Books “DELAPAN
SEPUPU”
Judul Asli : EIGHT COUSINS
By Louisa May Alcott
Copyright © 1882 by James R. Osgood & Co., United States
Penerbit Orange Books
Alih Bahasa : Berlianti M. Nugrahani
Pemeriksa Aksara : Richanadia
Ilustrasi Sampul & Isi : Ella Elviana
Desain Sampul : Windu Tampan
Cetakan I : Februari 2011 ; 384 hlm
[ Conclusion in English ]
Rose Campbell kini yatim piatu tepat di usia 13 tahun. Beruntunglah masih
ada sanak keluarga terdekat yaitu para bibi dari keluarga ayahnya. Meski Bibi
Plenty dan Bibi Peace memberikan semua kenyamanan dan kebebasan bagi gadis
cilik itu untuk menjalani kehidupan barunya, mereka tak mampu menghapus
kesedihan dan kemuraman yang menyelubungi jiwa dan pikiran Rose. Berbagai cara
ditempuh guna mengembalikan keceriaan dan kebahagiaan Rose, namun tak satu pun
berhasil, hingga keduanya mengambil langkah terakhir yang dianggap mengundang
resiko cukup tinggi bagi ketenangan mereka berdua.
Bibi Plenty dan Bibi Peace, dua wanita tua yang ramah dan menyukai
kerapian serta ketenangan, mengundang bocah-bocah cucu kemenakan mereka untuk
menghibur Rose. Maka muncullan 7 orang bocah laki-laki yang menyebut diri
mereka ‘The Klan’ – sekelompok anak yang selalu ribut dan ramai, ceria dan tak
pernah kehabisan akal untuk melakukan aneka kegiatan. Mereka adalah Prince
Charlie yang tampan (putra Bibi Clara), Mac si kutu buku yang dijuluki Worm
serta adiknya Steve yang pesolek hingga dijuluki Dandy (keduanya putra Bibi
Jane), kemudian Archie, Geordie, Will dan si kecil Jamie (semuanya putra Bibi Jessie).
Rose yang semula takut dengan gerombolan bocah laki-laki dan menganggap
semua kegiatan yang mereka lakukan tak pantas bagi seorang gadis manis seperti
dirinya, lama kelamaan menyukai keriangan dan keramahan yang ditawarkan oleh
para sepupunya ini. Apalagi semenjak ia berteman denga Phebe – gadis pelayan
yang selalu riang gembira dalam menjalankan tugas-tugasnya, dan mampu bersiul
menyanyikan aneka suara burung yang indah. Dan kemudian muncullah Paman Alec –
saudara laki-laki yang masih lajang diantara enam bersaudara wanita yang
dikenal sebagai ‘Aunt Hill’, dan ia ditunjuk oleh ayah Rose sebagai wali gadis
cilik yang menjadi ‘rebutan’ antar para Bibi. Paman Alec yang juga seorang
dokter, melihat kondisi Rose yang kurus, pucat, sedih dan muram terkungkung
dalam ‘perawatan’ para Bibi-nya, mendadak memiliki ide untuk melakukan ‘terapi-khusus’
untuk membuat Rose sehat dan segar.
Kisah ini sangat menarik karena penuh dengan adegan petualangan yang seru
sekaligus lucu. Sosok Paman Alec yang muncul untuk menyelamatkan Rose dari
bimbingan serta arahan para saudaranya, dengan menerapkan resep berupa makanan
sehat seperti secangkir susu spesial pengganti kopi, pil-pil nutrisi yang harus
ia ‘telan’ setiap hari sebagai pengganti aneka obat-obatan yang dicekok-kan oleh
para bibi (pil buatan Paman Alec ini terbuat dari roti gandum yang dipilin
kecil-kecil), hingga olahraga mengayuh perahu, berkuda dan berkebun, berlari,
semua jenis aktifitas luar ruangan yang sama sekali berbeda dengan kegiatan
kaum wanita yang tenang (seperti menjahit, menyulam, merajut, membaca buku doa,
dll).
Jika dalam Little Women, penulis memberikan porsi yang cukup serius pada
masing-masing karakter, maka Eight Cousins bisa dikatakan merupakan versi yang
lebih ceria tentang hubungan antar keluarga serta kerabat yang cukup unik. Enam
orang Bibi Rose yang berbeda watak satu sama lain, yang masing-masing memiliki
anak laki-laki yang memiliki beraneka ragam karakter serta sifat, dipadu dengan
Paman Alec yang masih lajang namun mengemban tugas merawat gadis cilik sebagai
putrinya, ditambah dengan dua orang Bibi mereka yang sudah cukup tua namun
memiliki kebijakan serta wawasan bagi seluruh anggota keluarga hingga si kecil Jamie, persahabatan
antara Rose dan Phebe yang tak memandang perbedaan derajat serta status,
semuanya dirangkai menjadi kisah yang menyentuh, mengharukan sekaligus
menyegarkan. Love it !! (^_^)
Conclusion :
[ source ] |
If you already read ‘Little Women’ then this book a little-bit different,
the themes and moral message are similar but serve with a lot more
fun-funny-adventurous-scenery. It might close to ‘Little Men’ who also full
with boy’s activities. As an children classic’s literature, Louisa maintain her
principles not to mixed story with unnecessary fantasy nor dirty-talking. She
even portray it through Aunt Jessie character’s when she ‘ask’ her children not
to read ‘garbage-books’ like pirate story (who I agree, its not healthy for
children to learn about pirate, nothing usefull or good lesson in there), that
gave them opportunity just to learn dirty-talks, cursing, plain lazyness and dreampt
about hidden treasure ... It’s not she
forbidden all the fun-stuff nor adventurous and excitement for children, but she
prefer something that everyone will get a good-positive lesson behind all of
that. Fun and playfull with moral lesson, that’s the story about, and sure will
be a great reading and story-telling for both children and adult too (^_^)
Tentang Penulis :
Louisa May Alcott lahir di Germantown, Pennsylvania pada tanggal 29
November 1832. Ketika berusia hampir dua tahun, keluarganya pindah ke
Massachusetts. Atas dorongan sang ayah, ia rajin menulis di buku hariannya, dan
sejak itulah bakat menulisnya mulai terlihat. Saat remaja, ia menulis naskah
drama, puisi dan cerita pendek. Puisinya yang pertama kali dipublikasikan
berjudul Sunlight (1851), dan cerita pendek pertamanya berjudul The Rival
Painters : A Tale of Rome (1852). Sementara buku pertamanya yang dipublikasikan
adalah The Flower Fables (1854), berupa kumpulan dongeng dan puisi pendek yang
awalnya ia ciptakan untuk menghibur Ellen – putri Ralph Waldo Emerson.
Louisa menulis novel pertamanya The Inheritance pada usia 17 tahun. Namun
karyanya yang paling fenomenal adalah novel berjudul ‘Little Women’ yang
ditulis dalam dua bagian. Jilid pertama, berjudul ‘Meg, Jo, Beth & Amy’
yang terbit pada tahun 1868, dan jilid kedua berjudul ‘Good Wives’ terbit pada
tahun 1869. Seperti halnya tokoh Jo dalam ‘Little Women’ – Louisa memiliki tiga
saudara perempuan, kakaknya Anna Bronson Alcott, dan adik-adiknya Elizabeth “Lizzie”
Sewall Alcott dan Abba May Alcott. Dan seperti saudara Jo, yaitu Beth, Lizzie
meninggal pada usia 22 tahun akibat komplikasi demam berdarah. Namun, sedikit
berbeda dengan Jo, Louisa sempat memiliki seorang adik lagi yang kemudian
meninggal saat masih bayi.
[ more about the author and
related works, just check at here : Louisa May Alcott | Eight Cousins (Novel) | on Gutenberg | on Goodreads | on IMDb ]
Best Regards,
No comments :
Post a Comment