Judul Asli : THE
ADVENTURES OF TOM SAWYER
Copyright © Mark Twain
Penerbit Bentang
Alih Bahasa : Nin Bakdi Soemanto
Editor : Dhewiberta
Ilustrasi Isi : Enjhel
Cover by Kuswanto
Cetakan I : April 2011 ; 356 hlm
[ source ] |
Thomas ‘Tom’Sawyer
– bocah lincah yang tak pernah bisa diam karena benaknya selalu aktif, berisi
berbagai imajinasi. Ia tinggal bersama dengan Aunt Polly, beserta Sidney (adik
tirinya yang selalu bermusuhan karena sifat mereka yang bertolak belakang) dan
Mary (yang baik hati, lembut dan tegas) setelah kedua orang tuanya tiada. Tingkah
laku Tom selalu membuat Aunt Polly jengkel dan kesal, namun diam-diam ia
merupakan kesayangan beliau karena ‘kelincahan’ dan ‘kenakalannya’.
Simak saja bagaimana Tom berhasil menghindari hukuman
mengecat pagar dari Aunt Polly, dengan ‘mengakali’ anak-anak lain sehingga
akhirnya mereka semua secara bergantian mengecat, sedangkan Tom duduk
ongkang-ongkang kaki. Atau bagaimana ia bisa terpilih menerima hadiah Kitab
Suci sebagai tanda kerajinan dan ketekunan mempelajari dan menghafal setiap
ayat-ayat didalamnya (percayalah bahwa Tom tak mungkin bisa bertahan menghafal
satu ayat, semuanya ia dapatkan dengan cerdik sekaligus agak licik, memperdaya
anak-anak lain).
[ source ] |
Tom tidak suka duduk diam dan manis di rumah atau disekolah.
Ia lebih senang bermain dan menjelajahi dunia luar (yang dimaksud adalah masuk
ke hutan, rawa-rawa, rumah kosong, serta pemakaman di wilayah itu). Selain
sahabatnya John Harker, Tom suka sekali bertualang dengan Huckleyberry Finn –
seorang anak ‘gelandangan’ alias tidak memiliki tempat tinggal tetap, yang
tinggal berdua dengan ayah yang pemabuk berat dan suka memukul – membuat Huckleyberry
Finn lebih suka hidup seorang diri. Bersama-sama mereka paling suka bermain
menjadi perompak atau bajak laut yang sedang mencari harta karun terpendam.
Dan karena kesukaan mereka menyusup di tempat-tempat yang aneh
inilah, membawa Tom dan Huckleyberry pada suatu petualangan yang akan merubah
kehidupan mereka. Dimulai saat mereka berada di pemakaman menjelang tengah
malam (dengan membawa tubuh kucing mati yang akan dimantrai guan menyembuhkan
penyakit, haha). Ternyata di pemakaman tanpa sengaja mereka melihat gerombolan
pencuri makam (pada masa itu sering terjadi orang yang dimakamkan dikubur
bersama dengan harta bendanya), yang terdiri dari Muff Potter – pemabuk kambuhan,
Injun Joe – peranakan Indian yang mengerikan serta Dokter Robinson. Kemudian terjadi
perkelahian antar mereka bertiga yang mengakibatkan Dokter Robinson tewas,
tertikam pisau di dadanya.
[ source ] |
Tiada yang mengetahui persis bagaimana kejadian tersebut,
hingga keesokan paginya penduduk desa gempar menemukan mayat sang dokter di
pemakaman. Tertuduh utama adalah Muff Potter yang diketahui memiliki pisau yang
menancap didada mayat itu. Hanya Tom dan Huck yang mengetahui kebenaran
kisahnya, bahwa Injun Joe yang membunuh Dokter Robinson dan memperdaya Muff
yang pingsan saat kejadian. Masyarakat langsung mengajukan Muff Potter ke
persidangan sebagai tersangka, Injun Joe bebas
bahkan turut mendukung penghujatan terhadap Mutt. Tom dan Huck tersiksa
akan pengetahuan mengerikan itu, namun mereka tak memiliki keberanian untuk
mengungkap kebenaran. Karena Injun Joe adalah seorang pendendam, jika ia tahu
bahwa kedua anak itu adalah saksi, ia tak akan ragu-ragu melenyapkan mereka.
Kisah ini sangat
menarik sekaligus menghibur dengan kenakalan Tom, bagaimana ia dengan cerdik
bisa lolos dari berbagai hukuman. Namun jangan salah duga bahwa ia adalah anak
yang tak terdidik, dalam hatinya Tom adalah adalah baik hanya memiliki
imajinasi tinggi, yang tak akan cocok dengan segala peraturan dan norma-norma
yang kaku pada jaman itu. Mark Twain mampu memberikan ‘sindiran’ akan kehidupan
orang-orang yang dianggap terhormat namun ternyata sedikit hipokrit dengan
hal-hal yang berbau kebenaran. Karena pada saat itu kebenaran dan kebaikan
selalu diukur berdasarkan kepatuhan dan disiplin tinggi yang otomatis sedikit
membosankan bagi jiwa-jiwa bebas seperti Tom dan Huck.
[ source ] |
Penulis juga menyinggung tentang pendidikan pada jaman itu,
dimana guru adalah sosok yang terhormat, setiap ucapan dan perintahnya wajib
diikuti, namun tak sedikit dari para pendidik yang justru bertindak semena-mena
terhadap murid-muridnya. Pandangan serupa juga terlihat dalam karya-karya penulis
seperti Road Dahl dan Astrid Lindgren lewat karyanya Si Badung Emil. Kelebihan dari
Mark Twain adalah mampu meramu suatu kisah anak dengan petualangan serta
pembelajaran yang bukan saja cocok sebagai bacaan anak-anak, tetapi juga untuk
orang-orang dewasa.
Maka kisah ini memang tepat dikategorikan sebagai sebuah
novel klasik, karena kompleknya isu-isu yang diangkat. Mulai dari situasi
sosial, pendidikan, rasialis, dan budaya setempat yang digambarkan dengan detil.
Yang jelas, diriku mampu terbahak-bahak membaca bagaimana Tom dan John Harker
asyik bermain dengan kutu alih-alih mendengarkan pelajaran. Atau bagaimana Tom
melepaskan kumbang yang menjadi sasaran permaina seekor anjing ditengah-tengah
kotbah pendeta yang serius (^_^) ... terlepas dari beberapa bagian terjemahan
yang terasa janggal disana –sini, kisah ini tetap memberikan suatu masukan
serta hiburan dalam satu paket.
Tentang Penulis :
Mark Twain (30 Nopember 1835 – 21 April 1910) adalah nama pena Samuel
Langhorne Clemens. Tumbuh besar di Hannibal, Missouri, tempat kelahirannya ini
menjadi seting pada novel The Adventures
of Huckleyberrry Finn dan The
Adventures of Tom Sawyer. Di tempat itu dia pernah menjalani karier sebagai
tukang cetak di sebuah percetakan, juga pengemudi kapal di Sungai Mississipi.
Anak keenam dari tujuh bersaudara ini sempat pula tertarik untuk terjun di
bidang pertambangan. Sayang ia gagal sehingga memutuskan untuk menggeluti
bidang jurnalistik.
[ source ] |
Pada awal karier jurnalistiknya, Twain menulis beberapa
kisah lucu, salah satunya adalah The
Celebrated Jumping Frog of Calaveras Count, yang menarik perhatian banyak
orang. Bahkan karya tulisnya berupa buku-buku catatan perjalanan, mendapat
tempat tersendiri bagi para penggemarnya. Pada titik inilah beliau menemukan
panggilan hidupnya untuk menulis.
Setelah kematian putra pertamanya, beliau membawa istrinya,
Olivia Langdon untuk pindah ke Hartford Connecticut. Di tempat itu, Mark Twain
banyak menuliskan karya-karya besarnya seperti The Adventures of Tom Sawyer (1876), The Prince and The Pauper (1881), Life on the Mississipi (1883),
The Adventures of Huckleyberrry Finn (1884), dan A Connecticut Yankee in King Arthur’s Court (1889).
[ source ] |
Kisah petualangan Tom Sawyer ini bukan saja merupakan karya
classic literature tetapi termasuk dalam salah satu genre penulisan novel bad
boys – dan telah diadaptasi dalam berbagai bidang, mulai dari drama, serial TV,
film layar lebar, musikal, balet, bahkan ikon-ikon tertentu seperti Google yang
pernah menampilkan lewat google-doodle.
Best Regards,
No comments :
Post a Comment