Judul Asli : PERIL AT END HOUSE
[
book 7 of Hercule Poirot Series ]
Copyright © Agatha Christie
1932
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Ny. Suwarni A.S.
Desain Sampul : Dwi Koendoro
Cetakan III : Oktober 2002 ;
320 hlm ; ISBN 979-655-588-3
~ Conclusion (at the bottom
post) in English ~
Hercule Poirot dan sahabatnya
Kapten Hastings sedang menikmati liburan di Hotel Majestic – hotel terbesar di
St. Loo yang terkenal akan pemandangannya di kawasan selatan Inggris. Rencana
liburan tenang selama seminggu penuh, jauh dari keramaian, dirasa akan sangat
bermanfaat bagi Poirot, terutama setelah ia menyelesaikan kasus rumit pembunhan
dalam Kereta Api Biru di perbatasan Prancis. Namun baru sehari semenjak
kedatangan mereka, ketika Poirot melakukan ‘perkenalan-aneh’ dengan seorang
gadis cantik bernama Nick Buckley. Gadis itu tinggal di sebuah rumah yang cukup
aneh bernama End House, yang diwarisi dari kerabatnya.
Alasan utama Poirot mendekati
gadis itu, dipicu dengan adanya sebuah lubang pada topi Nick serta sebutir
peluru, yang membawa Poirot pada suatu kesimpulan, seseorang berusaha menembak
gadis itu tanpa ia sadari. Dan kemudian terbukti, ternyata Nick Buckley telah
mengalami beberapa kecelakaan aneh sebelumnya. Dari putusnya tali penggantung
lukisan yang sangat berat tepat diatas tempat tidurnya, sebuah rem yang
mendadak blong hingga sebuah batu besar yang mendadak jatuh tepat di jalur
dimana ia biasa berjalan kaki. Sosok Nick yang tidak terlalu memperdulikan
sekeliling, ceroboh, pelupa dan suka berbuat sesukanya, kemungkinan adanya
suatu usaha pembunuhan terhadap dirinya sangat konyol ... hingga Poirot muncul.
Demi keselamatan Nick Buckley,
Poirot mendesak agar ada seseorang yang cukup dipercaya untuk mendampingi gadis
itu selama beberapa hari ke depan. Sementara itu, Poirot didampingi Hasting, berusaha
mencari tahu siapa gerangan yang merupakan tersangka utama yang menginginkan
kematian Nick Buckley. Apakah sahabat karibnya yang berkata bahwa Nick adalah
pembohong ulung, atau pria setengah baya yang nampak memujanya setengah mati,
atau pria tampan dari keluarga ternama, dan mungkinkah saudara sepupunya yang
juga merupakan pengacara keluarga berniat menghabisi nyawanya ? Poirot berusaha
keras menemukan jawabannya, sebelumnya semuanya terlambat. Namun kali ini, sang
pelaku jauh lebih cerdik. Karena semua pengamanan dan pengawasan yang dilakukan
oleh Poirot, tak mampu menyelamatkan korban berikutnya, yang dipastikan
benar-benar tewas terbunuh – di hadapan Poirot !!
Kali ini kasus yang terjadi
cukup sederhana, tanpa intrik atau konflik yang kompleks, bahkan alurnya cukup
datar. Secara keseluruhan, permainan segi ‘psikologis’ benar-benar memenuhi
kisah ini. Bahkan sang tokoh antagonis, dengan cukup cerdik memainkan permainan
serupa untuk mengecoh Poirot. Yang cukup menarik untuk disimak adalah dialog antara
Poirot dan Hastings, yang cukup menggelitik serta menggambarkan hubungan antar
keduanya yang lebih kompleks (dibandingkan kasus ini menurutku).
“Kau punya pengaruh besar atas diriku, Hastings. Kau punya kecenderungan mengarah ke jalan yang salah, dan aku hampir saja tergoda untuk mengikuti jalan itu ! Kau orang yang benar-benar pantas untuk dikagumi. Kau jujur, mudah dipercaya, terhormat, tapi biasanya mudah terpengaruh oleh si penjahat.”
“Poirot yang baik, seruku dengan marah, “sikapmu benar-benar tak masuk akal. Orang yang sudah bepergian keliling dunia seperti aku ...”
“Tak pernah jera,” potong Poirot dengan wajah sedih. “Memang mengherankan, tapi itulah kenyataannya.”
[ ~ Peril At End House | p. 70 ]
“Ada apa ?” tanyaku, karena ia berhenti mendadak dalam pembicaraan.“Tentang sesuatu yang baru akan kuketahui pada hari Senin nanti, sahutnya. Pernyataan itu berarti bermakna ganda.Aku melihat kepadanya, tapi tidak berkata apa-apa. Poirot mendesah.
“Rasa ingin tahumu sekarang sudah tak besar lagi, sahabatku. Dulu ...”“Ada beberapa kesenangan yang tak ingin aku bagikan denganmu,” kataku dingin.“Apa maksudmu ?”“Kesenangan untuk menolak menjawab pertanyaan.”“Ah, jahat sekali kau !”[ ~ Peril At End House | p. 79 ]
Conclusion :
After
solving the last case ( a murder in the Blue Train ), Poirot and his partner
Hastings, are erady to enjoy their vacancy at Majestic Hotel in the southern
coast of England. But like a bee who always attracts to flowers, crime always
find a away to appear near them. Starting with strange encounter with a very
beautiful-attractive young woman, who happens live at End House, near by the
hotel.
That
woman known as Nick Buckley, just recently inheritance that house, and when she
told a strange story, involving certain accidents that happens on her recently,
Poirot begin to think somethingelse than just ‘accidents’....why a large
picture hanging at the top of her bed is falling, why a huge rock just fells on
the road where she alway walks, why her car brake is not working when she use
it to go to the nearest town, and why ‘a bee’ just flies near her head at the
garden when she meet Poirot ? But is not ‘a bee’ but a bullet that makes hole
into her hat without her notice...
This
time, Poirot and Hastings have to race with time, because they have to prevent
another crime to be happen, if the suspect are failing on first-second-and
thirth attempt, it might be success at the fourth time. So Poirot building
several protection to prevent that to be happening. But this time, Poirot have
to admitted, he can be wrong to ...specially when have to face with clever and
cold-bloody murderer, who will not stop until gets what they want !!! Another unique
case of Poirot, with again surprising ending, not only the suspect are
unpredictable, it also ended with ... I must say, a very cold-justice by
Poirot.
[
more about the author, check my post ALL ABOUT AGATHA CHRISTIE ]
This Post also include in
Best Regards,
No comments :
Post a Comment