WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Sunday, July 21, 2013

Books "EIGHT COUSINS"

Books “DELAPAN SEPUPU”
Judul Asli : EIGHT COUSINS
By Louisa May Alcott
Copyright © 1882 by James R. Osgood & Co., United States
Penerbit Orange Books
Alih Bahasa : Berlianti M. Nugrahani
Pemeriksa Aksara : Richanadia
Ilustrasi Sampul & Isi : Ella Elviana
Desain Sampul : Windu Tampan
Cetakan I : Februari 2011 ; 384 hlm             
[ Conclusion in English ]

Rose Campbell kini yatim piatu tepat di usia 13 tahun. Beruntunglah masih ada sanak keluarga terdekat yaitu para bibi dari keluarga ayahnya. Meski Bibi Plenty dan Bibi Peace memberikan semua kenyamanan dan kebebasan bagi gadis cilik itu untuk menjalani kehidupan barunya, mereka tak mampu menghapus kesedihan dan kemuraman yang menyelubungi jiwa dan pikiran Rose. Berbagai cara ditempuh guna mengembalikan keceriaan dan kebahagiaan Rose, namun tak satu pun berhasil, hingga keduanya mengambil langkah terakhir yang dianggap mengundang resiko cukup tinggi bagi ketenangan mereka berdua.



Bibi Plenty dan Bibi Peace, dua wanita tua yang ramah dan menyukai kerapian serta ketenangan, mengundang bocah-bocah cucu kemenakan mereka untuk menghibur Rose. Maka muncullan 7 orang bocah laki-laki yang menyebut diri mereka ‘The Klan’ – sekelompok anak yang selalu ribut dan ramai, ceria dan tak pernah kehabisan akal untuk melakukan aneka kegiatan. Mereka adalah Prince Charlie yang tampan (putra Bibi Clara), Mac si kutu buku yang dijuluki Worm serta adiknya Steve yang pesolek hingga dijuluki Dandy (keduanya putra Bibi Jane), kemudian Archie, Geordie, Will dan si kecil Jamie (semuanya putra Bibi Jessie).

Rose yang semula takut dengan gerombolan bocah laki-laki dan menganggap semua kegiatan yang mereka lakukan tak pantas bagi seorang gadis manis seperti dirinya, lama kelamaan menyukai keriangan dan keramahan yang ditawarkan oleh para sepupunya ini. Apalagi semenjak ia berteman denga Phebe – gadis pelayan yang selalu riang gembira dalam menjalankan tugas-tugasnya, dan mampu bersiul menyanyikan aneka suara burung yang indah. Dan kemudian muncullah Paman Alec – saudara laki-laki yang masih lajang diantara enam bersaudara wanita yang dikenal sebagai ‘Aunt Hill’, dan ia ditunjuk oleh ayah Rose sebagai wali gadis cilik yang menjadi ‘rebutan’ antar para Bibi. Paman Alec yang juga seorang dokter, melihat kondisi Rose yang kurus, pucat, sedih dan muram terkungkung dalam ‘perawatan’ para Bibi-nya, mendadak memiliki ide untuk melakukan ‘terapi-khusus’ untuk membuat Rose sehat dan segar.

Kisah ini sangat menarik karena penuh dengan adegan petualangan yang seru sekaligus lucu. Sosok Paman Alec yang muncul untuk menyelamatkan Rose dari bimbingan serta arahan para saudaranya, dengan menerapkan resep berupa makanan sehat seperti secangkir susu spesial pengganti kopi, pil-pil nutrisi yang harus ia ‘telan’ setiap hari sebagai pengganti aneka obat-obatan yang dicekok-kan oleh para bibi (pil buatan Paman Alec ini terbuat dari roti gandum yang dipilin kecil-kecil), hingga olahraga mengayuh perahu, berkuda dan berkebun, berlari, semua jenis aktifitas luar ruangan yang sama sekali berbeda dengan kegiatan kaum wanita yang tenang (seperti menjahit, menyulam, merajut, membaca buku doa, dll).

Jika dalam Little Women, penulis memberikan porsi yang cukup serius pada masing-masing karakter, maka Eight Cousins bisa dikatakan merupakan versi yang lebih ceria tentang hubungan antar keluarga serta kerabat yang cukup unik. Enam orang Bibi Rose yang berbeda watak satu sama lain, yang masing-masing memiliki anak laki-laki yang memiliki beraneka ragam karakter serta sifat, dipadu dengan Paman Alec yang masih lajang namun mengemban tugas merawat gadis cilik sebagai putrinya, ditambah dengan dua orang Bibi mereka yang sudah cukup tua namun memiliki kebijakan serta wawasan bagi seluruh anggota  keluarga hingga si kecil Jamie, persahabatan antara Rose dan Phebe yang tak memandang perbedaan derajat serta status, semuanya dirangkai menjadi kisah yang menyentuh, mengharukan sekaligus menyegarkan. Love it !! (^_^)

Conclusion :
[ source ]
If you already read ‘Little Women’ then this book a little-bit different, the themes and moral message are similar but serve with a lot more fun-funny-adventurous-scenery. It might close to ‘Little Men’ who also full with boy’s activities. As an children classic’s literature, Louisa maintain her principles not to mixed story with unnecessary fantasy nor dirty-talking. She even portray it through Aunt Jessie character’s when she ‘ask’ her children not to read ‘garbage-books’ like pirate story (who I agree, its not healthy for children to learn about pirate, nothing usefull or good lesson in there), that gave them opportunity just to learn dirty-talks, cursing, plain lazyness and dreampt about hidden treasure ... It’s not  she forbidden all the fun-stuff nor adventurous and excitement for children, but she prefer something that everyone will get a good-positive lesson behind all of that. Fun and playfull with moral lesson, that’s the story about, and sure will be a great reading and story-telling for both children and adult too (^_^)

Tentang Penulis :
Louisa May Alcott lahir di Germantown, Pennsylvania pada tanggal 29 November 1832. Ketika berusia hampir dua tahun, keluarganya pindah ke Massachusetts. Atas dorongan sang ayah, ia rajin menulis di buku hariannya, dan sejak itulah bakat menulisnya mulai terlihat. Saat remaja, ia menulis naskah drama, puisi dan cerita pendek. Puisinya yang pertama kali dipublikasikan berjudul Sunlight (1851), dan cerita pendek pertamanya berjudul The Rival Painters : A Tale of Rome (1852). Sementara buku pertamanya yang dipublikasikan adalah The Flower Fables (1854), berupa kumpulan dongeng dan puisi pendek yang awalnya ia ciptakan untuk menghibur Ellen – putri Ralph Waldo Emerson.

Louisa menulis novel pertamanya The Inheritance pada usia 17 tahun. Namun karyanya yang paling fenomenal adalah novel berjudul ‘Little Women’ yang ditulis dalam dua bagian. Jilid pertama, berjudul ‘Meg, Jo, Beth & Amy’ yang terbit pada tahun 1868, dan jilid kedua berjudul ‘Good Wives’ terbit pada tahun 1869. Seperti halnya tokoh Jo dalam ‘Little Women’ – Louisa memiliki tiga saudara perempuan, kakaknya Anna Bronson Alcott, dan adik-adiknya Elizabeth “Lizzie” Sewall Alcott dan Abba May Alcott. Dan seperti saudara Jo, yaitu Beth, Lizzie meninggal pada usia 22 tahun akibat komplikasi demam berdarah. Namun, sedikit berbeda dengan Jo, Louisa sempat memiliki seorang adik lagi yang kemudian meninggal saat masih bayi.

[ more about the author and related works, just check at here : Louisa May Alcott | Eight Cousins (Novel) | on Gutenberg | on Goodreads | on IMDb ]


Best Regards,


No comments :

Post a Comment