WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Thursday, July 12, 2012

MY CHARACTER THURSDAY [ 4 ] : "Edmond Dantes" from The Count of Monte Cristo


MY CHARACTER THURSDAY ( 4

Semenjak selesai dengan The Count of Monte Cristo sebagai proyek baca bersama BBI di bulan lalu, sudah menjadi keinginanku untuk mengulas lebih dalm mengenai karakter-karakter yang ada dalam kisah ini. Entah mengapa dari beberapa bacaan klasik yang telah kubaca dan review, kisah ini justru lebih lama berada di benakku. Dan setelah menyelesaikan proyek bulan lalu, baru kusadari bahwa kisah ini jauh lebih kompleks dari sekedar kisah petualangan yang menegangkan dalam review sebelumnya yang harus kubagi menjadi dua bagian. Jika ada yang selalu berkomentar bahwa reviewku ‘panjang-panjang’ maka untuk kisah ini akan ku-perpanjang dengan pembahasan karakter unik yang sungguh sayang untuk dilewatkan.

Dengan adanya pembaharuan pada weekly meme ‘Character Thursday’ yang dihost oleh Fanda, maka inilah kesempatanku untuk memperkenalkan karakter Edmond Dantès serta Count of Monte Cristo. Keunikan kisah ini sudah langsung disajikan dengan adanya kedua karakter yang pada dasarnya adalah sosok manusia yang sama, tapi jika Anda cermati, peran yang mereka lakukan justru bertolak belakang , meski pada akhirnya mereka menemukan kesamaan dalam tujuan akhir hidupnya. 


Edmond Dantès, sosok pemuda yang masih belia, penuh percaya diri, ramah dan jujur pada diri sendiri juga terhadap orang-orang di sekelilingnya. Dengan sifat-sifat dan pembawaannya, mudah disimpulkan bahwa ia masuk dalam kategori protagonis, apalagi ia memiliki sifat yang positif cepat menular pada lingkungan sekitarnya. Ia memiliki Impian besar dan bersedia bekerja keras demi mewujudkannya, dan karenanya ia diterima oleh orang-orang yang suka dengan pembawaan dirinya. Namun dimana ada bintang keberuntungan, maka setan pun akan cemburu, alhasil dunia Edmond Dantès berubah 180 derajat. Dari seorang yang bebas-merdeka untuk membentuk kehidupan yang dimaui, menjadi seorang tahanan yang akan terkurung selamanya diruang bawah tanah. 

“Abbe Faria: Here is your final lesson - do not commit the crime for which you now serve the sentence. God said, Vengeance is mine.
Edmond Dantes: I don't believe in God.
Abbe Faria: It doesn't matter. He believes in you. ”
 




Di sinilah mulai awal pergulatan dalam dirinya, antara membiarkan kematian menjemputnya hingga ia akhirnya ‘menemukan’ pencerahan lewat sesama tahanan untuk melarikan diri dari kurungan tembok tebal penjara yang dibangun di pulau terpencil, di tengah-tengah samudra luas. Sebagai seseorang yang terbiasa ‘aktif’ fisik maupun pikirannya, bukan hanya tembok-tembok bisu yang bisa membuat seseorang menjadi gila dalam tahanan sekian lama, tapi tanpa ada komunikasi atau sekedar sarana untuk mengeluarkan berbagai pikiran dalam benak seseorang, inilah ‘penjara’ sesungguhnya. Dantès mendapati rekan dan sahabat barunya adalah seorang cendikiawan yang arif sekaligus memiliki wawasan yang luas, apalagi mengingat ia sudah berada dalam tahanan lebih lama dari Dantès. Merencanakan, mempersiapkan dengan penuh ketelitian, kehati-hatian, serta dengan diam-diam serta tekad baja, sebuah pelarian akan segera dilakukan, meskipun memakan waktu bertahun-tahun, ini adalah satu-satunya cara yang mampu mempertahankan akal sehat pemuda Dantès. Dan ketika kesempatan itu akhirnya datang pada saat yang sama sekali tidak diduga, Dantès bertekad untuk menjalaninya, karena tiada beban yang menghalanginya, satu-satunya yang ia pernah takuti adalah kematian, dan kali ini ia telah ‘bersahabat dan menyambut’ kematian dengan tangan terbuka.  



Count of Monte Cristo, sosok bangsawan aneh, yang bisa dikatakan agak nyentrik. Namun berkat kekayaan yang dimilikinya, maka kekuasaan serta pergaulan kalangan atas dapat dengan mudah dimasuki olehnya. Tentu kita sebagai pembaca mengetahui asal-usul bangsawan kaya nan misterius, paling tidak menduga-duga. Berbeda dengan penggambaran karakter di awal kisah, kali ini sang tokoh hanya memiliki satu tujuan : membalas dendam dengan berbagai cara dan jalan pada setiap mangsanya. Nah, di sini bagaimana kita men-definisikan sang karakter ? Apakah ia protagonis karena membalaskan dendam para korban akibat keserakahan dan ketamakan ? Ataukah ia justru merupakan sosok antagonis yang merusak kehidupan rumah tangga para korban balas dendamnya ?  Apalagi akibat tindakan ‘main-hakim’ sendiri yang ia lakukan, beberapa nyawa melayang, termasuk kematian bocah cilik yang tewas diracun oleh sang ibu, yang juga kemudian memutuskan untuk bunuh diri.

Di sinilah diriku tertarik berbagai siasat serta muslihat yang dilakukan oleh sosok ini, dengan perhitungan matang serta penyelidikan selama bertahun-tahun, ia mampu ‘menyelinap’ masuk ke dalam kehidupan para calon korbannya. Bahkan ia bisa duduk dan bercakap-cakap tanpa mereka menyadari siapakah sosok yang berada di hadapannya. Sebagai Edmond Dantès, ia senantiasa bersikap jujur apa adanya, bahkan cenderung blak-blakan. Namun sebagai Count of Monte Cristo, ia justru bersikap misterius dan menutup diri – tipikal seseorang yang sudah pernah mengalami peristiwa traumatis yang membuat suatu ‘luka’ di dalam dirinya. Bahkan saat ia berubah menjadi berbagai macam karakter dalam proses penyelidikan guna mengetahui kebenaran di balik peristiwa penahanan dirinya, sunggug menakjubkan bagaimana sesaat ia menjadi sosok pastur, sesaat kemudian berubah menjadi karakter yang sama sekali berbeda. 

Jika Anda berpendapat bahwa ia adalah seorang aktor yang handal, maka diriku kurang setuju. Karena seorang aktor yang baik, akan mengambil alih peran sepenuhnya dan melupakan jati dirinya. Sedangkan karakter yang kita bicarakan ini, meski berubah-ubah menjadi tokoh yang berbeda, ia tetap memiliki tujuan dan pemikiran yang sama, sebagai Edmond Dantès yang bertujuan membalas dendam. Ia tak pernah melupakan jati dirinya sedetik pun. Rasa sayang dan benci pada tokoh-tokoh lain juga tak mengalami perubahan meski ia berubah peran. Maka dapat kukatakan satu hal di luar konteks karakter ini – bahwa sang penulis mampu memasukan peran detektif handal yang ahli menyamar dalam kisah ini, jauh sebelum karya-karya tulis dengan tema ini muncul. 


Kepuasan tambahan yang diberikan kepada pembaca oleh sang penulis lewat karakter Count of Monte Cristo ini, betapa sangat manusiawi penggambaran sosok ini. Dengan narasi yang terkadang dari sudut pandang tokoh ini, diriku mampu menyelami berbagai pergulatan yang senantiasa dan terus dialaminya sepanjang kisah. Dan yang lebih menyentuh, bagaimana ia pada akhirnya mampu mengambil pelajaran berharga yang sangat mahal menjelang akhir kisahnya. Bahwa sungguh tidak mungkin ia meminta kembali masa lalu-nya yang telah hilang, dengan segala kepahitan dan kegetiran yang menderanya. Bahkan pada akhirnya, ia pun tak mengalami kegembiraan ataupun kebahagiaan melihat para korbannya berjatuhan. Ia belajar untuk menerima dirinya apa adanya, baik dan buruk, bahwa di balik kejahatan akan muncul kebaikan, di antara semua penderitaan, akan ada kebahagiaan yang layak untuk dinikmati, dan saat kematian menjelang, kehidupan baru justru muncul ... 

And to close my opinion about Edmond Dantès or Count of Monte Cristo, here is some of my favorite quotes, just the right theme to close the stories, yet not finish 'cause it's another path to new choice, new life, new hope for every mankind ...

“Katakan kepada malaikat yang akan menjaga hidupmu untuk sekali waktu berdoa bagi seorang manusia yang, seerti setan, untuk sejenak percaya dirinya sendiri sama dengan Tuhan, tetapi yang akhirnya menyadari dalam semua kerendahan hati bahwa kekuasaan dan kebijakan tertinggi berada di tangan Tuhan sendiri.”


“There is neither happiness nor misery in the world; there is only the comparison of one state with another, nothing more. He who has felt the deepest grief is best able to experience supreme happiness. We must of felt what it is to die, Morrel, that we may appreciate the enjoyments of life.


" Live, then, and be happy, beloved children of my heart, and never forget, that until the day God will deign to reveal the future to man, all human wisdom is contained in these two words, 'Wait and Hope.”
 
Best Regards,
* Hobby Buku *

4 comments :

  1. Aaaahh...Count of Monte Cristo, salah satu tokoh favoritku. Terkagum-kagum pada sosoknya (memang Alexandre Dumas paling piawai menciptakan tokoh2 heroic macam Dantes ini)! Tidak atau kurang realistis sih, tapi justru itu jadi sulit terlupakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. I know !!! I don't why after reading this, the stories still in my mind for several days, just want to explore much deeper, but I'm racing with time :( *my time I meant .. ho..ho*

      Delete
  2. My goodness. Heaven knows how I love this character deeply. That's why I haven't written him in Character Thursday. I cannot write when I'm in love (look at my Phantom Character Thursday if you don't believe it). He's a very complex character, and I'm happy that he at last finds happiness.

    By the way, the quotation above, about believing or not believing in God is not from the book, but from the movie, isn't it?

    ReplyDelete
  3. Yayy..yang saya suka dari Dantes adalah dia tau membalas budi untuk keluarga Morrel...
    meski misi balas dendamnya benar2 jadi tujuan utamanya setelah menjadi Count Monte Cristo

    "Dan sekarang, selamat tinggal kepada kebaikan, kemanusiaan, dan rasa syukur. Selamat tinggal kepada semua sentimen yang menggembirakan hati. Aku sudah menggantikan diriku sendiri sebagai Tuhan dalam mengganjar yang baik; semoga Tuhan pembalasan dendam sekarang memberikan tempat-Nya bagiku untuk menghukum yang jahat."

    ReplyDelete