Judul
Asli : THE SWORD IN THE STONE
[
book 1 from THE ONCE and FUTURE KING
]
By T.H.
White
Copyright
© Lloyds
TSB Offshore Trust Co., Ltd, 1938
Indonesian edition copyright © by Mahda Books
Penerbit
: Media Klasik Fantasi ( a division of Mahda Books )
Alih Bahasa : Rahmawati Rusli
Editor : Nadya Andwiani
Sampul : Kebun Angan
Isi : Husni Kamal
Cetakan I : April 2011 ; 284 hlm
[ Review in Indonesia & English ]
Pernahkah Anda membaca kisah tentang King Arthur dan hubungannya
dengan Merlin – sang Penyihir dan Ilmuwan terkemuka, pembimbing sekaligus
penasehat King Arthur. Nah kali ini kisahnya juga mengenai tokoh-tokoh yang
telah disebutkan, tapi jangan heran jika ada sedikit perbedaan, karena ini
merupakan kisah fantasi, yang sangat menarik dan penuh kelucuan.
Pada jaman dahulu kala, hiduplah dua bersaudara bernama Kay dan
Wart, putra Sir Ector. Kay sebagai putra sulung, tentunya akan menjadi penerus
Sir Ector dan mewarisi kekayaan serta gelar keluarga mereka. Sedangkan Wart
(nama aslinya Art, tapi karena ulah Kay, ia dipanggil Wart yang artinya si
kutil) tentunya tidak akan memperoleh apa pun, kecuali Kay bermurah hati
memberikan sesuatu kepadanya nanti. Tapi Wart tidak terlalu mempermasalahkan
hal itu. Ia bukan anak yang ambisius seperti Kay, bahkan jika diperbolehkan
mengikuti dan menyertai Kay, ia sudah cukup senang.
Pada saat itu Sir Ector sedang kebingungan memikirkan masa depan
putra-putranya yang beranjak dewasa. Ia menginginkan mereka memiliki
pengetahuan serta kemampuan untuk menggantikan dirinya kelak. Jalan
satu-satunya adalah mencarikan guru yang tepat bagi keduanya. Dan dimulailah
pencari guru ke segala pelosok bagi kedua putra Sir Ector. Sementara itu, kedua
bocah yang hampir selalu bersama-sama, sedang berusaha mencari kesibukan di
tengah kebosanan. Ide yang tercetus adalah berpetualang mencari kelinci dengan
membawa Cully – burung goshawk peliharaan Sir Ector. Apa daya Cully kabur dan
hinggap di atas dahan yang tinggi, menolak panggilan tuannya untuk kembali.
Kay yang cepat bosan, meninggalkan Wart yang tidak tega
meninggalkan Cully di tengah hutan. Ia berusaha menangkap Cully, namun justru
terbawa memasuki hutan rimba, dan akhirnya kehilangan jejak Cully. Setelah
bermalam di tengah hutan seorang diri (ya, ia tersesat dan tak mampu menemukan
jalan pulang), Wart terbangun dan berusaha kembali ke Kastil sembari tetap mencari
Cully. Di tengah jalan, ia bertemu pria aneh, dengan janggut putih panjang,
jubah serta topi tinggi mencuat. Pria tua itu menyebut dirinya Merlyn dan
mengajak Wart singgah di kediamannya yang tidak kalah unik.
Ternyata Merlyn adalah penyihir luar biasa, ia bahkan memiliki
‘sahabat’ bernama Archimides – seekor burung hantu yang pandai berbicara, dan
sangat cerdas karena ia keturunan Dewi Athena (dewi kebijaksanaan). Wart takjub
melihat berbagai keanehan dan kekuatan sihir yang berjalan di kediaman Merlyn.
Alangkah gembira dirinya ketika Merlyn menyatakan akan mengantarkan dirinya
pulang ke Kastil, dan sekaligus bersedia menjadi guru pembimbing. Maka semenjak
itu Merlyn diterima dengan penuh kehormatan di Kastil Sir Ector, sebagai guru
kedua putra Sir Ector.
Bagi Wart kehadiran Merlyn memberikan warna tersendiri dalam
hidupnya, karena Merlyn bersedia menunjukkan sihir-sihir yang berhubungan
dengan alam sekitar, seperti merubah Wart menjadi seekor ikan, atau seekor
burung. Anehnya Merlyn hanya memberikan ilmu ini secara diam-diam kepada Wart,
tidak kepada Kay – sang putra sulung. Kedekatan Merlyn dengan Wart menimbulkan
rasa iri hati pada Kay yang terbiasa memperoleh apa pun yang ia kehendaki.
Kemarahan Kay membuat Wart tidak enak hati, pada dasarnya ia anak yang pemurah
dan periang. Akan tetapi bujukan Wart agar Merlyn bersedia menunjukkan
kemampuan sihir pada Kay ditolak mentah-mentah.
Wart belum sadar bahwa Merlyn memiliki tujuan tertentu, dan ia
mampu melihat masa depan yang berbeda bagi diri Wart. Ada pun tugas Merlyn
memastikan Wart berada di jalur yang tepat, meski harus ia lakukan tanpa
memberikan penjelasan selengkapnya kepada bocah itu. Merlyn harus menempa dan
menyiapkan Wart untuk melakukan kewajiban yang sangat besar, di mana nasib
banyak orang akan tergantung kepadanya.
My
Random Though :
I know this story first from
movie adaptation by Disney with the same title. Frankly those movie not quite
as good as the book. Maybe because the movie are for young children, so the
story just describe Wart as poor – orphan boy, who rescue by Merlyn, while his
everyday life so dreadfull ‘coz the bullying from Kay and his father (so
different from the original version). I just remember watching those movie and
fall-a-sleep in the middle (probably ‘coz it’s so boring and childish). But
this book just keep me a wake until midnight to finished it.
This book I read are the
translation version, sometimes with a classic fantasy, the language and the
style are so different, so if you don’t quite understand what’s the author
mean, the good story can be as boring or even worse, so dreadfull to read.
Thanks good this version are good, I just really enjoy it reading it. It’s a
book with special theme, about the legend of Arthur Pendragon and Merlyn the
Wizards, with a little ‘twist’ makes this story so unique and interesting too.
And why the author puts all kind different characters from fabel, legend, myth,
even scientice too, all mixed-up with perfect combination. In this book you can
meet Merlyn, Arthur, Kay (I believe this name after the character from Grimm’s
stories), Archimides, Athena, legendary knights, and don’t forget all the myth
creatures ...
About Authors :
Terence Hanbury White ( 29 Mei
1906 – 17 januari 1964 ) was an English author best known for his sequence of
Arthurian novels : The Once and Future King, first published together in 1958 (
before that, release seperately between 4 books, from 1938 until 1958 where the
fourth books also release )
Best Regards,
No comments :
Post a Comment