WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Friday, January 24, 2014

Books "THE HISTORIAN" [ Part II ]

Books “SANG SEJARAWAN”
Judul Asli : THE HISTORIAN
Copyright © 2005 by Elizabeth Kostova
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Andang H. Soetopo
Cetakan I : Januari 2007 ; 768 hlm ; ISBN 978-979-22-2389-7

~ PART II : Chapter 25 – 48 | p. 217 – 494 ~

Bagian pertama kisah ini berakhir ketika sang ayah meninggalkan putrinya secara mendadak dan misterius saat berkunjung di almamaternya : Trinity College, Oxford. Sepucuk surat pendek, yang hanya mengungkap bahwa beliau hendak ‘mencari’ istrinya, ibu sang gadis yang ternyata belum meninggal sebagaimana selama ini ia kisahkan kepada putrinya. Dengan meninggalkan amanat bahwa sang putri harus segera kembali ke kediaman mereka disertai pendamping yang ditunjuk oleh orang kepercayaan sang ayah, tanpa disertai keterangan lebih lanjut tentang dimana beliau akan pergi mencari sang istri.


Nah, sebagaimana pembaca ketahui, sang putri walaupun masih terbilang ‘remaja’ namun memiliki wawasan serta kecerdasan dan minat dalam bidang sejarah kuno. Tanpa sepengetahuan ayahnya, sembari menerima ‘cukilan’ informasi yang bersedia diberikan oleh sang ayah, ia sendiri melakukan penelitian di perpustakaan. Terus terang sepanjang kisah di bagian pertama, diriku agak jengkel mengapa sang ayah yang menceritakan masa lalunya dalam porsi kecil-kecil dan terputus-putus. Bukankah lebih menghemat waktu dengan mengungkapkan garis besar keseluruhan masalah ? Well, hal itu dengan sendirinya terjawab melalui surat yang diberikan kepada sang putri. Jadi bagi Anda yang baru mulai membaca, bersabarlah, semua akan terjawab seiring dengan waktu (^_^)

Memasuki bagian kedua, kisah ini semakin lama semakin menarik karena sangat-sangat menegangkan. Jika Anda termasuk agak ‘penakut’ kusarankan jangan membaca di malam hari atau sendirian (bisa menimbulkan mimpi buruk). Bahkan diriku yang menyukai kisah-kisah horor, cukup merinding alias mengalami ‘goosebumps’ pada sebagian besar adegan. Sungguh lihai penulis memaparkan situasi ‘horor’ tanpa perlu adegan brutal atau berdarah-darah yang menjijikan (sebagaimana kisah horor di masa kini yang terus terang sangat mengecewakan sekaligus menjijikan alih-alih perasaan seram). Bagaimana mengungkapkan keberadaan sosok vampir tanpa memberikan perwujudan nyata dalam bentuk fisik ? Salah satu trik menggunakan media indera sang narator atau ‘korban’ yang mirip dengan cara sineas Alfred Hitchcock – sang Raja Suspense, merupakan keunggulan tersendiri dalam memperkuat kesan pembaca.

Kembali pada kisah dimana sang gadis yang seharusnya mengikuti amanat sang ayahm ternyata memiliki tujuan tersendiri. Ia mengelabui orang-orang terdekat guna menyusul jejak sang ayah berdasarkan penelitian dan intuisi dari fakta-fakta yang telah dikumpulkannya. Jika pada bagian pertama, sang ayah menceritakan isi surat Profesor Rossi kepada sang putri, maka pada bagian kedua, sang putri menelusuri perjalanan sekaligus petualangan sang ayah yang selama ini tak mampu ia jelaskan secara langsung, melalui serangkaian surat yang telah ditulis dan dipersiapkan bagi putrinya. Kisah ini menuturkan kala sang ayah nyaris putus asa setelah mentornya mendadak menghilang dengan cara misterius, guna bertemu wanita bernama Helen Rossi yang memiliki minat sama seputar Dracula. Wanita ini ternyata putri sang profesor yang tak pernah diketahui, dan pertemuan awal yang berjalan dengan permusuhan, berbuntut pada kerjasama menelusuri jejak penelitian Profesor Rossi di Istambul, Turki.

Adegan demi adegan terpecah antara petualangan sang ayah dan Helen Rossi, perburuan kaum pecinta vampir yang bersedia melakukan apa pun demi menggagalkan usaha mereka berdua mencapai kebenaran ; dan adegan lain melukiskan perjalanan sang gadis serta teman pendampingnya, mencari jejak masa lalu di jaman yang lebih modern. Meski perjalanan kedua kisah ini berlangsung pada era yang berbeda, penulis menyatukan bagian demi bagian hanya melalui pergantian paragraf yang mendukung suasana menegangkan sekaligus suspense (walau bisa jadi bagi beberapa pembaca yang tak terbiasa, kisah ini berjalan bagai melompat-lompat tanpa ada kejelasan selain menimbulkan rasa penasaran yang kian memuncak). Tanpa bermaksud ‘spoiler’ lebih jauh, dan mengurangi daya tarik kisah ini (yang dipastikan jauh lebih terasa saat Anda membacanya sendiri), ini adalah salah satu kisah sangat menarik, mengundang rasa penasaran sekaligus jengkel karena bisa dianggap bertele-tele.

Terus terang, diriku nyaris mampu melahapnya sampai tuntas dalam waktu singkat. Sayangnya karena format edisi terjemahan yang kubaca ini merupakan hard cover yang sangat-sangat besar nan berat untuk dibawa-bawa bepergian, alhasil diriku hanya sempat membaca di malam hari menjelang waktu tidur (gave me a ‘beautiful-dreams’ on each night). Satu hal lagi, gara-gara buku ini pula, rasa penasaranku tergugah untuk memulai membaca ‘Dracula” karya klasik Bram Stoker yang menjadi salah satu sumber sepanjang kisah ini. Penasaran berat untuk membandingkan kedua edisi kisah ‘vampir’ yang notabene tidak menyertakan keluarga Cullen ataupun Bella Swan hahahaha ... (my next project will be read Anne Rice Vampire’s Chronicles who also good reference on this subject). Hal lain yang patut menjadi sorotan, keberadaan sang narator utama, sosok gadis belia yang tidak disebutkan namanya, sedikit banyak menempatkan posisi penulis (Elizabeth Kostova) sebagai sumber kisah ini. Seakan-akan, beliaulah yang mengalami kisah ini bukan sebagai sekedar fiksi belaka melainkan realita.

To be continue in Part III ...

~ This Post are include in THE HISTORIAN READ-A-LONG ~

Best Regards,

Hobby Buku

1 comment :

  1. Ya ampunn buku ini jauh lebih bagus daripada Dracula-nya Bram Stoker, kayaknya wajar banget kalo si Professor Rossi pun nyindir2 bukunya Stoker itu hahahaha

    ReplyDelete