Copyright © Frances Hodgson Burnett
Penerbit Atria
Alih Bahasa : Teguh Hari
Editor : Jia Effendie & Ida Wajdi
Cover by Aniza Pujiati
Cover Illustration by Ella Elviana
Cetakan I
: April 2010 , 340
hlm
[ Conclusion in
English ]
Sara Crewe adalah
gadis cilik yang luar biasa. Bukan karena ia cantik dan menawan, atau karena ia
putri tunggal Kapten Crewe yang kaya-raya yang selalu memberikan yang terbaik
untuk putri kesayangannya. Bukan pula perilakunya yang santun dan anggun
bagaikan seorang putri raja yang jauh lebih dewasa dari usianya. Melainkan
karena ia sama sekali tidak sombong, bahkan murah hati dan penuh kasih terhadap
siapa saja yang kekurangan maupun tampak lemah dan teraniaya. Ia juga tidak
manja meskipun bergemilang harta benda, ia sangat cerdas meski tak suka menonjolkan
pengetahuannya, menyukai dan membimbing mereka yang lamban dalam pelajaran.
Meski demikian, kehidupan baru yang dijalaninya sebagai salah satu murid di
Sekolah Asrama Nona Minchin di London, sungguh tidak mudah dengan adanya
siswa-siswa senior yang iri dan dengki akan keberuntungannya, bahkan orang
dewasa pun tidak menyukai ke-sempurna-an kehidupan yang ia jalani.
Dan suatu saat,
semua hal yang menjadi bahan dan sumber rasa iri dengki itu lenyap sebagian,
Sara Crewe menjadi siswa yang miskin sekaligus sebatang kara karena ayah
tercinta meninggal setelah dinyatakan bangkrut. Status Sara yang semula berada
di puncak, kini merosot menjadi pelayan rendahan, tak dipedulikan kecuali
sebagai bahan olok-olokan, hinaan dan cercaan. Akan teteapi Sara masih memiliki
kecerdasan, kepandaian, kebaikan hati sehingga Sara yang telah mampu melihat
jati diri masing-masing manusia jauh sebelum ia mengalami penderitaan ini,
bertahan dalam menjalani hari-hari baru tanpa ada harapan masa depan yang lebih
cerah. Dan satu hal yang tidak banyak diketahui oleh orang lain, Sara memiliki
daya imajinasi tinggi yang membuatnya mampu ‘mengalihkan’ benaknya yang penat,
fisiknya yang melemah akibat kurangnya asupan nutrisi disertai kerja fisik yang
belum pernah ia lakukan sebelumnya. Sara merasa beruntung ia memiliki
sahabat-sahabat yang tak melupakan dirinya, mulai dari Ermengarde St. John yang
gemuk dan lamban, hingga si kecil Lottie Legh, dan Becky – gadis pesuruh yan
memuja dan mengagumi kebaikan hati Sara semenjak awal ia melihat gadis itu.
Salah satu kisah
klasik anak-anak yang harus kuakui baru kubaca saat ini dimasa diriku bukan
lagi kanak-kanak. Akan tetapi sebagaimana kisah klasik tetap mampu memberikan
daya tarik tersendiri melalui penuturan penulis yang terkenal lewat karyanya
“Secret Garden”. Gambaran akan sosok
Sara Crewe yang memiliki sifat serta karakter positif dalam lingkungan yang
justru memberikan pengaruh negatif, mau tidak mau mengingatkan diriku akan
kisah Pollyanna karya Eleanor H. Porter, meski harus diakui keduanya memiliki
latar belakang yang bertolak-belakang. Jika dalam sosok Pollyanna pembaca
diajak melihat kenyataan dunia luar dari sisi ‘positif’ maka sosok Sara Crewe
bukan saja memberikan hal yang serupa, ia juga membawa pembaca berimajinasi
dalam upaya melawann kehidupan yang berat dan penuh penderitaan.
Conclusion :
I love this story,
not only its about hope and forgiveness, but also provide with storytelling
using imagination and positive thinking. The main-story is about a little girl
name Sara Crewe – the one and only child of Captain Crewe, who very much adore
and spoilling his child with anything he can provide, and it’s easly to be done
because he is a very wealthy-super-rich man. Despite all the things she receive
from her father, Sara never become a spoilled little girl, she even rather more
mature than her age, with kind and gentle heart to others who did not have
fortune like she is. And like any other drama, her father dies without warning,
left her nothing but huge debt or legacy. No money and no relative, Sara become
poor girl, and her high status are drop-down into very low position in those
society.
This story giving
us detail and description on how people treating others not by his / her
goodness but by they status and by definision their money. If Dickens often
describe this in his story too, full with dark-sorrow life of poor people and
how wealthy people giving away their money for nothing instead helping the one
who really need, then this story got the similar theme, without
dark-gloomy-side. Might be because its meant to be children’s reading, the
author did not put a very dark-side to often on the characters. But she provide
the lesson through all the different characters by the head master who not only
small-minded person, she also greedy and envy on how good and tallented Sara
Crewe is. Is not a perfect candidate for someone who suppose to teaching
children to become good person and women in manners. And how Sara built-up
friendship and relationship not with the popular girls (who also envy her
previous situation), but she prefer with girls who abandon, mocked and become
target of bullying.
Despite the topics
surrounding fantasy and imaginary things who also become major debate for
several years, are they good or bad for the children ? I think now can be
answers, that nothing wrong with a little-bit imagination for the young one,
even adult should need a small portion of its, just to keep our heart warm and
never give-up hope when sorrow and tragedy struck like lightning in our life.
Faith and miracles, is not a fairy-tale, and imagination like what Sara did to
maintain her mind from all the terrible things around her life, can give us a
little-push to stay positive ...that’s what I think (^_^)
Tentang Penulis :
Frances Hodgson
Burnett terlahir dengan nama Frances Eliza Hodgson pada tanggal 24 November
1849 di Cheetham Hill, Manchester, Inggris. Ketika sang ayah meninggal dunia
pada tahun 1852, keluarga mereka akhirnya hijrah ke Amerika Serikat pada tahun
1865 dan menetap di Knoxville, Tennessee, dimana dia memulai karir sebagai
penulis pada usia 19 tahun untuk membantu pemasukan bagi keluarganya. Frances
memiliki daya imajinasi tinggi dan sangat suka membaca berbagai karya
literatur. Salah satu kisah favoritnya adalah Uncle Tom’s Cabin karya Harriet
Beecher Stowe.
Sepeninggalan
ibunya di tahun 1870, ia akhirnya menikah dengan Swan Burnett – seorang ahli
medis pada tahun 1872 dan mereka sempat tinggal di Paris selama 2 tahun dan
melahirkan dua orang anak, Lionel (1874) dan Vivian (1876), sebelum kembali ke
Amerika Serikat dan menetap di Washington D.C.
Di sinilah karir
menulisnya mulai dijalani lebih serius dan ia menghasilkan beberapa novel yang
kelak dikenal sebagai karya klasik yang disukai mulai kanak-kanak hingga
dewasa. Di antaranya Little Lord Fauntleroy yang rilis pada tahun 1886, disusul
dengan kesuksesan A Little Princess (1905) dan The Secret Garden (1911), dimana
dia juga menulis naskah drama untuk kisah-kisah tersebut.
Frances meninggal
pada usia 74 tahun di Plandome, New York, Amerika Serikat pada tanggal 29
Oktober 1924, jenazahnya dimakamkan di Roslyn Cemetery di Long Island. Untuk
mengenang jasa serta karyanya, sebuah patung peringatan karya Bessie Potter
Vonnoh dibuat di Central Park’s Conservatory Garden, yang menggambarkan dua
tokoh karyanya yang terkenal dari Secret Garden yaitu Mary dan Dickon.
[ more about the author and her related works, just check at here :
Francess Hodgson Burnett | A Little Princess | Her Selected Works | on Wikipedia | on Goodreads | on Gutenberg | on IMDb ]
Best Regards,
No comments :
Post a Comment