Books “LOST
MAN’S LANE”
Judul Asli : LOST MAN’S LANE : A SECOND EPISODE IN THE LIFE OF AMELIA BUTTERWORTH
[ book 2 of Amelia Butterworth Series ]
Copyright ©
1899 by Anna Katherine Green | published by The Knickerbocker
Penerbit Visimedia
Alih Bahasa : Selviya Hana
Editor : Fitria Pratiwi
Proofreader : Tim Redaksi Visimedia
Cetakan I : Juli 2013 ; 380 hlm ; ISBN
979-065-187-2
Buku kedua yang tentang petualangan sang
detektif wanita Amelia Butterworth, kali ini mengharuskan dirinya keluar dari
kenyamanan kediamannnya di Gramercy Park dan bepergian ke sebuah desa kecil
yang letaknya cukup terpencil hampir 90 mil dari lokasi tempat tinggal Miss
Butterworth. Keanehan yang menyelubungi desa tersebut hingga menarik perhatian
Kepolisian New York Metropolis disebabkan karena selama 5 tahun terakhir telah
hilang 4 orang yang tidak saling kenal, tidak memiliki kesamaan dalam hal usia,
pekerjaan, latar belakang, dan hingga kini mereka semua masih belum
diketemukan. Satu-satunya petunjuk yang diperoleh, keempatnya pada suatu hari
datang dan melewati jalan yang dikenal oleh penduduk setempat dengan nama Lost Man’s Lane, dan mereka semua lenyap
tanpa jejak di ujung tikungan, dan tidak satupun orang melihat para korban ini
melewati ujung jalan satunya.
Adalah Mr. Ebenezer Gryce yang ‘meminta’
bantuan kepada Mis Amelia Butterworth untuk tinggal sementara di lokasi
tersebut, untuk menggali informasi dan mencaritahu apa gerangan misteri dibalik
selubung gelap rahasia yang membuat penduduk desa dicekam rasa takut dan
beredar isu tentang adanya hantu yang berkaitan dengan legenda nama Lost Man’s
Lane. Karena beliau telah datang dan menyelidiki serta mewawancarai para
penghuni satu demi satu, namun sebagaimana penduduk desa kecil yang tertutup,
sulit mengorek kebenaran dari mereka. Dan salah satu alasan kuat mengapa beliau
meminta bantuan Miss Buttterworth, salah satu penghuni di sepanjang jalan yang
dikatakan terkutuk itu, tinggal putra-putri Althea Burroughs – sahabat Amelia
yang setelah menikah tinggal di kastil kediaman keluarga Knollys di Lost Man’s
Lane. Althea sendiri telah meninggal dunia dalam usia relatif muda, namun
keturunannya pernah bertukar kabar dengan Amelia dan mengundang dirinya untuk
datang mengunjungi mereka.
Amelia Butterworth bukan seseorang yang suka
menunda sesuatu, terutama saat ia telah menetapkan keputusan di dalam benaknya.
Maka ia segera berangkat setelah mengirim kabar kepada anak-anak Knollys akan
kunjungannya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, meski harus melalui
perjalanan yang cukup melelahkan, Amelia berjumpa dengan anggota keluarga
Knollys yang terkenal, Loreen yang tegas dan cukup acuh untuk menanggapi
keramahan Miss Butterworth terutama hal berbincang-bincang, Lucetta yang
menarik namun senantiasa gugup dan cemas, seakan-akan senantiasa berjalan di atas
bara api, dan William yang tidak tahu aturan, kurang ajar dan memiliki kesan
liar sekaligus menakutkan. Kediaman keluarga Knollys sangat besar namun
terlihat sama sekali tidak terawat dan terabaikan. Ketiga anggota terakhir
keluarga yang pernah besar dikawasan tersebut, kini terpuruk dalam kemiskinan
dan menjalani kehidupan sehari-hari yang cukup aneh dan mengundang
keingin-tahuan Miss Butterworth yang pada dasarnya agak ‘usil’ .
~ Map of Lost Man's Lane ~ [ source ] |
Sepanjang kisah ini berjalan, pembaca akan
turut merasakan keadaan Amelia Butterworth yang dituturkan melalui catatan
jurnal sebagaimana kisah pertama petualangannya (baca Affair Next Door). Jika
dalam kisah sebelumnya ia berhadapan dengan kasus dimana ia harus membuktikan
tersangka yang telah ditangkap tidak terbukti bersalah, maka kali ini semua
petunjuk harus digali dengan susah payah karena tiada satu pun pihak bersedia
membuka rahasia atau sekedar bercerita kepada dirinya. Amelia harus memutar
otak dan bersiasat demi terlaksananya misi menemukan ‘kunci’ yang akan
membongkar misteri yang dianggap sebagai kutukan sepanjang Lost Man’s Lane.
Meski ia seorang wanita yang cerdas dan tidak mempercayai tahayul, kengerian
turut mencekam dirinya, terutama menjelang malam hari, saat ia mendengar
bunyi-bunyi aneh dan jeritan menakutkan, pintu kamarnya yang mendadak terkunci
hingga ia tak bisa keluar hingga pagi menjelang ...bahkan Mr. Gryce yang
mengutusnya, telah memberikan peringatan keras untuk sangat berhati-hati dan
tidak mempercayai siapa pun apalagi bepergian seorang diri !!!
Dibandingkan buku pertama, buku kedua ini
penuh dengan kesan kelam ala dark-gothic-mystery, mungkin karena latar belakang
serta suasana yang sengaja dibuat untuk menghadirkan rasa takut sekaligus ngeri
(bagi para pelaku sekaligus pembaca)...yang membuatku teringat akan versi lain
karya Sir Arthur Conan Doyle lewat
karyanya The Hound of Baskervilles
yang menampilkan pasangan detektif Sherlock
Holmes dan Watson dalam
menghadapi misteri dibalik ‘legenda kutukan’ yang melanda sebuah desa
terpencil. Namun jangan khawatir bahwa
kisah ini bakalan berkesan suram dari awal hingga akhir, karena karakter Amelia
Butterworth tidak akan membiarkan hal-hal seperti itu memenuhi benaknya. Bahkan
ada beberapa adegan yang mengundang senyum simpul ketika Amelia harus
berhadapan dengan pria-pria yang ‘berusaha’ melamar dirinya (bahkan merayu
dirinya hahaha). Bisa kubayangkan ‘kengerian’ lain di benak Amelia, bahwa pria
yang baru melihat dan mengenalnya beberapa hari, jatuh cinta dan menganggap
dirinya sebagai calon istri unggulan \(^0^)/
Sikap Amelia yang mandiri, tegas, dan penuh
tekad, termasuk saat menepis ‘anjuran’ penduduk setempat (terutama kaum wanita)
yang ‘mengasihani’ dirinya yang belum menemukan jodoh dan menikah, sungguh
asyik saat ia menjawab bahwa menjadi wanita-single adalah pilihannya dan ia
merasa nyaman dengan kondisi tersebut : hal ini menunjukkan satu lagi buah
pemikiran penulis yang terbilang ‘sangat feminis’ sekaligus ‘modern’ melampaui
masanya. Jika Jane Austen menyoroti kehidupan kaum wanita di masa-masa penuh aturan,
norma-norma sosial yang tidak memberikan pilihan kebebasan pada mereka,
bagaimana mereka melakukan ‘aneka pemberontakan’ terutama menyangkut pilihan
pasangan hidup dan menikah, maka sisi ini juga beberapa kali muncul sepanjang
kisah ini. Mulai dari pendapat Loreen dan William tentang kondisi Lucetta yang
senantiasa dianggap paling lemah diantara saudaranya, namun ternyata memiliki
keteguhan hati serta keyakinan sekokoh karang menyangkut pilihan masa depannya,
terhadap pasangan hidup dan pria yang dicintainya.
Meski secara keseluruhan kisah ini merupakan
novel misteri yang melibatkan peran serta detektif profesional dan detektif
amatir, ada beberapa hal yang cukup menonjol dimana penulis mengungkapkan
‘keberanian’ sosok wanita untuk menentukan jalan hidupnya, terutama di saat
bahaya mengancam dirinya. Dalam buku pertama ‘Affair Next Door’ bukan hanya
Amelia Butterworth yang memiliki peran cukup besar, penampilan Ruth Oliver /
Olive Randolph yang misterius, menarik sekaligus menyedihkan, membuat sebuah ending
kisah yang tak mudah terlupakan bagi para karakter utama dalam kisah ini
sekaligus para pembacanya. Tak pelak, Anna Katherine Green merupakan salah satu
penulis kisah misteri yang mampu memadukan unsur drama-romansa-misteri-sains
dan permainan psikologis yang menawan untuk penulis pada masanya. Yang jelas,
kini karya-karya beliau akan masuk dalam daftar bacaan misteri koleksiku.
Pengharapan terbesar dariku sebagai pecinta kisah misteri, penerbit bersedia
mengeluarkan karya-karya lain dari penulis yang satu ini (^_^) ...Love it !!!
Tentang Penulis :
Anna Katherine Green lahir di
Brooklyn pada tanggal 11 November 1846, putri dari pasangan Catharine Ann
Whitney Green dari James Wilson Green, yang merupakan salah satu pengacara
terkenal di New York. Awalnya ia memiliki ambisi untuk menjadi penulis puisi
dan roman, yang membawanya pada korespondensi dengan Ralph Waldo Emerson untuk
proses penulisan kreatifnya. Namun justru novel misterinya yang pertama ‘The
Leavenworth Case’
(1878) yang mendapat sorotan serta pujian dari penulis misteri ternama Wilkie Collins, bahkan menduduki mendapat penghargaan sebagai buku Internasional Bestseller Amerika yang pertama. Dan hal ini membawanya untuk menekuni penulisan novel misteri-detektif.
(1878) yang mendapat sorotan serta pujian dari penulis misteri ternama Wilkie Collins, bahkan menduduki mendapat penghargaan sebagai buku Internasional Bestseller Amerika yang pertama. Dan hal ini membawanya untuk menekuni penulisan novel misteri-detektif.
Prestasinya dalam bidang akademis menunjukkan
keinginan untuk senantiasa belajar hal-hal baru. Dibuktikan ketika pada tahun
1866, ia menyelesaikan pendidikan dari Ripley Female College (sekarang disebut
Green Mountain College) di Poultney, Vermont, dan ia merupakan sarjana
perempuan pertama untuk ilmu seni. Pada tahun 1877, ia bertemu dengan Charles
Rohlfs yang berprofesi sebagai aktor. Meski ada perbedaan usia 7 tahun lebih
muda, keduanya menikah pada tanggal 25 November 1884 di Gereja Congregational
Selatan, Brooklyn. Setelah menikah, Rohlfs memilih beralih profesi menjadi
desainer furniture dan Green mengelola penerbitan buku sembari tetap melakukan
aktifitas penulisan karyanya.
Putri pertama mereka, Rosamond lahir di tahun
1885, dan pada tahun berikutnya Green menerbitkan ‘The Mill Mystery’ dan
‘Risifi’s Daughter’. Pada Mei 1887, ia melahirkan anak kedua : Sterling
sekaligus mengeluarlan novel terbarunya berjudul ‘7 to 12 : A Detective Story’
pada bulan Juni. Tahun 1892 Green kembli melahirkan anak ketiga yang diberi
nama Roland, sekaligus menerbitkan Cynthia Wakeham’s Money. Selain mengelola
penerbitan bukunya dan merawat ketiga anaknya, Green tetap meluangkan waktu
membantu dan berkolaborasi bersama suaminya dalam bisnis furniture.
Novel detektif karyanya yang paling terkenal,
memperkenalkan tokoh detektif Ebenezer Gryce dari Kesatuan Kepolisian New York
Metropolitan. Namun, dalam novelnya ‘That
Affair Next Door’ (1897) ; ‘Lost Man’s Lane : A Second Episode in the
Life of Amelia Butterworth’(1898) ; dan ‘The
Circular Study’ (1900), selain sosok Mr. Gryce, beliau memperkenal karakter
detektif wanita pertama bernama Amelia Butterworth, sosok mandiri, cerdas,
memilih untuk tidak menikah karena menyukai kebebasan dan suka ‘usil’
mencari-tahu urusan orang lain. Selain itu beliau juga menciptakan karakter
Violet Strange – gadis yang bekerja sebagai detektif amatir untuk kepolisian
dalam kumpulan cerpen ‘The Golden Slipper and Other Problems for Violet
Strange’ (1915).
Sumber insiprasi karya-karya beliau adalah
penulis Edgar Allan Poe dan Emile Gaboriau, yang dianggap sebagai mentor dalam
bidang penulisan fiksi detektif. Sosok sang ayah yang berprofesi sebagai
pengacara turut menambah wawasan beliau seputar dunia hukum, dan kisah yang
dituturkan oleh Ralph Waldo Emerson (yang secara tidak langsung menjadi
‘dosen-pembimbing’ Green dalam penulisan kreatif), tentang agen intelijen
perempuan semasa Perang Sipil Amerika, menjadi sumber ide karakter-karakter
utama karyanya. Pada tanggal 11 April 1935, beliau wafat pada usia 88 tahun di
kediamannya di Buffalo, New York, setelah secara produktif menghasilkan 40 buah
buku.
[ more about the author and related works,
just check at here : on Wikipedia | on Goodreads | at OnlineLiterature | Her Works | Amelia Butterworth Series ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments :
Post a Comment