Judul Asli : DAISY MILLER
Copyright © by
Henry James
Alih Bahasa : Shita
Athiya
Editor : Sandiantoro
Penerbit Liris
Desain sampul : Andy
FN
Cetakan I :
Januari 2011 ; 112 hlm
[ Review in
Indonesia & English ]
Kisah ini tentang pertemuan
seorang pemuda berusia 27 tahun asal Amerika bernama Winterbourne, yang sedang
berlibur dan mengunjungi bibinya di kota Vevey, dekat Telaga Jenewa, Swiss,
dengan seorang gadis cantik dan menarik bernama Daisy Miller. Kecantikan Daisy
sangat luar biasa, membuat para pria, tua dan muda tertarik untuk berkenalan dengannya.
Daisy, yang aslinya bernama Annie P. Miller sedang berlibur bersama sang ibu
dan adik laki-laki yang lincah, Randolph C. Miller. Mereka adalah keluarga dari
Ezra B. Miller, pengusaha kaya raya dari kota Schenectady, New York, Amerika.
[ source ] |
Winterbourne bukan hanya
tertarik, melainkan benar-benar terpikat oleh gaya Daisy yang santai,
blak-blakan dan berbuat semaunya dengan gaya yang memikat. Ketika Winterbourne
berniat memperkenalkan Daisy serta keluarganya kepada sang bibi, Nyonya
Costello – janda kaya raya, istri mantan pembesar dan tentunya memiliki
pengaruh di kalangan sosial klas atas, di luar dugaan sang bibi menolak
mentah-mentah. Winterbourne yang terpesona akan daya tarik Daisy, mau tidak mau
mengakui, kekurangan yang ada pada keluarga Miller, yang menyebabkan sang bibi
dan masyarakat kelas atas di Eropa,
tidak bersedia mengenal mereka lebih dekat.
Sudah menjadi pemahaman bahwa bangsa Amerika lebih bebas dalam berekspresi dan dalam pergaulan dibandingkan kalangan Eropa. Tetapi keluarga Miller, terutama Daisy, dianggap melewati batas kesopanan dan aturan pergaulan yang berlaku. Mereka, seorang ibu, seorang gadis muda dan bocah laki-laki, bepergian keliling Eropa, tanpa pendamping pria, hanya ada seorang pelayan pria yang ‘berkelakuan’ setara dengan majikannya. Hal ini semakin menjadi bahan pergunjingan, ketika sang ibu membiarkan anak gadisnya, berjalan-jalan sendiri dan seringkali ditemani pria-pria asing. Bagi kaum terhormat, hal itu menunjukkan rendahnya pengetahuan serta pendidikan keluarga Miller, maka otomatis mereka tak berkenan untuk mengenal atau sekedar menyapa mereka.
[ source ] |
Winterbourne yang memahami
posisi kedua belah pihak, berusaha membantu keluarga Miller terutama Daisy,
agar ia tidak menjadi bahan pergunjingan serta cemoohan lebih lanjut. Akan
tetapi Daisy bukanlah gadis yang penakut, ia menentang melakukan sesuatu hanya
demi memuaskan kehormatan yang dijunjung masyarakat Eropa kelas atas. Ia
memiliki prinsip, bahwa tidak ada hal yang buruk atau senonoh berkaitan dengan
kegiatannya sehari-hari. Pertemanannya dengan kaum pria, terutama pria asing
(seperti bangsa Italia), adalah murni persahabatan. Winterbourne memahami
kepolosan serta kejujuran Daisy, tapi ia juga terbiasa dengan kehidupan
kalangan terhormat. Maka pertengkaran pun terjadi ketika Winterbourne berusaha
mendesak Daisy melakukan sesuatu yang akan dianggap hina oleh kaum terhormat.
My Random Though :
This is a story about
young beatiful girl, who had free spirit and enjoy the life. Daisy Miller not
only charming and pretty, she also very truthfull about everything.
Unfortunately that’s not excepted and appreciated by common people on high
society, and this girl with her family are marks as ‘not welcome’ in every
where the honorable people meets. While most of them talks about how shallow
this family, a young man named Winterbourne, whom happen meets and talk with
Daisy, her mother and her little brother, can understand why they act like
that. Not because Miller family had intention to do something outrages and
looking for gossip, but because simple they are didn’t know, and thinking every
body should act, think and talk freely.
[ source ] |
I think Miller family are
from hard working people, got their wealthyness from works not heritance like
the honorable people. And their from Amerika whon known much more free about
expresing them self (I remember reading about people from England who think American
people had no shame, and always talk louder, while the American thinks that
people from England are stiff and arogant). So when Winterbourne got good
intention to give a warning to this young girl, the reaction really surprise
him, ‘cause she thinks Winterbourne are good man but really stiff, arogant and
impolite, while he thinks he really do a good vavor to this girl.
This drama about people
who still judging every one that not act the same way like the rest of them. I
think Daisy is really a brave girl, stand-up for she believe and refuse to ‘pleasant’
others while her heart told the opposite direction. But this act are not follow
with wisdom, as many young people do. So because of the humiliting tragedy she
had to face, because of the act ‘speak the truth’ about her mind, she going
further on trying to do everything freely, against her safetyness and her
pride. She even get really intense argument with Winterbourne about her
careless act. And to complete the story,
the author close this drama with a tragedy too ...
Tentang Penulis :
[ source ] |
Henry James (1843 –
1916), adalah seorang penulis novel, drama, esai, serta kritikus asal Amerika,
dan merupakan salah satu tokoh sastra paling berpengaruh pada peralihan abad
ke-20. Dilahirkan di New York dari pasangan Irlandia dan Skotlandia, ia adalah
putra kedua dari lima bersaudara, keturunan Sir Henry James – seorang teolog
sekaligus filosof terkemuka pada masa itu. Sang ayah menganut pandangan teguh
tentang cara membesarkan anak-anaknya, sehingga mereka semua memperoleh
pendidikan dari seluruh penjuru dunia. Henry belajar secara privat di rumah
sampai tahun 1855, kemudian melanjutkannya di berbagai tempat, mulai dari
Jenewa, Paris, Bologna hingga Bonn. Pada tahun 1862, dia menuntut ilmu di
Harvard Law School, yang hanya bertahan selama 1 tahun.
Didorong oleh teman-teman
dan sesama penulis seperti William Dean Howells, dia mulai menulis artikel
serta tinjauan jurnal. Pada tahun 1869, dia menyadari bahwa lingkup pergaulan
di Amerika tidak bersahabat terhadap penulis yang memiliki bakat kreatif,
membuatnya tertarik untuk berkiprah di kalangan Eropa. Sembari berkelana ke
London, Paris dan Roma, dia melihat sosoknya sendiri sebagai penonton lepas
bagi panggung kehidupan, dan karyanya yang pertama berdasarkan pengalaman
hidupnya. Novel pertamanya ‘Roderick Hudson' (1875) tentang kegagalan seorang
pematung Amerika di Roma. Menyusul novel-novelnya yang menyoroti perbedaan serta
pengaruh antara kedua benua : The American (1877) dan The Europeans (1878).
~ Movie Adaptation (1974) ~ [ source ] |
Terpikat oleh kehidupan
intelektual serta hirarki sosial yang ditawarkan di Paris, ia sempat tinggal di
kota itu selama setahun, kemudian pada tahun 1876, ia memilih menetap di
London. Selam dekade ini, ia menghasilkan karya-karya yang menjadi sorotan,
seperti Daisy Miller (1879), A Portrait of a Lady (1882), The Bostonians (1886),
dan The Princess Casamassima (1886). Sambil menulis 20 novel dan hampir 100
cerita pendek, ia juga sempat menggubah beberapa naskah drama yang tidak
memperoleh respons bagus, sehingga ia kembali fokus pada penulisan fiksi,
menghasilkan What Maisie Knew (1897) dan The Golden Bowl (1904).
James menetap di London
hingga akhir 1890-an, kemudian pindah ke Lamb House di Rye, Sussex. Selain
populer di kalangan sastrawan Inggris, ia juga dikagumi ole para penulis muda.
Kesetiaannya pada semua hal yang berkaitan dengan Inggris, melekat erat pada
dirinya, hingga ia mutuskan menjadi warga negara naturalisasi pada tahun 1915
setelah Perang Dunia I mulai. Berbagai penghargaan ia terima, dan yang terbesar
saat ia dianugerahi Order of Merit. Salah satu karya kontroversial dan
menantang yang dihasilkannya The Turn of the Screw yang rilis dalam empat
bagian terpisah pada tahun 1898, hingga kini merupakan salah satu buku yang
wajib dibaca oleh pecinta sastra. Bahkan Oscar Wilde memberikan komentar khusus
atas karya ini :”Sebuah dongeng kecil yang paling indah, mengerikan, serta
berbisa.”. Henry James wafat pada tahun 1916.
Best Regards,
No comments :
Post a Comment