Judul Buku : THE PRAGUE
CEMETERY
By Umberto Eco
Copyright © RCS Libri S.p.A. – Milano Bompiani 2010
Penerbit : Bentang Pustaka
Alih Bahasa : Nin Bakdi Soemanto
Editor : Mahfud Ikhwan
Desain Sampul : Andreas Kusumahadi
Cetakan I : Februari 2013 ; 616 hlm
Pernahkah Anda membayangkan perjalanan sebuah
kisah sejarah yang merubah tatanan kehidupan manusia melalui berbagai
perombakan serta serangkaian peristiwa yang menngerikan ? Pernahkah Anda
terpikir atau memiliki rasa ingin tahu akan kebenaran di balik kisah serta
aneka peristiwa yang telah terjadi di masa silam ? Karena berbicara tentang
sejarah mau tak mau kita akan mengungkit sesuatu yang telah terjadi, puluhan,
ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Berbekal dari rasa ingin tahu dan
keinginan untuk mencari fakta serta kebenaran akan tindakan-tindakan yang
berkaitan denga pembantaian dan pembunuhan inilah, diriku mencoba membuka
‘pembelajaran’ yang diberikan oleh sang penulis yang terkenal akan penulisan
dengan bahasa yang indah sekaligus cukup ‘membingungkan’. Sejarah tentunya
lebih baik dikenang akan hal-hal yang dianggap baik, indah dan menarik. Namun
kebenaran acapkali harus berhubungan dengan pemaparan sifat-sifat manusia dari
sudut pikiran terkelam. Satu jawaban pasti, sejarah takkan akan lepas dari
kaitan peperangan. Dan inilah sumber ide awal yang membuat sang penulis membuat
kisah yang sangat unik, sebuah konspirasi yang merubah tatanan dunia.
[ source ] |
SIAPAKAH AKU ? Sebuah pembuka yang mengawali kisah ini, yang
mampu menggelitik rasa penasaran apakah yang hendak disajikan oleh sang
penulis. Melalui narator yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai sosok
pria bernama Simone Simonini – pria yang lahir dari ayah yang bekebangsaan
Italia serta ibu berkebangsaan Perancis, namun ia dibesarkan oleh sang kakek
Giovan Battista Simonini, yang membenci pemerintahan Napoleon dan membesarkan
cucunya sebagai putra Perancis. Kapten Simonini mengalami kekecewaan dan
kepedihan ketika putra satu-satunya memilih berjuang dan bergabung dengan
pasukan Italia, hingga tewas dalam pertempuran. Maka sang cucu semenjak
kanak-kanak telah dijejali berbagai kisah sejarah serta ajaran-ajaran
doktrinasi untuk selalu waspada terhadap ‘musuh utama’ yang menyebabkan
keruntuhan suatu pemerintahan serta revolusi di setiap negara. Hal yang akan
membawa kebencian aneh sosok bocah Simonini terhadap kaum Yahudi hingga ia
beranjak dewasa.
Salah satu kisah favorit sang kakek yang akan
menjadi landasan perbuatan Simonini di kemudian hari, bermula ketika sang kakek
menulis surat kepada Abbé Barruel – sosok terkemuka yang mencetuskan buah
pemikiran bahwa Para Kesatria Templar berada di balik Revolusi Prancis yang
menggulingkan pemerintahan monarki Raja Prancis, dan mereka telah berhasil
menyusup ke berbagai jawatan yang memegang peran penting dalam pemerintahan
dunia selama lebih dari 500 tahun. Diantaranya adalah Freemasonry Inggris yang
kemudian terpecah menjadi Illuminati of Bavaria, yang justru menyebabkan
tumbuhnya sekte Anti Kristus, sesuatu yang cukup aneh karena bersumber dari
perkumpulan kaum Kristen. Adapun isi surat Kapten Simonini adalah memberikan
masukan serta petunjuk bahwa dalang dari munculnya perkumpulan Anti Kristus
tidak lain adalah kaum Ibrani, dengan teori bahwa para pendiri Freemason dan
Illuminati adalah orang Yahudi yang bertujuan mengenyahkan kaum Kristen dari
muka bumi. Surat tersebut tidak mendapat balasan, namun telah diedarkan dalam
kalangan Gereja Kristen dan para pemuka agama dunia, muali dari Paus Agung Pius
VII hingga Uskup Agung Galia.
[ source ] |
Kapten Simonini adalah pemeluk Katolik,
dan Abbé Barruel merupakan didikan Ordo
Jesuit, yang diusir dari Prancis oleh Louis XV, menjadikan Ordo Jesuit semakin
kuat dalam organisasi rahasia yang berperan di balik layar aneka peristiwa
penting melibatkan politik dunia. Kefanatikan sang kakek serta kegilaannya
terhadap konspirasi serta usaha untuk menciptakan dunia yang lebih baik,
tertanam sangat dalam di benak bocah Simonini, yang diberitahu bahwa nama
baptisnya diambil dari nama Santo Simonini – martir kanak-kanak yang diculik, dibunuh
secara brutal untuk diambil darahnya sebagai ritual orang Yahudi di abad ke-15.
Rasa takut serta mimpi buruk akan sosok Yahudi bernama Mordechai akan datang
mengambilnya untuk diambil darahnya sebagai kurban, mewarnai masa kanak-kanak
bocahnya. Hingga ia beranjak dewasa,
ketidak-sukaan terhadap bangsa Yahudi yang menempati setiap sisi wilayah
Prancis, mulai dari ghetto yang kumuh hingga kawasan elite, membawanya pada
sebuah ide yang menjadi saah satu pemicu Revolusi dan peperangan di belahan
dunia lain.
Membaca kisah ini membutuhkan kesabaran serta
ketekunan untuk mengikuti alur serta menemukan benang penghubung antara kisah
satu dengan lainnya. Dituturkan dengan penulisan jurnal pribadi, seorang
narator yang tak diketahui namanya, hingga kemunculan sosok Kapten Simonini
yang menulis perjalanan ‘mundur’ sejarah kehidupannya, ditambah dengan jurnal
sosok bernama Abbé Dalla Piccola, serta
kehadiran aneka ragam tokoh serta karakter dunia yang terlibat dalam peristiwa
sejarah dunia seputar Eropa, cukup membingungkan serta memusingkan. Meski Eco
mampu menyajikannya dengan gaya penuturannya yang khas dan indah, tak pelak
pelajaran sejarah dan kombinasi antara fiksi serta realita mampu membuat
‘mabuk’ pembaca yang cukup menyukai jenis historical-fiction ini. Fakta sejarah
selalu merupakan unsur yang menajadi minat pribadiku sebagai pembaca, namun Eco
sengaja membuatnya berbeda, bukan saja karena gaya khasnya, melainkan juga
penempatan karakter Simonini yang berada pada kondisi ‘mental’ yang mengalami
trauma hingga berubah memiliki semacam kepribadian ganda.
[ source ] |
Dugaan awal ini muncul akibat jurnal yang
berganti-ganti menjadi sosok yang berbeda, dan melupakan apa yang telah terjadi
sehari sebelumnya. Sosok Simonini bisa tertidur di malam hari sebagai Kapten
Simonini, namun terbangun dengan pemikiran sebagai sosok lain, dengan tempat
tinggal yang berbeda, serta penampilan yang berbeda. Berbagai alat bantu
penyamaran, juga ditemukan, menimbulkan dugaan awal berkaitan dengan pekerjaan
yang ia lakukan sebagai semacam ‘mata-mata’ bagi pihak-pihak tertentu. Kejadian
yang memakan waktu di abad ke-19 pada masa Eropa sedang dilanda kerusuhan,
pergolakan serta Revolusi tiada henti, peperangan serta perebutan kekuasaan
politik disertai permainan kotor terjadi di setiap bidang, menyeret korban
setiap harinya. Mulai dari adu kekuasaan antara kaum Jesuit dengan Freemason,
pemberontakan Kaum Republik di Italia menentang kekuasaan para imam serta
Gereja Katolik, Penyatuan Italia, Komune Paris, hingga Protokol Zion. Dengan
cerdik, Eco memasukan sosok Simonini untuk berperan dalam setiap kejadin,
sebagai alat bantu maupun pencetus ide hal-hal yang menjadi catatan sejarah
dunia. Simonini memiliki kemampuan sebagai ahli pemalsu dokumen, yang kemudian
berkembang saat ia memiliki ide alih-alih sekedar ‘menyalin’ membuat dokumen
palsu, bagaimana jika ia ‘menciptakan’ dokumen yang akan merubah pemikiran
dunia. Dari ide awal sang kakek, ia memunculkan kisah Kuburan Praha (Prague
Cemetery) dengan tujuan menyingkirkan kaum Yahudi.
Ada beberapa poin penting di balik pernyataan
‘perang’ terhadap kaum Yahudi, mengapa mereka menjadi sasaran kebencian kaum
Eropa, terlepas dari surat Kapten Simonini terhadap Abbé Barruel (yang memang
terjadi dalam sejarah), diantaranya kekuatan persekutuan Kaum Yahudi dalam
menjaga sesamanya di segala bidang. Kaum Yahudi mampu hidup serta beradaptasi
dalam berbagai kondisi, bahkan di wilayah yang berbeda. Kaum Yahudi bukan
pencipta tetapi mereka pandai berhitung dan memanfaatkan segala sesuatu bagi
masa depan kehidupan mereka. Dari sudut pandang negatif, hal ini mencerminkan
rasa iri serta keserakahan terutama karena kaum Yahudi yang bukan penduduk asli
di berbagai belahan negara Eropa, mampu mengangkat kehidupan pribadi
masing-masing, dan kaya raya lewat peminjaman uang (dengan riba) serta
perdagangan emas. Dan di sisi lain, segala sesuatu bisa saj tak memiliki alasan
khusus, hanya sebagai alat bantu, sarana untuk mencapai tujuan utama, hingga
mereka terjerumus dalam permainan politik kotor.
“Tetapi, mengapa kau secara khusu membuntuti orang Yahudi?”
[ source ] “Karena, di Rusia ada orang Yahudi. Jika hidup di Turki, aku akan buntuti orang Armenia. Aku tak ingin menghancurkan orang Yahudi. Aku hanya berkepentingan dengan moral rakyat Rusia. Adalah keinginanku bahwa orang-orang tidak mengarahkan kekecewaan mereka terhadap Tsar. Oleh karena itu, kami membutuhkan musuh. Musuh yang bisa dikenali dan ditakuti haruslah berada di dalam rumahmu atau di ambang pintumu. Itulah orang Yahudi. Yang Mahakuasa sudah memberikan mereka kepada kami dan dengan begitu, demi Tuhan, mari kita manfaatkan mereka dan berdoa agar selalu ada beberapa orang Yahudi untuk ditakuti dan dibenci. Kita butuh seorang musuh untuk memberi rakyat harapan.” [ p. 470 ]“Makna identitas sekarang didasarkan pada kebencian terhadap mereka yang berbeda. Kebencian harus digali sebagi gairah rakyat. Musuh itu adalh sekaligus teman rakyat. Kau selalu menginginkan seseorang untuk dibenci dengan tujuan agar kesusahanmu memperoleh pembenaran. Kebencian adalah gairah purba yang hakiki. Itu adalah cinta yang tak biasa. Itulah sebabmya Kristus dibunuh ; dia bicara melawan alam. Kau tidak mencintai seseorang sepanjang hidupmu – tetapi kau bisa membenci seseorang sepanjang hidupmu, asalkan dia selalu ada untuk menjaga agar kebencianmu tetap hidup, Kebencian menghangatkan hati.” [ p. 471 ]
Melalui sosok Simonini, yang memiliki
kecerdasan di atas rata-rata, tidak suka melakukan konfrontasi fisik termasuk
memandang kaum wanita sebagai sumber penyalkit yang menjijikan, menikmati kenyamanan
serta keamanan diatas segalanya, sehingga ia tak segan-segan menempuh jalan
lain guna mendapatkan hal tersebut (termasuk membelot, berkhianat, mengorbankan
orang lain hingga membunuh), suka pada perhatian serta memiliki kekuasaan serta
pengaruh (yang mendorongnya pada pembuatan teori Kuburan Praha, demi
popularitas serta ketenaran), tak pelak para pembaca akan dibawa menelusuri
sisi gelap dari pikiran-pikiran manusia. Dengan gamblang penulis menuangkan
berbagai sudut pemikiran yang mampu menimbulkan aneka konflik seputar
konspirasi serta permainan politik menghalalkan secara cara segala usaha demi
kekuasaan. Disertai silabus jurnal sang
tokoh utama sepanjang pertengahan Maret 1897 hingga akhir tahun 1898, sebuah
kisah perjalanan hidup penipu, mata-mata, penulis, imam, serdadu, ilmuwan,
sejarawan, pembela kebenaran, pengkhianat, serta pembunuh, semua dirangkum
dalam satu wadah, satu karakter yang kompleks.
[ source ] |
Tentang Penulis :
Umberto Eco, adalah seorang penulis, linguis
sekaligus filsuf kelahiran Alessandria, Italia, lahir pada tanggal 5 Januari 1932. Dikenal luas berkat novelnya
yang berjudul The Name of the Rose, Eco merupakan salah satu penulis termasyhur
pada abad 20. Sebagai profesor semiotika di Universitas Bologna, karya fiksi
Eco sangat kaya bahasa dan simbol, penuh kiasan, juga sarat referensi sastra
maupun sejarah. Tak hanya menulis novel, Eco juga produktif menulis esai, teks
akademik, dan buku anak. Di rumahnya, Milan dan Rimini, Italia, Eco menyimpan
koleksi 50.000 buku yang diantaranya adalah incunabula
– buku yang dicetak sebelum abad 16 dan sangat langka. Eco sangat suka tertawa
karena baginya, hidup seperti halnya fiksi, adalah permainan yang menakjubkan.
[ more about the author, books and related works, check on here : Umberto Eco | The Prague Cemetery | Wikipedia | Movies Adaptations ]
Best Regards,
No comments :
Post a Comment