WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Tuesday, October 30, 2012

Books "MARCH"



Books “KAPTEN MARCH”
Judul Asli : MARCH
Copyright © Geraldine Brooks, 2005
Penerbit Hikmah
Alih Bahasa : Femmy Syahrani & Herman Ardiyanto
Pewajah Isi : Dinan Hasbudin AR
Pewajah Sampul : Windu Tampan
Cetakan I : Mei 2007 ; 420 hlm 

Jo berkata dengan sedih, “Ayah tak ada, dan tak akan pulang untuk waktu yang lama.” Dia tidak berkata “mungkin untuk selama-lamanya,” tetapi setiap kaka-beradik itu menambahkannya dalam hati, seraya memikirkan ayah yang begitu jauh, di tempat pertempuran berkecamuk. --- Louisa May Alcott, paragraph from Little Women 


Aku berjanji akan menulis kepada istriku setiap hari, dan aku selalu memulai kewajiban ini ketika pikiranku sedang gundah. Rasanya seakan-akan dia sejenak hadir bersamaku, tangannya yang menenteramkan mendarat lembut di bahuku. Akan tetapi, aku bersyukur bahwa dia tidak berada di sini, tidak melihat apa yang harus kulihat, tidak mengetahui apa yang kini kuketahui. Dan dengan pikiran ini aku menyatakan diriku tak bersalah karena menyensor diri : aku tak pernah berjanji akan menulis dengan jujur.
[ from March by Geraldine Brooks | p. 4-5 ]


[ source ]
Kisah ini dibuka dengan keberadaan March – pendeta tentara berusia 40 tahun, berpangkat kapten dari pasukan Union (pihak Utara) yang mendukung penghapusan perbudakan pada Perang Saudara (American Civil War ;  1861 – 1866), ditengah kancah pertempuran di wilayah Sungai  Potomac, Virginia. Kekalahan pihak Utara, memakan banyak korban jiwa, membuat pasukannya harus mundur menyelamatkan diri bagi orang-orang yang masih tersisa. Perjalanan ini membawa March ke suatu kediaman yang dijadikan rumah sakit sementara. Kediaman seorang secesh ( short from ‘secessionist’ = orang yang mendukung pembentukan Konfederasi Amerika ) yang dianggap ‘tidak-beres’ otaknya, hanya ditemani seorang budak wanita yang tidak melarikan diri.

Kediaman itu membawa kilas balik pada sosok March ketika ia masih berusia 18 tahun, sebagai seorang remaja yang penuh semangat, menjalankan tugasnya sebagai penjaja keliling dari Connecticut. Dalam perjalanan menelusuri wilayah Virginia, ia memasuki kediaman Augustus Clement – seorang tuan tanah yang ramah dan memiliki minat akan sastra serta literatur, bahkan koleksi perpustakaan pribadi yang mengundang minat March. Keduanya menemukan minat dan rasa tertarik yang sama, hingga Mr. Clement mengundang March untuk tinggal lebih lama, sehingga mereka bisa berdiskusi lebih lanjut. 

[ source ]
March yang ‘tergiur’ untuk dapat menikmati buku-buku dalam perpustakaan itu, menerima penawaran Mr. Clement, menetap, berdiskusi dan mengenal penghuni kediaman itu. Mr. Clement hanya tinggal berdua dengan sang istri yang kondisinya ‘sakit’ sehingga membutuhkan perawatan dan pengawasan terus-menerus. Putrinya telah menikah, sedangkan putra mereka sedang bepergian bersama mandor mereka. March juga mengenal para budak dalam pengurus kediaman. Mulai dari Grace – budak cantik yang memiliki warna kulit terang, anggun, cerdas, berani serta mampu membaca dan menulis, ia juga merupakan tangan kanan, pengurus semua kebutuhan Mrs. Clement yang bisa dikatakan ‘invalid’ akibat kecelakaan berkuda. Kemudian Annie – juru masak yang humoris dengan kedua anaknya, Justice bocah tampan berusia 10 tahun dan Prudence, gadis periang berusia 7 tahun. 

Suatu hari March mendapati bahwa Prudence tertarik untuk mengeja, namun niatnya untuk mengajari gadis itu dilarang keras oleh Annie, karena budak yang belajar membaca itu melanggar hukum, dan sangat berat siksaan yang akan diterima. Namun Grace yang memperoleh keberuntungan, dididik dan diajari oleh Mrs. Clement, memohon agar March bersedia mengajar Prudence secara diam-diam, karena gadis cilik itu sangat cerdas. Ketiga orang ini berkomplot melakukan sesuatu yang dianggap demi kemajuan dan kebaikan bersama. Namun tiada yang menyangka konsekuensi yang terjadi ketika konspirasi rahasia itu terbongkar. 

[ source ]
Kemarahan Mr. Clement membuatnya memerintahkan hukuman pada seseorang yang sama sekali tak diduga. Tindakan kejam dan tidak manusiawi, dipertontonkan di depan semua penghuni, tua-muda, dewasa bahkan kanak-kanak harus menyaksikan pelajaran bagi seorang pembangkang. Semenjak kejadian itu, jiwa dan batin March tidk pernah tenang, karena dirinyalah penyebab penyiksaan itu terjadi. Luka-luka siksaan yang disaksikan, menjadi sebuah luka permanen yang turut melukai hati March yang idealis dan memegang prinsip kemanusiaan diatas segalanya. 

March meneruskan hidupnya, bekerja keras, mengumpulkan kekayaan sedikit demi sedikit hingga mampu dikategorikan sebagai golongan menengah keatas. Perkenalannya dengan Miss Margaret Marie Day, yang kerap dipanggil Marmee – merubah hidupnya, ia jatuh cinta dan akhirnya mereka menikah dengan segala perbedaan karakter dan sifat yang bertolak-belakang. Namun keduanya setuju pada satu hal, perbudakan itu adalah suatu yang keji dan harus ditiadakan. Marmee adalah gadis menarik, bersemangat, cenderung pemarah dan berapi-api jika menyangkut masalah prinsip. Ia aktif sebagaimana anggota keluarganya dalam Underground Railroad – gerakan bawah tanah yang mendukung, menyembunyikan serta membantu budak-budak yang melarikan diri hingga ke tempat yang aman. 

[ source ]
Kisah bergulir dengan alur ‘maju-mundur’ berkisar seputar kehidupan masa lalu dan masa kini yang dijalani oleh Kapten March. Sebagai tokoh utama, karakter ini kurang menggugah perhatianku. Sorotan tentang kelemahan serta keputusaan dirinya sepanjang peperangan, ditambah dengan sikap tak mau ‘melihat-ke-masa-depan’ justru membuatku sedikit ‘gregetan’ dengan karakter ini. Alih-alih ingin menjadi pahlawan bagi budak yang pernah menarik hatinya, kemudian wanita yang akhirnya menjadi istrinya, namun pada saat kelemahan fisik dan pikiran menyerang, ia justru tak bersedia menerima konsekuensi dari perbuatannya. Sebaliknya, penggambaran akan kondisi para budak yang telah ‘merdeka’ dan menjalani kehidupan dengan pihak Utara, tidak kalah mengenaskan dengan mereka yang berada di pihak Selatan. Kisah ini mampu menjungkir-balikan fakta di balik karakter ayah-suami-pelayan Tuhan yang baik dalam kisah Little Women. Namun keindahan serta kejujuran yang dtampilkan, tak kalah menariknya dengan kisah Uncle Tom’s Cabin yang dituturkan dari sisi pandang pihak Selatan dari Perang Saudara Amerika. 

My Random Thought :
[ source ]
This stories based on the character in “Little Women” by Louisa May Alcott, a classic stories about family, a mother and her four daugthers who surviving through hard-poor life, when the head-family Mr. March, join the Union Army on Amrican Civil War. If you already reading the stories, there’s so little about Mr. March, and Geraldine Brooks become interested to explore more about ‘Mr. March’ – man of the March’s family. 

As everyone knows, “Little Women” was created based on L.M. Alcott’s life, she even discribe herself just like Jo’s character. So when Geraldine Brooks starts this stories idea, after several research, she discided to build Mr. March’s character based on Bronson Alcott – L.M. Alcott’s father, who known by his radical thinking and methods against  19 century of New England’s social culture. His friendship and relationship with famous authors and philosofer such as Ralph Waldo Emerson and Henry David Thoreau, also take part in this stories. 

[ source ]
March is a stories about young, idealistic man, who had his dreams and ambitions, but shatter when he meets the tragedy regarding punishment on slavery, who he claimmed as his fault ‘cause the incident happens. His ‘wounded-soul’ never fully recover, when the cycle of life bring back his haunted past almost twenty years later, through a woman named Grace – a slave that never accepted in both world, black of white, because she part of both black and white. Being alone, lonely, far from his loving family, March had to face the devil and hell, watching victims of war, one by one die or worse, hurting, wounded so badly, and his duty to save their souls as a priest, nearly happening as his hope. His own soul finally eatting-up by sadness and bitterness. His mind becoming corrupted, he even rejected the goodness inside him self, as he decribe to Grace : “I’m not worthy to enjoy the happiness, especially coming home to my family.” 

Regarding March’s character in this stories, so much different than what my first image based on Little Women’s. In this stories, he’s not such a powerful or even fatherhood figure, he was discribe as a man who had struggle with himself, worried too much about self-respect, and the misscommunication between him and his wife, ‘cause their savings, makes their family from wealthy to poor, and the biggest mistake was going to war at the age 40 with wrong reason, to ‘impress’ his wife, while his wife didn’t agree with his dissicion, but again --- not even trying to change his mind. It’s so typhical about how different man and woman point of view, how they responds to each others or what they really want from each others, but yet the truth never come-out from their mouth. So what the meaning of marriage, if they cannot understand their own couple. 

[ source ]
If this stories all about the conflict on March’s mind, maybe it would never won a Pullitzer’s Award, but this stories also give the readers behind the scene on American Civil War. I’ve been reading ‘Gone With The Wind’ by Margaret Mitchell and ‘Uncle Tom’s Cabin’ by Harriet Beecher Stowe, both also had setting on American Civil War, but in this stories, the authors taking us not only through glimpse of war its self, but about the life on what’s so called ‘free-slave’ who had their freedom and being pay for their works, just like all the campaign from the North. But the reality is, all the slave had similar situation, some even worse than when they still as a slave. The property and the land they used was abandon farm or land of the South’s who taken by North as collateral. Many of the North suddenly become landlord, and who else had to work on the field, taking crops and collected to finance the war ? Yes indeed, all the free slave, who promises to be pay as long “their reach the target”

 --- This remains me on paragraph taken from ‘Uncle Tom’s Cabin’ , specially on heavy disscusion between Augustine St. Clare – a French-American landlord from South, with his cousin Miss Ophelia St. Clare, who didn’t agree the way slavery works. Miss Ophelia said that even Bible condemned the term of slavery, but St. Clare declare that among living things, specially human, there must be at least two different level, ones stay below to serve and obey, the others had to be above, leads and teach them how to live a life. On the arguments, he also takes point on how young the African Peoples if compare to European or even American, so its a noble duty as ‘older-race’ to teach them a lesson. Just like parents teach their children, sometimes some punishment must be done to dicipline and straight-out minds of young-stupid-mindless children.

Tentang Penulis :
~ Geraldine Brooks & Tony Horwitz ~
Geraldine Brooks, adalah penulis novel Year of Wonders dan karya nonfiksi Nine Parts of Desire serta Foreign Correspondence. Sebelumnya, dia bekerja sebagai koresponden untuk The Wall Street Journal di Bosnia, Somalia, dan Timur Tengah. Beliau lahir dan besar di Australia, kini menetap di pedesaan Virginia dengan suaminya : Tony Horwitz yang juga seorang penulis, beserta putra mereka. Novel ‘March’ ini memperoleh penghargaan Pulitzer Prize for Fiction pada tahun 2006.

Best Regards, 
 

2 comments :

  1. huah! kutunggu kabar soal buku ini Mbak Maria!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, sdh aq siapkan tinggal The Namesake aja nih rada susah dapat yang bagusan :(

      Delete