MY CHARACTER THURSDAY ( 4
)
Semenjak selesai dengan The Count of
Monte Cristo sebagai proyek baca bersama BBI di bulan lalu, sudah menjadi
keinginanku untuk mengulas lebih dalm mengenai karakter-karakter yang ada dalam
kisah ini. Entah mengapa dari beberapa bacaan klasik yang telah kubaca dan
review, kisah ini justru lebih lama berada di benakku. Dan setelah
menyelesaikan proyek bulan lalu, baru kusadari bahwa kisah ini jauh lebih
kompleks dari sekedar kisah petualangan yang menegangkan dalam review
sebelumnya yang harus kubagi menjadi dua bagian. Jika ada yang selalu
berkomentar bahwa reviewku ‘panjang-panjang’ maka untuk kisah ini akan
ku-perpanjang dengan pembahasan karakter unik yang sungguh sayang untuk
dilewatkan.
Dengan adanya pembaharuan pada weekly
meme ‘Character Thursday’ yang dihost oleh Fanda, maka inilah kesempatanku
untuk memperkenalkan karakter Edmond Dantès serta Count of Monte Cristo.
Keunikan kisah ini sudah langsung disajikan dengan adanya kedua karakter yang
pada dasarnya adalah sosok manusia yang sama, tapi jika Anda cermati, peran yang
mereka lakukan justru bertolak belakang , meski pada akhirnya mereka menemukan
kesamaan dalam tujuan akhir hidupnya.
Edmond Dantès, sosok pemuda yang masih belia, penuh percaya
diri, ramah dan jujur pada diri sendiri juga terhadap orang-orang di sekelilingnya.
Dengan sifat-sifat dan pembawaannya, mudah disimpulkan bahwa ia masuk dalam
kategori protagonis, apalagi ia memiliki sifat yang positif cepat menular pada
lingkungan sekitarnya. Ia memiliki Impian besar dan bersedia bekerja keras demi
mewujudkannya, dan karenanya ia diterima oleh orang-orang yang suka dengan
pembawaan dirinya. Namun dimana ada bintang keberuntungan, maka setan pun akan
cemburu, alhasil dunia Edmond Dantès berubah 180 derajat. Dari seorang yang
bebas-merdeka untuk membentuk kehidupan yang dimaui, menjadi seorang tahanan yang
akan terkurung selamanya diruang bawah tanah.
“Abbe Faria: Here is your final lesson - do not commit the crime for which you now serve the sentence. God said, Vengeance is mine.
Edmond Dantes: I don't believe in God.
Abbe Faria: It doesn't matter. He believes in you. ”
Di sinilah mulai awal pergulatan dalam
dirinya, antara membiarkan kematian menjemputnya hingga ia akhirnya ‘menemukan’
pencerahan lewat sesama tahanan untuk melarikan diri dari kurungan tembok tebal
penjara yang dibangun di pulau terpencil, di tengah-tengah samudra luas. Sebagai
seseorang yang terbiasa ‘aktif’ fisik maupun pikirannya, bukan hanya
tembok-tembok bisu yang bisa membuat seseorang menjadi gila dalam tahanan
sekian lama, tapi tanpa ada komunikasi atau sekedar sarana untuk mengeluarkan
berbagai pikiran dalam benak seseorang, inilah ‘penjara’ sesungguhnya. Dantès
mendapati rekan dan sahabat barunya adalah seorang cendikiawan yang arif
sekaligus memiliki wawasan yang luas, apalagi mengingat ia sudah berada dalam
tahanan lebih lama dari Dantès. Merencanakan, mempersiapkan dengan penuh
ketelitian, kehati-hatian, serta dengan diam-diam serta tekad baja, sebuah
pelarian akan segera dilakukan, meskipun memakan waktu bertahun-tahun, ini
adalah satu-satunya cara yang mampu mempertahankan akal sehat pemuda Dantès.
Dan ketika kesempatan itu akhirnya datang pada saat yang sama sekali tidak
diduga, Dantès bertekad untuk menjalaninya, karena tiada beban yang
menghalanginya, satu-satunya yang ia pernah takuti adalah kematian, dan kali
ini ia telah ‘bersahabat dan menyambut’ kematian dengan tangan terbuka.
Count of Monte Cristo, sosok bangsawan aneh, yang bisa dikatakan agak
nyentrik. Namun berkat kekayaan yang dimilikinya, maka kekuasaan serta
pergaulan kalangan atas dapat dengan mudah dimasuki olehnya. Tentu kita sebagai
pembaca mengetahui asal-usul bangsawan kaya nan misterius, paling tidak
menduga-duga. Berbeda dengan penggambaran karakter di awal kisah, kali ini sang
tokoh hanya memiliki satu tujuan : membalas dendam dengan berbagai cara dan
jalan pada setiap mangsanya. Nah, di sini bagaimana kita men-definisikan sang
karakter ? Apakah ia protagonis karena membalaskan dendam para korban akibat
keserakahan dan ketamakan ? Ataukah ia justru merupakan sosok antagonis yang
merusak kehidupan rumah tangga para korban balas dendamnya ? Apalagi akibat tindakan ‘main-hakim’ sendiri
yang ia lakukan, beberapa nyawa melayang, termasuk kematian bocah cilik yang
tewas diracun oleh sang ibu, yang juga kemudian memutuskan untuk bunuh diri.
Di sinilah diriku tertarik berbagai
siasat serta muslihat yang dilakukan oleh sosok ini, dengan perhitungan matang
serta penyelidikan selama bertahun-tahun, ia mampu ‘menyelinap’ masuk ke dalam
kehidupan para calon korbannya. Bahkan ia bisa duduk dan bercakap-cakap tanpa
mereka menyadari siapakah sosok yang berada di hadapannya. Sebagai Edmond Dantès,
ia senantiasa bersikap jujur apa adanya, bahkan cenderung blak-blakan. Namun
sebagai Count of Monte Cristo, ia justru bersikap misterius dan menutup diri –
tipikal seseorang yang sudah pernah mengalami peristiwa traumatis yang membuat
suatu ‘luka’ di dalam dirinya. Bahkan saat ia berubah menjadi berbagai macam
karakter dalam proses penyelidikan guna mengetahui kebenaran di balik peristiwa
penahanan dirinya, sunggug menakjubkan bagaimana sesaat ia menjadi sosok
pastur, sesaat kemudian berubah menjadi karakter yang sama sekali berbeda.
Jika
Anda berpendapat bahwa ia adalah seorang aktor yang handal, maka diriku kurang
setuju. Karena seorang aktor yang baik, akan mengambil alih peran sepenuhnya
dan melupakan jati dirinya. Sedangkan karakter yang kita bicarakan ini, meski
berubah-ubah menjadi tokoh yang berbeda, ia tetap memiliki tujuan dan pemikiran
yang sama, sebagai Edmond Dantès yang bertujuan membalas dendam. Ia tak pernah
melupakan jati dirinya sedetik pun. Rasa sayang dan benci pada tokoh-tokoh lain
juga tak mengalami perubahan meski ia berubah peran. Maka dapat kukatakan satu
hal di luar konteks karakter ini – bahwa sang penulis mampu memasukan peran
detektif handal yang ahli menyamar dalam kisah ini, jauh sebelum karya-karya
tulis dengan tema ini muncul.
Kepuasan tambahan yang diberikan kepada
pembaca oleh sang penulis lewat karakter Count of Monte Cristo ini, betapa
sangat manusiawi penggambaran sosok ini. Dengan narasi yang terkadang dari
sudut pandang tokoh ini, diriku mampu menyelami berbagai pergulatan yang
senantiasa dan terus dialaminya sepanjang kisah. Dan yang lebih menyentuh,
bagaimana ia pada akhirnya mampu mengambil pelajaran berharga yang sangat mahal
menjelang akhir kisahnya. Bahwa sungguh tidak mungkin ia meminta kembali masa
lalu-nya yang telah hilang, dengan segala kepahitan dan kegetiran yang
menderanya. Bahkan pada akhirnya, ia pun tak mengalami kegembiraan ataupun
kebahagiaan melihat para korbannya berjatuhan. Ia belajar untuk menerima
dirinya apa adanya, baik dan buruk, bahwa di balik kejahatan akan muncul
kebaikan, di antara semua penderitaan, akan ada kebahagiaan yang layak untuk
dinikmati, dan saat kematian menjelang, kehidupan baru justru muncul ...
And to close my opinion about Edmond Dantès or Count of Monte Cristo, here is some of my favorite quotes, just the right theme to close the stories, yet not finish 'cause it's another path to new choice, new life, new hope for every mankind ...
“Katakan kepada malaikat yang akan menjaga hidupmu untuk sekali waktu berdoa bagi seorang manusia yang, seerti setan, untuk sejenak percaya dirinya sendiri sama dengan Tuhan, tetapi yang akhirnya menyadari dalam semua kerendahan hati bahwa kekuasaan dan kebijakan tertinggi berada di tangan Tuhan sendiri.”
“There is neither happiness nor misery in the world; there is only the comparison of one state with another, nothing more. He who has felt the deepest grief is best able to experience supreme happiness. We must of felt what it is to die, Morrel, that we may appreciate the enjoyments of life.
" Live, then, and be happy, beloved children of my heart, and never forget, that until the day God will deign to reveal the future to man, all human wisdom is contained in these two words, 'Wait and Hope.”
Best Regards,
* Hobby Buku *
Aaaahh...Count of Monte Cristo, salah satu tokoh favoritku. Terkagum-kagum pada sosoknya (memang Alexandre Dumas paling piawai menciptakan tokoh2 heroic macam Dantes ini)! Tidak atau kurang realistis sih, tapi justru itu jadi sulit terlupakan.
ReplyDeleteI know !!! I don't why after reading this, the stories still in my mind for several days, just want to explore much deeper, but I'm racing with time :( *my time I meant .. ho..ho*
DeleteMy goodness. Heaven knows how I love this character deeply. That's why I haven't written him in Character Thursday. I cannot write when I'm in love (look at my Phantom Character Thursday if you don't believe it). He's a very complex character, and I'm happy that he at last finds happiness.
ReplyDeleteBy the way, the quotation above, about believing or not believing in God is not from the book, but from the movie, isn't it?
Yayy..yang saya suka dari Dantes adalah dia tau membalas budi untuk keluarga Morrel...
ReplyDeletemeski misi balas dendamnya benar2 jadi tujuan utamanya setelah menjadi Count Monte Cristo
"Dan sekarang, selamat tinggal kepada kebaikan, kemanusiaan, dan rasa syukur. Selamat tinggal kepada semua sentimen yang menggembirakan hati. Aku sudah menggantikan diriku sendiri sebagai Tuhan dalam mengganjar yang baik; semoga Tuhan pembalasan dendam sekarang memberikan tempat-Nya bagiku untuk menghukum yang jahat."