WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Friday, August 31, 2012

Books "GADIS KRETEK"



Judul Asli : GADIS KRETEK
Penulis : Ratih Kumala
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Editor : Mirna Yulistianti
Desain & Ilustrasi Isi : Iksaka Banu
Cetakan I : Maret 2012 ; 276 hlm 


Awal Maret kemarin salah seorang teman menunjukkan sebuah ‘cover’ sampul buku yang akan rilis, sekilas kukira kisah tentang Ibu Kartini (maklum dari hanya melihat sekilas), karena suka dengan kisah sejarah, maka ku-iyakan saja pre-order buku ini. Dan ternyata saat menerima bukunya, lho judulnya “Gadis Kretek” ...berarti pasti tentang rokok – sesuatu yang sangat tidak aku sukai. Tetapi ada pepatah mengatakan ‘don’t judge by its cover’ atau ‘jangan menilai hanya berdasarkan tampilan luarnya’, selidiki dahulu kebenaran isinya, maka setelah sekian bulan terlupakan, kuraih buku ini dan memulai kisahnya ...

Ternyata sangat menarik !!! Walau tidak pada awal-awal kisah, justru menjelang separuh buku, kisah tentang pergulatan dan perjuangan hidup manusia dengan menggunakan latar belakang budaya serta sejarah bangsa Indonesia, semakin mencekam dengan ketegangan sekaligus pembelajaran --- setidaknya diriku belajar tentang hal-hal baru, tentang sejarah pembuatan rokok, walau produknya tak kusukai secara pribadi, tapi proses yang dilakukan pasti ‘mengundang selera’ kebanyakan orang untuk menyimak lebih dalam. 

Kisah yang dibuka dengan kondisi Bp. Soeraja – pemilik Rokok Kretek Djagad Raja yang terkenal, beliau sakit keras dan boleh dikatakan ‘tinggal-menunggu-waktu’. Maka tak heran jika ketiga putranya Tegar, Karim dan Lebas segara dipanggil menengok sang ayah. Ternyata selain kesakitan, beliau juga ‘menderita’ sesuatu, karena beberapa kali mengigau, menyebut nama seorang wanita yang dipanggilnya Jeng Yah. Anehnya tiada yang mengetahui siapa wanita yang disebut-sebut dalam kondisi setengah sadar itu. Maka demi membantu ‘kelancaran-perjalanan’ sang ayah yang bersiap-siap berangkat ke ‘tempat lain’ – ketiga putranya sepakat untuk mencari tahu siapakah Jeng Yah sebenarnya.

Berbekal sedikit petunjuk dari sang ayah, Lebas – putra ketiga berangkat terlebih dahulu menuju kota Kudus, tempat dimana Jeng Yah berasal. Disusul kemudian oleh kedua kakaknya, para putra serta pewaris Rokok Kretek Djagad Raya ini menelusuri jejak keberadaan Jeng Yah yang ternyata terkait dengan sejarah perusahaan rokok di masa lalu. Tanpa menyadari bahwa perjalanan mereka justru akan menguak sebuah rahasia kelam yang disembunyikan sekian tahun, demi ketamakan serta perebutan kekuasaan, pengkhianatan serta penipuan dilakukan, meninggalkan banyak korban.

Jika ada yang mengatakan pelajaran sejarah adalah sebuah topik yang membosankan, maka kemungkinan sang guru sejarah bisa ‘belajar’ melalui sang penulis, karena alih-alih bosan dan jenuh, diriku tenggelam dalam penggambaran kehidupan para pembuat rokok kretek, mulai dari proses awal seperti pengeringan, pemberian ‘bumbu’ (ya benar, rokok yang ‘sedap’ harus diracik dan dibumbui dengan bumbu-bumbu tertentu), bahkan dilinting (digulung dengan tangan) dan dilem dengan ludah, ternyata membuat sebuah rokok lebih ‘special’ dan bisa berharga mahal. Bayangkan !! Penulis bahkan bisa memasukkan unsur-unsur kepercayaan pada jaman dahulu, seperti kelahiran bayi oleh bidan khusus dan harus ditunggui ari-arinya selama beberapa hari. 

Dan ini dipadu dengan fakta sejarah mulai era penjajahan Belanda, masuknya Jepang hingga menjelang Kemerdekaan RI serta permberontakan G30S PKI. Ouww .... bagaikan memasuki dunia yang berbeda. Apalagi saat kisah perjalanan Dasiyah – anak gadis Idroes Moeria, yang merupakan pengusaha pelopor pembuatan pabrik kretek terbesar pada jaman itu. Sedemikian menariknya kisah di masa lampau ini, membuat diriku sedikit kecewa setiap saat penulis ‘menarik’ diriku kembali ke masa kini, kembali pada perjalanan ketiga putra Soeraja. Malahan jika diperbolehkan mengganti ‘channel’ seperti saat menonton televisi, maka diriku akan menetap dan melihat khusus kisah perjalanan cikal-bakal serta keturunan keluarga Dasiyah (^_^)

~ Iksaka Banu ~source ]
Sebelum menutup kisah yang menakjubkan ini, ada satu hal lagi yang membuatku sangat suka dengan “Gadis Kretek” --- ilustrasi yang dibuat oleh Iksaka Banu sungguh-sungguh sangat bagus, beliau mampu menangkap maksud penulis dan membuat desain yang tepat dengan tema dan tujuan kisah ini. Dengan warna dominan kecoklatan, mengingatkan kesan tempo dulu, mulai dari sampul depan hingga ilustrasi isi hitam-putih, sungguh, diriku sebagai pembaca sangat ‘dimanja’ dengan berbagai sentuhan yang terkemas dalam novel ini. Terima kasih atas terciptanya suatu karya seni serta kolaborasi yang menarik untuk disimak lebih lanjut, jika ada kesempatan akan karya lain di kemudian hari ... 

Tentang Penulis : 

source ]
Ratih Kumala, lahir di Jakarta, tahun 1980. Ia telah menerbitkan beberapa karya fiksi, di antaranya Tabula Rasa (novel, 2004), Genesis (novel, 2005), Larutan Senja (kumpulan cerpen, 2006), dan Kronik Betawi (novel, 2009). Gadis Kretek adalah karyanya yang ke-5. Jika Kronik Betawi ide dasarnya diambil dari akar keluarga almarhum papahnya, maka Gadis Kretek diambil dari akar keluarga mamahnya. Tak hanya fiksi, ia juga menulis skenario untuk televisi. Ia tak pernah alpa percaya bahwa dirinya adalah penulis profesional yang bisa menulis (dan mempelajari) genre tulisan apa pun. Kini Ratih hidup di Jakarta bersama suaminya yang juga penulis, Eka Kurniawan, serta putri mereka, Kidung Kinanti Kurniawan. Ia bisa dikunjungi di http://ratihkumala.com dan sapa ia di akun twitter @ratihkumala. 

Best Regards, 

1 comment :

  1. Hahaa...betul! Aku lebih pengen ngikutin perjalanan hidup tokoh2 di masa lampau ketimbang membaca ttg Lebas dkk. Gadis Kretek ini adalah historical fiction karya anak negeri yg paling aku suka (selama ini), karena mampu menghibur sekaligus mempelajari sejarah.

    ReplyDelete