkan putranya Henry Tudor kembali bertahta.
3. The
Lady of The Rivers : tentang Jacquetta of Luxembourg, ibu dari Elizabeth
Woodville, seorang wanita bangsawan yang memilih menikah dengan pria yang lebih
rendah derajatnya setelah kematian suami pertamanya.
4. The
Kingmaker’s Daughters : tentang dua bersaudara Neville, yang pertama Anne
Neville, istri dari Edward of Wesmister, Prince of Wales, yang tewas dalam
pertempuran, dan kemudian menikah dengan
Richard III of England, saudara kandung king Edward IV, sekaligus musuh utama
Elizabeth Woodville. Yang kedua adalah Isabel Neville, semula adalah jodoh
Edward IV (yang akhirnya memilih Elizabeth Woodville), dan dipaksa menikah
dengan George – Duke of Clarence, saudara Edward IV yang mudah diperalat musuh.
Kedua wanita ini adalah putri dari Richard Neville – Earl of Warwick, yang
dikenal sebagai Kingmaker.
5. The White
Princess : kisah tentang Elizabeth of York, putri sulung Elizabeth Woodville
dan Edward IV, memiliki kemampuan warisan keluarga Woodville, diramalkan
berusia panjang dan mampu mewujudkan impian sang ibu. Ia menikah dengan Henry
VII dan memiliki putra yang dijuluki Henry VIII of England.
Philippa pernah menjadi
mahasiswi di Universitas Sussex. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas
Edinburgh dan meraih gelar Ph.D. pada tahun 2009. Kelebihan khusus pada
tulisan-tulisannya adalah kecintaannya pada sejarah dan komitmennya pada
akurasi fakta sejarah.
Philippa tinggal bersama
keluarganya di sebuah peternakan kecil di Yorkshire, Inggris. Dan ia semakin kreatif dan rajin menghasilkan karya-karya tulis dengan berlatar belakang sejarah, menjadikannya penulis historical-fiction yang digemari banyak pembaca. Kunjungi situsnya
di website Philippa Gregory dan dengan senang hati ia akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan pembaca.
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments :
Post a Comment