Books
“LAPANGAN GOLF MAUT”
Judul Asli : MURDER ON THE LINKS
[
book 2 of Hercule Poirot Series ]
Copyright © Agatha Christie
1923
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Ny. Suwarni A.S.
Desain Sampul : Dwi Koendoro
Cetakan V : September 2003 ;
320 hlm ; ISBN 979-686-187-9
~ Conclusion (at the bottom
post) in English ~
Hercule Poirot bukanlah sosok
detektif yang suka ‘mondar-mandir’ dalam mencari petunjuk dan bukti, ia akan
memilih duduk tenang di ruang duduknya yang hangat dan nyaman, menikmati
secangkir coklat hangat dan mengolah ‘sel-sel kelabu’ untuk mendapatkan jawaban
dari berbagai misteri. Namun kali ini, ia harus meninggalkan kediamannya di
London, Inggris, menuju wilayah Prancis bersama Kapten Hastings, atas
permintaan dari seseorang bernama P.T. Renauld, pengusaha kaya asal Inggris
yang menetap di Vila Geneviève, bagian luar dari kota kecil Merlinville.
Namun saat mereka tiba di
tempat tersebut, sebuah kejutan menanti, karena sang pemilik, Mr. Renauld
ditemukan tewas secara aneh. Kejadian yang digambarkan oleh sang istri, yang
ditemukan dalam keadaan pingsan, terikat erat di kamar tidur pasangan itu,
sangatlah aneh. Dimulai ketika muncul dua orang asing yang memakai kedok,
memaksa pasangan ini, terutama suaminya untuk menunjukkan dimana simpanan
‘barang berharga’ milik mereka. Saat pagi hari, pelayan rumah menemukan majikan
wanitanya terikat dan tubuh seorang pria ditemukan tewas dalam lubang galian
lapangan golf kediaman mereka.
Kehadiran Poirot yang dikenal
baik oleh Komisaris Polisi Lucien Bex dari Prancis, bahkan menyambut dengan
hangat bantuan apa pun dari benak detektif ini. Hanya satu orang yang tak
menyukai bahkan cenderung meremehkan kemampuan Poirot. Ia adalah Giraud –
detektif ternama di Prancis yang berhasil menyelesaikan aneka misteri yang
cukup pelik. Metode penyelidikan yang dilakukan Giraud justru acapkali bertolak
belakang dengan apa yang menjadi pertimbangan Poirot. Kapten Hastings yang
menyukai kegiatan fisik (sehingga sering diolok-olok oleh Poirot), terjebak
antara kekagumannya dengan semangat serta energi yang ditunjukkan oleh Giraud,
dengan kesetiaannya terhadap sang sahabat.
“Kau tentu pernah berburu rubah, ya ?”“Kadang-kadang aku berburu. Mengapa ?”“Eh bien, dalam berburu itu kau membutuhkan anjing, bukan?”“Anjing pemburu ? Ya, tentu.”“Tapi,” kata Poirot sambil mengacung-acungkan jarinya padaku, “Kau tentu tidak turun dari kudamu dan berlari-lari di tanah sambil mengendus-endus tanah dengan hidungmu dan berseru nyaring-nyaring Ow-Ow?”“Jadi kaubiarkan anjing pemburu itu melakukan pekerjaannya sebagai anjing, bukan ? Lalu mengapa kausuruh aku, Hercule Poirot, merendahkan diriku dengan merangkak (mungkin di rumput yang lembab), hanya untuk mempelajari bekas jejak kaki yang mencurigakan ?”[ ~ Murder on the Links | p. 26 – 27 ]
Kisah kali ini bukan saja
menarik, tetapi juga mengungkap gambaran lebih jelas antara hubungan Poirot dan
Hastings, persahabatab serta kasih sayang antar mereka, terutama pengertian
dalam Poirot menyangkut pilihan-pilihan keputusan yang diambil oleh Hastings,
yang cenderung memiliki sifat impulsif serta romantis. Jika boleh dibandingkan
antara karakter Watson dan Sherlock, maka kombinasi Hastings dan Poirot ini
terasa lebih dalam, karena perbedaan watak serta cara-cara pengungkapan khas
pria Inggris yang kaku dan kuno, dipadu dengan sosok pria Belgia yang hangat
dan ceria, tak pernah malu untuk mengungkapkan perasaan di depan umum (yang
seringkali membuatku geli membaca reaksi Hastings yang gerah dan malu melihat
perilaku sahabatnya).
Hal lain yang tak kalah
menariknya, salah satu (kelemahan) sifat Kapten Hastings yang menyukai segala
sesuatu yang ‘indah’, termasuk wanita cantik dan menarik (terutama yang
berambut merah) kali ini mendapat tantangan besar. Dimulai dari perkenalan
secara tidak sengaja di dalam kereta api, antara Kapten Hastings dengan wanita
muda yang periang serta suka berbicara blak-blakan. Secara garis besar, gadis
ini bukanlah termasuk dalam daftar wanita yang diminati oleh beliau, namun
tanda daya, gadis ini memiliki daya pikat tersendiri yang membuat dirinya
‘lupa-daratan’ hingga nyaris melakukan berbagai kesalahan demi membantu dan
melindungi dirinya. Dan ketika sang gadis yang hanya memperkenalkan diri
sebagai ‘Cinderella’ – ternyata terlibat dalam kasus ini, bahkan menjadi
tersangka utama, maka Kapten Hastings harus berhadapan langsung dengan Hercule
Poirot !!!
Favorite Quotes :
“Astaga, Poirot, adakah kaulihat dewi muda itu ?”Poirot mengangkat alisnya.“Nah, mulai lagi kau ! Belum-belum kau sudah melihat ‘dewi’ !““Masakan kau tak melihatnya ?”“Mon ami, jarang sekali dua orang melihat hal yang sama. Umpama saja, yang kau lihat adalah dewi. Sedang aku __(sejenak ragu) Aku hanya melihat seorang gadis yang bermata penuh rasa takut.”[ ~ Murder on the Links | p. 31 ]
Poirot memandangku dengan sedih, lalu menggeleng.“Tuhanku ! Menyedihkan sekali ! Kau begitu cerdas – tapi begitu kurang pandai mencari cara kerja yang baik. Ada semacam latihan yang baik sekali untuk mengembangkan sel-sel kecil yang kelabu. Pertama-tama kita harus menggunakan pengetahuan psikologi kita.”[ ~ Murder on the Links | p. 233 ]
“Poirot, maafkan aku. Kuakui bahwa aku telah berkelakuan buruk terhadapmu dalam hal ini. Tapi kadang-kadang orang tak punya pilihan lain. Dan aku harus mengambil jalanku sendiri.”“Aku mengerti.” “Yah, kau sudah dilanda cinta, bukan Sahabatku? __ Cinta yang tidak seperti kaubayangkan __ yang manis, melainkan yang membawa korban. Yah __ aku sudah meberikan peringatan. Mon ami ! Hiduplah cinta ! Cinta bisa menciptakan suatu mukjizat. Memang benar-benar hebat cerita karanganmu itu. Hercule Poirot sendiri pun kalah olehnya.” [ ~ Murder on the Links | p. 259 – 260 ]
Conclusion :
I read this book at first time
when I already read many of Agatha’s books, so this time as my personal project
to reading again the whole Agatha’s works by the period of the book release,
there is more clear-path that gave each relation between the books, and how far
the progress of the main characters, from the very first time they meet, from
the first cases, and how they meet interesting people that also will taking
important roles in several stories.
This book consider as the
second book on Hercule Poirot’s series (although by the year of published, The
Secret Adversary are consider the second book from Agatha’s Novel). In this
story, both Poirot and his partner, Capt. Hastings are going to France to meet
a client – but unfortunately, when they got there, the person who asking for
their assistance already die – murderer. The strange location of the crime,
even the story behind the attack who at first believe as robbery gone bad – are
become the case of murder with several strong suspects, yet it cannot be proven
or even arrested.
Poirot and Hastings must deals
with rumors surrounding the villagers, reveal scandal among the victim and
neighbour, added with dark-secret behind almost each person they meet. And to
makes this story more interesting, even Capt. Hastings have secret that he keep
from Poirot. Secret that involving a very interesting woman, who only known by
her nickname ‘Cinderella’ ... and when her involment is getting away in this
case, Hastings must face to face with Poirot, on the opposite situation,
between justice and love .... \(^_^)/
[ more about the author, check
my post ALL ABOUT AGATHA CHRISTIE ]
This Post also include in
Best Regards,
No comments :
Post a Comment