WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Friday, August 31, 2012

Books "GADIS KRETEK"



Judul Asli : GADIS KRETEK
Penulis : Ratih Kumala
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Editor : Mirna Yulistianti
Desain & Ilustrasi Isi : Iksaka Banu
Cetakan I : Maret 2012 ; 276 hlm 


Awal Maret kemarin salah seorang teman menunjukkan sebuah ‘cover’ sampul buku yang akan rilis, sekilas kukira kisah tentang Ibu Kartini (maklum dari hanya melihat sekilas), karena suka dengan kisah sejarah, maka ku-iyakan saja pre-order buku ini. Dan ternyata saat menerima bukunya, lho judulnya “Gadis Kretek” ...berarti pasti tentang rokok – sesuatu yang sangat tidak aku sukai. Tetapi ada pepatah mengatakan ‘don’t judge by its cover’ atau ‘jangan menilai hanya berdasarkan tampilan luarnya’, selidiki dahulu kebenaran isinya, maka setelah sekian bulan terlupakan, kuraih buku ini dan memulai kisahnya ...

Ternyata sangat menarik !!! Walau tidak pada awal-awal kisah, justru menjelang separuh buku, kisah tentang pergulatan dan perjuangan hidup manusia dengan menggunakan latar belakang budaya serta sejarah bangsa Indonesia, semakin mencekam dengan ketegangan sekaligus pembelajaran --- setidaknya diriku belajar tentang hal-hal baru, tentang sejarah pembuatan rokok, walau produknya tak kusukai secara pribadi, tapi proses yang dilakukan pasti ‘mengundang selera’ kebanyakan orang untuk menyimak lebih dalam. 

Kisah yang dibuka dengan kondisi Bp. Soeraja – pemilik Rokok Kretek Djagad Raja yang terkenal, beliau sakit keras dan boleh dikatakan ‘tinggal-menunggu-waktu’. Maka tak heran jika ketiga putranya Tegar, Karim dan Lebas segara dipanggil menengok sang ayah. Ternyata selain kesakitan, beliau juga ‘menderita’ sesuatu, karena beberapa kali mengigau, menyebut nama seorang wanita yang dipanggilnya Jeng Yah. Anehnya tiada yang mengetahui siapa wanita yang disebut-sebut dalam kondisi setengah sadar itu. Maka demi membantu ‘kelancaran-perjalanan’ sang ayah yang bersiap-siap berangkat ke ‘tempat lain’ – ketiga putranya sepakat untuk mencari tahu siapakah Jeng Yah sebenarnya.

Berbekal sedikit petunjuk dari sang ayah, Lebas – putra ketiga berangkat terlebih dahulu menuju kota Kudus, tempat dimana Jeng Yah berasal. Disusul kemudian oleh kedua kakaknya, para putra serta pewaris Rokok Kretek Djagad Raya ini menelusuri jejak keberadaan Jeng Yah yang ternyata terkait dengan sejarah perusahaan rokok di masa lalu. Tanpa menyadari bahwa perjalanan mereka justru akan menguak sebuah rahasia kelam yang disembunyikan sekian tahun, demi ketamakan serta perebutan kekuasaan, pengkhianatan serta penipuan dilakukan, meninggalkan banyak korban.

Jika ada yang mengatakan pelajaran sejarah adalah sebuah topik yang membosankan, maka kemungkinan sang guru sejarah bisa ‘belajar’ melalui sang penulis, karena alih-alih bosan dan jenuh, diriku tenggelam dalam penggambaran kehidupan para pembuat rokok kretek, mulai dari proses awal seperti pengeringan, pemberian ‘bumbu’ (ya benar, rokok yang ‘sedap’ harus diracik dan dibumbui dengan bumbu-bumbu tertentu), bahkan dilinting (digulung dengan tangan) dan dilem dengan ludah, ternyata membuat sebuah rokok lebih ‘special’ dan bisa berharga mahal. Bayangkan !! Penulis bahkan bisa memasukkan unsur-unsur kepercayaan pada jaman dahulu, seperti kelahiran bayi oleh bidan khusus dan harus ditunggui ari-arinya selama beberapa hari. 

Dan ini dipadu dengan fakta sejarah mulai era penjajahan Belanda, masuknya Jepang hingga menjelang Kemerdekaan RI serta permberontakan G30S PKI. Ouww .... bagaikan memasuki dunia yang berbeda. Apalagi saat kisah perjalanan Dasiyah – anak gadis Idroes Moeria, yang merupakan pengusaha pelopor pembuatan pabrik kretek terbesar pada jaman itu. Sedemikian menariknya kisah di masa lampau ini, membuat diriku sedikit kecewa setiap saat penulis ‘menarik’ diriku kembali ke masa kini, kembali pada perjalanan ketiga putra Soeraja. Malahan jika diperbolehkan mengganti ‘channel’ seperti saat menonton televisi, maka diriku akan menetap dan melihat khusus kisah perjalanan cikal-bakal serta keturunan keluarga Dasiyah (^_^)

~ Iksaka Banu ~source ]
Sebelum menutup kisah yang menakjubkan ini, ada satu hal lagi yang membuatku sangat suka dengan “Gadis Kretek” --- ilustrasi yang dibuat oleh Iksaka Banu sungguh-sungguh sangat bagus, beliau mampu menangkap maksud penulis dan membuat desain yang tepat dengan tema dan tujuan kisah ini. Dengan warna dominan kecoklatan, mengingatkan kesan tempo dulu, mulai dari sampul depan hingga ilustrasi isi hitam-putih, sungguh, diriku sebagai pembaca sangat ‘dimanja’ dengan berbagai sentuhan yang terkemas dalam novel ini. Terima kasih atas terciptanya suatu karya seni serta kolaborasi yang menarik untuk disimak lebih lanjut, jika ada kesempatan akan karya lain di kemudian hari ... 

Tentang Penulis : 

source ]
Ratih Kumala, lahir di Jakarta, tahun 1980. Ia telah menerbitkan beberapa karya fiksi, di antaranya Tabula Rasa (novel, 2004), Genesis (novel, 2005), Larutan Senja (kumpulan cerpen, 2006), dan Kronik Betawi (novel, 2009). Gadis Kretek adalah karyanya yang ke-5. Jika Kronik Betawi ide dasarnya diambil dari akar keluarga almarhum papahnya, maka Gadis Kretek diambil dari akar keluarga mamahnya. Tak hanya fiksi, ia juga menulis skenario untuk televisi. Ia tak pernah alpa percaya bahwa dirinya adalah penulis profesional yang bisa menulis (dan mempelajari) genre tulisan apa pun. Kini Ratih hidup di Jakarta bersama suaminya yang juga penulis, Eka Kurniawan, serta putri mereka, Kidung Kinanti Kurniawan. Ia bisa dikunjungi di http://ratihkumala.com dan sapa ia di akun twitter @ratihkumala. 

Best Regards, 

Books "A SINGLE SHARD"



Judul Asli : A SINGLE SHARD
[ Winner of 2002 Newbery Award ]
Copyright © by Linda Sue Park
Penerbit Atria
Alih Bahasa : Maria M. Lubis
Editor : Fenty Nadia & Ida Wajdi
Illustrasi : Indra Bayu
Desain Cover  : Aniza Pujiati
Cetakan I : Maret 2012 ; 196 hlm 

source ]
Kisah ini berawal di sebuah desa kecil di pantai barat Korea, sekitar pertengahan abad ke-12. Tentang seorang pemuda yang disebut sebagai ‘Tree-ear’ atau jamur kuping, ia diberikan nama serupa dengan jamur keriput dan berbentuk setengah lingkaran yang mampu tumbuh di batang-batang pohon mati atau tumbang, muncul dari kayu lapuk tanpa benih semaian. Sebatang kara semenjak kanak-kanak ketika terjadi wabah penyakit di desanya. Semula ia hendak dirawat oleh para rahib di kuil, namun ketika tiada yang sanggup, maka Crane-man, seorang tunawisma yang cacat kaki, bersedia merawatnya hingga dewasa. Meski tinggal di bawah jembatan dan mencari makanan dari sisa-sisa yang makanan yang terbuang, Crane-man mengajarkan budi pekerti serta kehormatan harga diri kepada Tree-ear, agar tidak pernah melakukakan perbuatan tercela.

“Mencuri dan mengemis membuat seorang manusia tidak lebih baik daripada seekor anjing.”
“Pekerjaan memberikan harga diri kepada seorang manusia, sementara mencuri memusnahkannya.”
[ from "A Single Shard" by Linda Sue Park | p. 6-7 ]

source ]
Di sela-sela waktunya, Tree ear suka mengamati Min – pembuat Keramik terbaik di desa Ch’ulp’o, hasil karyanya terkenal seantero Korea, karena keindahan serta keunikan yang tak bisa ditiru oleh pembuat Keramik lainnya. Dan saat suatu hari Tree ear memberanikan diri untuk melihat hasil karya Min dari dekat, tanpa sengaja ia memecahkan salah satu diantaranya. Demi menebus kesalahan, Tree ear menawarkan jasa untuk bekerja tanpa bayaran kepada Min. Di mulai dari mencari kayu sebagai bahan bakar tungku pembuatan keramik, hingga akhirnya Tree ear diperbolehkan mencari dan menggali tanah liat bahan utama pembuatan keramik yang bagus. 

source ]
Kerja keras dan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh Tree ear membuahkan kepercayaan dari pihak Min, terutama sang istri yang baik hati. Kehidupan sehari-hari Tree ear serta Crane-man mulai sedikit membaik, terutama dengan adanya asupan makanan secara rutin, sebagai pengganti jasa  Tree ear. Hingga saat muncul pengumuman adanya sayembara pemilihan keramik terbaik yang akan dipilih oleh wakil Kerajaan. Hal ini bukan saja penghargaan serta kehormatan, tetapi sang pemenang akan terjamin masa depannya, karya-karyanya akan di tempatkan di lingkungan Kerajaan, di hadapan para bangsawan petinggi serta Sang Penguasa. 

source ]
Semua Pembuat Keramik bekerja keras, berlomba membuat keramik terbaik dan tiada duanya. Tree ear yakin akan kemampuan Min, bahwa beliau pasti dapat memenangkan sayembara ini. Saingan Min hanya ada satu orang bernama Kang, yang memiliki keunikan tersendir pada keramik hasil karyanya. Dari awal Min sangat ambisius dan membuat suatu eksperimen yang belum pernah dicoba sebelumnya, dengan menggunakan bahan yang tidak biasa pula. Tree ear dengan rasa takjub, sekaligus penasaran, menanti hingga tiba hari di mana keramik-keramik itu akan dinyatakan siap untuk disajikan dalam pameran khusus bagi wakil Kerajaan yang akan datang ke desa Ch’ulp’o. Namun saat hari yang ditentukan, keramik-keramik Min sebagian besar dihancurkan oleh dirinya sendiri --- karena dianggap tidak layak, terjadi cacat produksi saat pembuatannya. 

source ]
Sang wakil Kerajaan adalah ahli dalam penilaian kualitas keramik, dan beliau melihat dari contoh karya Min (yang tidak banyak karena sebagian besar sudah dihancurkan karena Min adalah seniman yang perfeksionis), bahwa ada ‘sesuatu’ yang berbeda pada karya ini. Maka beliau menyampaikan pesan, bahwa jika Min mampu mengirimkan contoh lain dari karya terbaiknya ke  Kerajaan, maka beliau akan memastikan untuk ‘membantu’ pemesanan karya-karya Min lainnya. Min yang sudah merasa lanjut usia, menyatakan takkan sanggup menempuh perjalanan jauh dari desa menuju ibukota. Tree ear yang ‘mendengarkan’ diskusi ini, memutuskan membantu dan bersedia pergi mengirim hasil karya Min ke Ibukota. 

Tree ear – pemuda pendiam, tak pernah bepergian kecuali di sekitar desanya. Tak memiliki kemampuan serta keahlian khusus, namun memiliki kejelian serta jiwa seni keramik serta tekad tinggi guna mencapai tujuannya. Ia harus pergi meninggalkan wilayah yang dikenalnya, menempuh perjalanan jauh, seorang diri, tanpa mengetahui secara persis di mana letak Ibukota. Ia bahkan harus meninggalkan Crane-man, yang sudah dianggap sebagai pengganti orang tuanya. Tree ear berangkat menyongsong dunia yang tak pernah ia kenal, dan mengalami musibah besar, yang menyebabkan Keramik khusus persembahan bagi Kerajaan rusak parah ... apa yang harus dilakukan olah Tree ear ? Kembali menempuh perjalanan pulang dengan kegagalan, atau bertekad maju dengan segala keyakinan dan segenggam penuh harapan di pundaknya ?

Sebuah kisah perjuangan yang manis, jujur, dan sangat menyentuh, dituturkan dengansepenuh hati oleh penulis yang memiliki kecintaan akan kisah-kisah kehidupan di sekelilingnya. 

Tentang Penulis :
Linda Sue Park adalah putri dari pasangan imigran dari Korea yang datang dengan penuh impian ke Amerika. Berbekal tekad dan kemampuan bahasa Inggris seadanya, mereka tinggal di Chicago, Illinois. Sang ibu mengajarkan pada sang putri yang baru berusia empat tahun, alfabet secara fonetik dengan sistem kartun satu halaman, dan alhasil ketika Linda memasuki sekolah taman kanak-kanak, ia satu-satunya anak yang sudah bisa membaca. Dan setiap dua minggu sekali dalam sebulan, pada Sabtu pagi, sang ayah akan mengajak anak-anaknya ke perpustakaan kota, dan meminjam berbagai literatur bacaan anak-anak Amerika, berkat rekomendasi pamflet dan brosur buku-buku pilihan terbitan ALA yang secara teratur dikumpulkan oleh sang ayah. Maka tak heran kecintaannya pada dunia literatur berakar sangat kuat pada diri si gadis cilik bernama Linda Sue Park hingga ia dewasa. 

~ "A Single Shard" adaptation by Seattle Children's Theatre ~source ]
Novel pertamanya berjudul Seesaw Girl, menunjukan pengaruh budaya Amerika yang telah dijalani, namun tetap menampilkan aspek serta kultur-budaya Korea. Dan keinginan untuk menciptakan karya tulis bagi anak-anak dengan memperkenalkan budaya serta peninggalannya, sesuatu yang sudah banyak dilupakan oleh generasi muda ... mendorongnya menulis “A Single Shard” – yang berlatar belakang sejarah seni pembuatan keramik Korea yang terkenal hingga kini. Keramik Korea pada abad ke-11 hingga ke-12 merupakan keramik terindah di dunia, jauh sebelum Keramik Cina muncul. Salah satunya adalah jenis yang disebut keramik seladon yang mampu memberikan tekstur pasir dengan gradasi warna yang menarik. Hingga kini peninggalan keramik seladon ini tersimpan di museum-museum khusus, merupakan keramik yang dicari oleh kolektor sedunia, bukan saja karena keindahannya yang unik, tetapi juga karena saat ini tidak ada seniman yang mampu membuatnya, dengan tehnis serupa.

Ingin mengenal lebih jauh tentang penulis serta karya-karyanya, silahkan berkunjung ke : situs LindaSuePark

[ masuk dalam Historical Fiction Challenge 2012 by Hobby Buku ]

Best Regards, 

Books "THE MOONSTONE"


Judul Asli : THE MOONSTONE
Copyright © by Wilkie Collins, 1868
Penerbit Bukuné
Alih Bahasa : Gema Mawardi
Editor : Dewi Fita ; Syafial Rustama
Desain Sampul : Gita Mariana
Cetakan I : Mei 2012 ; 676 hlm

[ Prolog ]
source ]
Dikutip dari catatan Arsip Keluarga Herncastle, tentang peristiwa penyerbuan Istana Seringapatam, India pada tanggal 4 Mei 1799 oleh pasukan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Baird, dan topik yang akan dibicarakan adalah tentang legenda Berlian Kuning atau yang dikenal sebagai Batu Bulan (Moonstone).  Kisah Batu Bulan sudah dimulai semenjak abad 11 Masehi, di mana batu ini merupakan salah satu harta yang terletak di dahi patung dewa Bulan, tersimpan di kuil suci umat Hindu India, lolos dari peperangan dan penjarahan, hingga pada akhirnya demi kemanan, batu ini dipindahkan ke kuil di kota lain yang dijaga tanpa henti oleh 3 orang Brahmana pilihan atas perintah Dewa Wisnu. Semenjak itu beberapa generasi penerus Brahmana sebagai penjaga dan pengawas, tetap setia menunaikan kewajiban mereka. Dan akhirnya pada serangan di Istana Seringapatam – tempat terakhir Batu Bulan berada, terjadi pembantaian para penghuni Istana serta tanpa dicegah, penjarahan harta benda. Sang penulis adalah saudara sepupu John Herncastle, yang tanpa sengaja memergoki pembunuhan  3 orang serdadu India oleh beliau, dan salah seorang yang bertahan hidup lebih lama mengucapkan sebuah  sebuah kutukan kepada John Herncastle, “Batu Bulan akan membalaskan dendamnya kepadamu dan keluargamu !”

[ Background Story ]
source ]
Lord Herncastle menikah dengan sang istri yang meninggal-dunia lebih dahulu,  memiliki 2 putra dan 3 putri. Yang pertama Arthur Herncastle – sang pewaris dan penerus keluarga, namun meninggal dalam usia relatif muda, kemudian putra kedua John Herncastle – yang menjadi ‘kambing hitam’ keluarga karena keliaran serta tingkah lakunya selama mengikuti pertempuran demi pertempuran. Dan ketika akhirnya beliau kembali ke Inggris dengan pangkat Letnan Kolonel, berita tentang ‘Batu Bulan’ membuatnya dijauhi masyarakat serta keluarganya yang masih ada. Putri tertua, Adelaide menikah dengan Mr. Blake yang memiliki ambisi mengalahkan dan mengambil posisi Duke of England. Istri dan putra-putranya meninggal, hanya ada satu yang masih hidup, Franklin Blake, yang langsung dikirim ke Jerman, Perancis, dan Italia untuk belajar serta menghabiskan waktu hingga dewasa. Kemudian putri kedua, Caroline yang memberontak, menikah dengan Mr. Ablewhite – bankir kaya dari Frizinghall, namun berasal dari status sosial yang rendah.  Putra mereka Godfrey Ablewhite akan menjadi penerus serta mempelajari masalah hukum. Putri bungsu Julia menikah dengan Sir John Verinder, yang semakin menaikkan status sosial keluarga mereka, dan memiliki putri tunggal yang menarik bernama Rachel Verinder.

[ The Beginning ]
source ]
Letnan Kolonel John Herncastle yang telah kembali dan bermukim di Inggris, tetap menjalani kehidupan pribadi yang aneh dan nyentrik. Tiada satu pun kenalan apalagi kerabat yang bersedia ‘menjatuhkan’ martabat serta status sosial mereka dengan bergaul dengan beliau. Maka sungguh mengherankan pada saat pesta ulang tahun Rachel Verinder yang ke -16, beliau datang tanpa diundang. Lady Julia Verinder menolak kehadiran kakak yang terbuang itu, dan memerintahkan Gabriel Betteredge – sang kepala pelayan untuk ‘menyingkirkan’ beliau. John Herncastle adalah sosok yang aneh dan licik. Ia membuat suatu rencana, yang akan membalas perlakuan adiknya beserta seluruh kerabat yang mengucilkannya. Ia membuat suatu perangkap, berupa warisan kepada kemenakannya Rachel, yaitu Batu Bulan yang ditakuti karena kutukan yang menyertainya. Memanfaatkan ambisi Mr. Blake, beliau mengatur agar Batu Bulan diterima oleh Rachel, tanpa seorang pun anggota keluarga lain mampu mencegah kecuali melaksanakan setiap petunjuk dalam warisan tersebut.

[ Main Story ]
source ]
Pada tanggal 21 Juni 1848, tepat pada pesta peringatan ulang tahun Rachel Verinder – putri tunggal Lady Julia Verinder dan almarhum Sir John Verinder, ia memperoleh warisan tak ternilai dari almarhum pamannya, John Herncastle, berupa berlian raksasa yang sangat menarik, yang disebut sebagai Batu Bulan. Adapun yang membawa dan memperoleh mandat untuk menyerahkan warisan itu adalah Franklin Blake – saudara sepupu Rachel, yang baru kembali dari keliling Eropa, sudah hampir sebulan tinggal di kediaman Verinder di Yorkshire. Pesta yang meriah itu dihadiri pula oleh keluarga Ablewhite ( Mr. & Mrs. Ablewhite, kedua putri mereka, dan Godfrey Ablewhite), Mr. Candy – dokter wilayah Frizinghall, Mr. Murthwaite – seorang penjelajah India ternama. Ini adalah nama-nama tamu yang memiliki peran penting pada peristiwa berikutnya. Batu Bulan yang disematkan pada gaun Rachel menarik perhatian banyak tamu, berbagai tanggapan pro dan kontra menyelimuti suasana pesta. Namun ketegangan yang ditimbulkan oleh ‘isu dan rumor’ tentang adanya pihak-pihak tertentu yang berniat ‘mengambil’ Batu Bulan dengan cara apa pun. Apalagi mengingat kisah kutukan yang menyertai pemegang Batu Bulan. Maka pada saat malam menjelang dan para tamu pulang ke kediaman masing-masing, penjagaan keamanan di sekeliling kediaman Verinder diperketat. Namun betap terkejutnya para penghuni kediaman tersebut saat pagi menjelang, Batu Bulan yang tersimpan di lemari di kamar tidur Rachel Verinder ‘hilang’ ---lenyap tanpa jejak satu pun.

[ Problem ]
source ]
Batu Bulan tetap hilang tanpa jejak, meski pihak kepolisian telah dengan cermat memeriksa dan menyelidiki setiap sudut kediaman Verinder. Bahkan ketika Franklin Blake meminta bantuan ayahnya yang memiliki kenalan dan koneksi, khusus mendatangkan Sersan Cuff – polisi terkenal yang mampu memecahkan berbagai misteri yang sangat sulit. Ketika Sersan Cuff muncul, penampilannya tidak terlalu mengesankan, sosok tua nan kurus, bertutur halus, dan sangat suka dengan topik yang berhubungan dengan tanaman, alih-alih sosok pihak berwajib yang angker dan menakutkan. Namun dalam sekejab, terbukti ia mampu melihat ‘sesuatu’ yang tak diperhatikan oleh orang-orang, petunjuk demi petunjuk yang mengarah pada sebuah rahasia seseorang. Dan sebelum rahasia itu terungkap, Batu Bulan tidak akan bisa ditemukan. Sedangkan para tersangka utama, ketiga orang India yang terlihat selama beberapa hari sebelumnya, memiliki alibi kuat saat pencurian terjadi. Anehnya Rachel Verinder – sang korban pencurian, justru bergegas pergi meninggalkan kediamannya, setelah memutuskan hubungan pertunangan dengan Franklin Blake, yang karena patah hati, penuh kemarahan, memutuskan kembali berkeliling Eropa, meninggalkan Inggris. Misteri semakin bertambah dengan lenyapnya Rosanna Spearman – pelayan keluarga Verinder yang memiliki masa lalu kelam, yang semenjak kedatangan Franklin Blake bertingkah laku sangat aneh....hingga ia diduga tewas bunuh diri, tenggelam di area pasir hisap The Shivering Sand.

[ Questions ]
source ]
Dan bagaimana Sersan Cuff bisa meneruskan penyelidikan jika Rachel Verinder justru menolak semua pertanyaan dan permintaan Sersan Cuff untuk bertemu ? Mengapa Lady Julia Verinder justru meminta Sersan Cuff menghentikan penyelidikan dan bersedia membayar penuh biaya penyelidikan tanpa hasil ? Mengapa Rosanna Spearman bertingkah laku aneh terutama terhadap Franklin Blake ? Dan mengapa pula ia nekad bunuh diri dengan cara yang tragis ? Siapakah ketiga orang India yang muncul sebelum peristiwa tragis ini terjadi ? Apakah benar bahwa kutukan Batu Bulan akan menimpa siapa saja yang 'bersalah' memilikinya, karena benda itu hasil curian dari kuil suci ?

~Cuff&Betteredgesource ]
Kesan :
Buku ini menarik perhatianku karena termasuk dalam daftar 1001 Book-To-Read-Before-Die serta memperoleh pujian sebagai novel pertama yang menginspirasi penulisan novel-novel detektif terkenal, seperti Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle. Kisah ini semula merupakan bagian dari sebuah serial yang dimuat dalam Charles Dickens’s All the Year Round, dan baru dipublikasikan pada tahun 1868 dalam bentuk novel. Sedangkan karya Edgar Allan Poe ‘The Murders in the Rue Morgue’ dipublikasikan terlebih dahulu pada tahun 1841, menyusul ‘The Mystery of  Marie Rogêt' (1842) dan ‘The Purloined Letter’ (1845). Namun menurut beberapa pengamat, termasuk penulis terkenal T.S. Eliot mengatakan bahwa ‘The Moonstone’ merupakan pendahulu dalam penulisan ‘modern mystery’ dan ‘suspense’ novel, karena karya Poe berupa cerita pendek.

source ]
‘The Moonstone’ merupakan novel yang termasuk dalam kategori ‘sensational novel’ pada era tersebut, yang saat ini dikenal sebagai kisah detektif dan thriller. Dibuat dalam bentuk ‘epistolary novel’ yaitu sebuah novel yang ditulis berdasarkan rangkaian dokumen, yang biasanya berbentuk surat menyurat, namun bisa pula berupa tulisan harian (diary), kliping surat kabar atau rangkaian dokumen. Pada era modern, dokumen elektronik seperti hasil rekaman, siaran radio, tulisan dalam blog bahkan rangkaian e-mail pun bisa digunakan. Penyampaian dalam format ‘epistolary’ ini mampu memberikan ‘nuansa’ yang lebih hidup pada sebuah kisah, karena mampu menyajikan kondisi kenyataan yang terjadi. Selain itu, cara ini mampu menunjukkan berbagai pandangan (point of view) dari berbagai narator tanpa saling mengganggu alur kisah.

source ]
Menggunakan beberapa narator, Gabriel Betteredge – kepala pelayan keluarga Verinder ; Drusilla Clack – sepupu jauh Rachel Verinder, wanita miskin yang mengabdi pada kehidupan Kristiani, Mr. Bruff – pengacara keluarga Herncastle, Blake, Verinder ; Ezra Jenning – asisten Dr. Candy ; serta Mr. Murthwaite – penjelajah India kenamaan, maka bagaikan sebuah puzzle raksasa, satu demi satu kepingan disodorkan pada pembaca, membuat kita berusaha membentuk dan menyusun dengan tepat ... namun jangan berharap dapat langsung menemukan jawaban yang benar, karena banyak ‘jebakan’ serta ‘tipuan’ yang justru mengarahkan kita pada alur yang berbeda.

Sebagai sebuah kisah misteri yang cukup klasik, kisah ini sangat menarik untuk disimak lebih jauh. Satu-satunya kendala atau hal yang memperlambat proses membaca ini, karena ditulis dengan gaya klasik yang sedikit berputar-putar, sering kali butuh kesabaran ekstra untuk tidak segera ‘melewatkan’ kalimat demi kalimat. Apalagi font edisi terjemahan ini sangat kecil (kemungkinan menggunakan font 8 ), lumayan membuat pandangan kabur setelah sekian lama. Dan adanya gangguan berupa ‘typo’ di sana-sini serta beberapa kalimat yang kurang tepat (kemungkinan dari terjemahannya). Saranku jika Anda berminat membaca novel ini (terutama edisi terjemahan), bersabarlah (^_^) karena semakin dalam, semakin menarik dan novel ‘The Moonstone’ layak menempati posisi dalam daftar 1001 Book To Read Before Die ....

Tentang Penulis :
William Wilkie Collins ( 8 Januari 1824 – 23 September 1889 ) adalah penulis terkenal di abad 19 asal Inggris, seorang novelis (epistolary novelis), penulis naskah, serta berbagai cerita pendek. Beliau terkenal pada era Victorian, menghasilkan lebih dari 30 novel, 60 cerita pendek, 14 naskah drama dan  100 artikel non fiksi. Namun yang paling terkenal adalah ‘The Woman in White’, ‘The Moonstone’, ‘Armadale’, dan ‘No Name’.

source ]
Menjadi sahabat karib Charles Dickens, sehingga sebagian besar karyanya dipublikasi pertama kali lewat Jurnal yang dikeluarkan oleh Dickens, di antaranya ‘All the Year Round’ dan ‘Household Words’. Keduanya sering berkolaborasi lewat berbagai drama dan artikel-artikel fiksi, bahkan naskah beliau paling sering diperankan dalam perusahaan akting milik Dickens.

~Mystery Masterpiece The Moonstone~ [ source ]
Melalui karyanya ‘The Moonstone’ beliau memperoleh predikat sebagai penggagas ide untuk penulisan novel misteri, suspense dan detektif, dengan memberikan beberapa poin serta elemen dasar yang banyak digunakan dalam novel-novel genre ini, seperti : tokoh profesional / tenaga ahli ; pembunuhan di dalam ruangan tertutup ; banyaknya tersangka palsu ; tersangka yang tak terduga ; ‘red herrings’ ; rekonstruksi peristiwa kejahatan ; ending yang tak terduga.

'The Moonstone' telah diadaptasi sebagai film layar lebar, pertama kali pada tahun 1934, kemudian sebagai bagian siaran radio pada tanggal 11 Maret 1945, dan adaptasi serial TV oleh BBC Inggris (1959),  oleh PBS Amerika (1972), dan kolaborasi BBC dengan Amerika (1996) dibintangi oleh Greg Wise (sebagai Franklin Blake) dan Keeley Hawes (sebagai Rachel Verinder). Di tahun 2011, BBC Radio membuat serial kisah ini sepanjang 4 jam penayangan untuk program Classic Serial. Program terbaru dari BBC adalah sebuah miniseri yang terdiri dari 3 episode dengan durasi masing-masing 1 jam, yang akan ditayangkan pada perayaan Natal 2012 nanti.

[ sumber : situs wikipedia ]

Best Regards, 



EVENT "Posting Bersama BBI Agustus 2012" Tema : List '1001 Book To Read Before Die'

[ Linky is close now ]

List of participants of this event : 

  1. Hobby Buku | The Moonstone 
  2. Hobby Buku | The End Of The Affair 
  3. Tezar | Perfume 
  4. Tezar | 1984 
  5. Astrid | Never Let Me Go
  6. Dani | The Catcher In The Rye
  7. Fanda | Germinal
  8. Rose Mary | Oliver Twist
  9. Alvina | Therese Raquin
  10. Melisa | 1984
  11. Annisa | Brave New World
  12. Sulis | Life of Pi
  13. Busyra | Under The Net
  14. Ally | Alice In Wonderland
  15. Ana | The Curious Incident of The Dog In The Night Time
  16. Mia | The Hobbit
  17. H Tanzil | Middlesex
  18. Stefanie | Le Petit Prince
  19. Dion | Treasure Island
  20. Oky | The Count of Monte Cristo
  21. Ferina | The Lord of The Ring : The Fellowship of the Rings
  22. Jun | Do Android Dream of Electric Sheep ?
  23. Helvry | Max Havelaar
  24. Luckty | Veronika Decides To Die
  25. Review Buku | The Reader
  26. Peni | To Kill A Mockingbird
  27. Ren | The Hobbit
  28. Desty | Breakfast At Tiffanys
  29. Lila | The House of The Spirit
  30. Matris | Of Mice and Men
  31. A.S. Dewi | Kitchen
  32. Fadhilatulip | Kamus Khazar
  33. Jamal | A Christmas Carol
  34. Priska | Little Women
  35. Rati | Keep The Aspidistra Flying