Books
“SANG SEJARAWAN”
Judul Asli : THE HISTORIAN
Copyright
© 2005 by Elizabeth Kostova
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa : Andang
H. Soetopo
Cetakan I : Januari
2007 ; 768 hlm ; ISBN 978-979-22-2389-7
~
PART II : Chapter 25 – 48 | p. 217 – 494 ~
Bagian pertama kisah
ini berakhir ketika sang ayah meninggalkan putrinya secara mendadak dan
misterius saat berkunjung di almamaternya : Trinity College, Oxford. Sepucuk
surat pendek, yang hanya mengungkap bahwa beliau hendak ‘mencari’ istrinya, ibu
sang gadis yang ternyata belum meninggal sebagaimana selama ini ia kisahkan
kepada putrinya. Dengan meninggalkan amanat bahwa sang putri harus segera
kembali ke kediaman mereka disertai pendamping yang ditunjuk oleh orang
kepercayaan sang ayah, tanpa disertai keterangan lebih lanjut tentang dimana
beliau akan pergi mencari sang istri.
Nah, sebagaimana
pembaca ketahui, sang putri walaupun masih terbilang ‘remaja’ namun memiliki
wawasan serta kecerdasan dan minat dalam bidang sejarah kuno. Tanpa sepengetahuan
ayahnya, sembari menerima ‘cukilan’ informasi yang bersedia diberikan oleh sang
ayah, ia sendiri melakukan penelitian di perpustakaan. Terus terang sepanjang
kisah di bagian pertama, diriku agak jengkel mengapa sang ayah yang
menceritakan masa lalunya dalam porsi kecil-kecil dan terputus-putus. Bukankah
lebih menghemat waktu dengan mengungkapkan garis besar keseluruhan masalah ?
Well, hal itu dengan sendirinya terjawab melalui surat yang diberikan kepada
sang putri. Jadi bagi Anda yang baru mulai membaca, bersabarlah, semua akan
terjawab seiring dengan waktu (^_^)
Memasuki bagian
kedua, kisah ini semakin lama semakin menarik karena sangat-sangat menegangkan.
Jika Anda termasuk agak ‘penakut’ kusarankan jangan membaca di malam hari atau
sendirian (bisa menimbulkan mimpi buruk). Bahkan diriku yang menyukai
kisah-kisah horor, cukup merinding alias mengalami ‘goosebumps’ pada sebagian
besar adegan. Sungguh lihai penulis memaparkan situasi ‘horor’ tanpa perlu
adegan brutal atau berdarah-darah yang menjijikan (sebagaimana kisah horor di
masa kini yang terus terang sangat mengecewakan sekaligus menjijikan alih-alih
perasaan seram). Bagaimana mengungkapkan keberadaan sosok vampir tanpa
memberikan perwujudan nyata dalam bentuk fisik ? Salah satu trik menggunakan
media indera sang narator atau ‘korban’ yang mirip dengan cara sineas Alfred
Hitchcock – sang Raja Suspense, merupakan keunggulan tersendiri dalam
memperkuat kesan pembaca.
Kembali pada kisah
dimana sang gadis yang seharusnya mengikuti amanat sang ayahm ternyata memiliki
tujuan tersendiri. Ia mengelabui orang-orang terdekat guna menyusul jejak sang
ayah berdasarkan penelitian dan intuisi dari fakta-fakta yang telah
dikumpulkannya. Jika pada bagian pertama, sang ayah menceritakan isi surat
Profesor Rossi kepada sang putri, maka pada bagian kedua, sang putri menelusuri
perjalanan sekaligus petualangan sang ayah yang selama ini tak mampu ia
jelaskan secara langsung, melalui serangkaian surat yang telah ditulis dan
dipersiapkan bagi putrinya. Kisah ini menuturkan kala sang ayah nyaris putus
asa setelah mentornya mendadak menghilang dengan cara misterius, guna bertemu
wanita bernama Helen Rossi yang memiliki minat sama seputar Dracula. Wanita ini
ternyata putri sang profesor yang tak pernah diketahui, dan pertemuan awal yang
berjalan dengan permusuhan, berbuntut pada kerjasama menelusuri jejak
penelitian Profesor Rossi di Istambul, Turki.
Adegan demi adegan
terpecah antara petualangan sang ayah dan Helen Rossi, perburuan kaum pecinta
vampir yang bersedia melakukan apa pun demi menggagalkan usaha mereka berdua
mencapai kebenaran ; dan adegan lain melukiskan perjalanan sang gadis serta
teman pendampingnya, mencari jejak masa lalu di jaman yang lebih modern. Meski
perjalanan kedua kisah ini berlangsung pada era yang berbeda, penulis
menyatukan bagian demi bagian hanya melalui pergantian paragraf yang mendukung
suasana menegangkan sekaligus suspense (walau bisa jadi bagi beberapa pembaca
yang tak terbiasa, kisah ini berjalan bagai melompat-lompat tanpa ada kejelasan
selain menimbulkan rasa penasaran yang kian memuncak). Tanpa bermaksud
‘spoiler’ lebih jauh, dan mengurangi daya tarik kisah ini (yang dipastikan jauh
lebih terasa saat Anda membacanya sendiri), ini adalah salah satu kisah sangat
menarik, mengundang rasa penasaran sekaligus jengkel karena bisa dianggap
bertele-tele.
Terus terang, diriku
nyaris mampu melahapnya sampai tuntas dalam waktu singkat. Sayangnya karena
format edisi terjemahan yang kubaca ini merupakan hard cover yang sangat-sangat
besar nan berat untuk dibawa-bawa bepergian, alhasil diriku hanya sempat
membaca di malam hari menjelang waktu tidur (gave me a ‘beautiful-dreams’ on
each night). Satu hal lagi, gara-gara buku ini pula, rasa penasaranku tergugah
untuk memulai membaca ‘Dracula” karya klasik Bram Stoker yang menjadi salah
satu sumber sepanjang kisah ini. Penasaran berat untuk membandingkan kedua
edisi kisah ‘vampir’ yang notabene tidak menyertakan keluarga Cullen ataupun
Bella Swan hahahaha ... (my next project will be read Anne Rice Vampire’s Chronicles
who also good reference on this subject). Hal lain yang patut menjadi sorotan,
keberadaan sang narator utama, sosok gadis belia yang tidak disebutkan namanya,
sedikit banyak menempatkan posisi penulis (Elizabeth Kostova) sebagai sumber
kisah ini. Seakan-akan, beliaulah yang mengalami kisah ini bukan sebagai
sekedar fiksi belaka melainkan realita.
To be continue in
Part III ...
~
This Post are include in THE HISTORIAN READ-A-LONG ~
Best Regards,
Hobby Buku
Ya ampunn buku ini jauh lebih bagus daripada Dracula-nya Bram Stoker, kayaknya wajar banget kalo si Professor Rossi pun nyindir2 bukunya Stoker itu hahahaha
ReplyDelete