Books
“CATATAN HARIAN ADAM & HAWA”
Judul Asli : THE DIARIES OF ADAM & EVE and OTHER
STORIES
Copyright
© Mark Twain, 1904
From Dover
Publication, Inc, 2008
Penerbit Liris
Alih Bahasa : Anna
Karina
Editor : Sandiantoro
Proof-reader : Dian
Vita Ellyati
Lay-out : Metta
Fauziyah
Cetakan I : September
2010 ; 212 hlm ; ISBN 978-602-95979-9-8
Rate
: 3.5 of 5
Mengenal
Mark Twain, secara otomatis akan teringat karya-karyanya The Adventures of Tom
Sawyer, The Adventures of Huckleyberry Finn dan The Prince & The Pauper.
Namun baru kali ini diriku membaca kumpulan cerita pendek karya beliau, yang
ternyata cukup menarik sekaligus menampilkan sosok lain dari sang penulis,
melalui serangkaian kisah tentang cinta kasih dan hubungan unik antara pasangan
pria dan wanita.... buku ini berisikan 7 cerita pendek yang memiliki beberapa
keterkaitan satu sama lain, ditulis dengan gaya dan cara yang berbeda, penuh
canda dan humor yang menggelitik disana-sini.
Dibuka
dengan prolog dari Antologi Diaries of Adam & Eve (Catatan Harian Adam dan
Hawa), memperkenalkan sosok Adam – manusia pertama yang konon diciptakan oleh
Tuhan kala Ia menciptakan Bumi beserta isinya. Adam menikmati kehidupan serta
dunia dengan pemikiran yang sangat sederhana. Hingga muncul ‘makhluk’ aneh yang
mengusik dirinya ... secara harafiah bahkan ditulis kesan-kesan serta
‘gerutuan’ Adam terhadap ‘makhluk’ yang menjengkelkan, mengusik ketenangan dan
kenyamanannya, memiliki pemikiran yang
aneh-aneh, mengajak dirinya berkomunikasi satu sama lain bahkan melibatkan dengan
makhluk-makhluk lainnya, hingga selalu saja mendekati dirinya hingga Adam harus
melarikan diri ke dalam hutan demi menghindari ‘gangguannya’ ...
Sedangkan
melalui catatan Hawa, ia menuangkan curahan hati tentang perilaku Adam –
makhluk yang dipuja dan disembah, meski ternyata kemudian terbukti memiliki pemikiran
yang sangat pendek, acuh, egois dan masa bodoh dengan segala sesuatu di
sekelilingnya. Usaha Hawa (atau disebut sebagai Eve) untuk belajar
‘berkomunikasi’, merawat dan menjaga alam beserta isinya, sama sekali tidak
dipedulikan justru seringkali dicemooh dan dilecehkan oleh Adam. Namun Hawa tak
pernah menyerah, meski secara fisik ia lebih lemah, namun berkat kecerdikan dan
akal sehat, ia mampu ‘memberdayakan’ kekuatan Adam demi terlaksananya misi
serta tujuannya.
[ source ] |
“I had created something that didn’t exist before; I had added new thing to the world’s uncountable properties; I realize this, and was proud of my achievement, and was going to run and find him and tell him about it, thinking to raise myself in his esteem – but i reflected, and did not do it. No – he would not care for it. He would ask what it was good for, and what could I answer ? for if it was not GOOD for something, but only beautiful, merely beautiful –“
Kisah
ini sangat menarik dan penuh dengan dialog personal yang menggelitik, dituturkan
dengan gaya humoris yang cukup mengejutkan diriku, tak menduga bahwa penulis
mampu menyajikan ‘drama’ yang menyitir serta menyindir kelemahan pria dan
wanita, serta hubungan ‘primitif’ yang merupakan karakter murni dari pasangan
manusia. Adegan demi adegan mampu membuatku tersenyum hingga tertawa
terbahak-bahak, terutama saat penulis menggambarkan ‘kebodohan’ Adam menyangkut
pengenalan dan pemahaman ‘lahirnya’ anak-anak manusia, yang digambarkan sebagai
‘makhluk aneh yang tak jelas asal-usulnya’ hahahaha ...#duhAdam. Ini juga
membuatku bertanya-tanya, bagaimana ‘cara’ Hawa membuat Adam bisa ‘membuahi’
dirinya jika pria ini tak bersedia mendekati dirinya dan tidak tahu menahu soal
‘hubungan seksual’ ...
Meski
awalnya Adam ‘menolak’ kehadiran dan pendampingan Hawa, pada akhirnya saat
kematian menjemput Hawa terlebih dahulu, Adam menyadari besarnya rasa
kehilangan akan kesetiaan Hawa hingga ia mengukir tulisan khusus di batu nisan
Hawa :
“Dimana pun ia berada, di situlah letak Surga.” (ouwww...that’s really
romantic consider coming from ignorance man, that’s also means Eve has done
good job educaticating Adam). Menurut catatan, kisah ini ditulis oleh Mark
Twain sepeninggalan istri tercintanya, Olivia Langdon-Clemens atau Livy –
panggilan sayang beliau, pada Juni 1904. Mengutip komentarnya : “Buku Harian
Hawa telah selesai kutulis – aku menunggu-nunggunya berbicara, tapi dia tak
kunjung mengucapkan sepatah kata lagi.”
~ Adam writing his diary ~ [ source ] |
Cerita
pendek lainnya masih mengangkat tema hubungan antar manusia, mempertanyakan
antara ‘kebenaran’ dan ‘ kesalahan’ persepsi masing-masing individu. Melalui Warisan
$ 30.000, kita diajak mengikuti perjalanan pasangan Saladin “Sally” dan
Electra “Aleck” Foster dengan dua orang putri, yang hidup di kota kecil
Lakeside, dengan penuh kebahagiaan dan rasa tenteram meski harus bekerja keras
demi menghidupi keluarga mereka. Namun semuanya berubah semenjak mereka
meneriam surat dari paman yang lama tak pernah saling berhubungan, bahwa beliau
dalam kondisi sakit-sakitan dan telah membuat surat wasiat, menunjuk mereka
sebagai ahli waris kekayaan senilai $30.000, dengan syarat hingga kematiannya
diumumkan secara resmi, mereka tak boleh mengungkapkan tentang wasiat ini
kepada siapa pun juga, atau wasiat tersebut akan dibatalkan. Begitu mudah
‘keserakahan’ mengambil alih ketenteraman kehidupan pasangan harmonis ini,
meski ‘harta’ belum ada di tangan mereka, pola hidup dan pemikiran masa depan
mereka berubah total semenjak saat itu.
Kisah
lain yang tak kalah memikat “Apakah Itu Surga? Atau Neraka?”
tentang sepasang bibi yang memegang teguh prinsip dan keyakinan akan arti
sebuah ‘kejujuran’ kala mereka dihadapkan pada pilihan antara mengungkap
kebenaran dan melakukan ‘kebohongan’ (white lies) menghadapi sank keluarga yang
menjelang ajal. Konflik dan pergulatan batin melalui dialog-dialog pendek,
termasuk dengan sosok yang menjadi panutan selama ini, justru memberikan saran
yang bertentangan dengan keyakinan mereka, menarik untuk disimak sebagai
perenungan. Sedikit mirip dengan tema ini, “Kisah California” menunjukkan
bagaimana orang-orang asing yang tak saling mengenal, bisa bersatu melakukan
‘kebaikan’ demi kelangsungan kehidupan seorang pria yang menderita hingga
nyaris terganggu jiwanya ... sebuah rencana dan aksi ‘kebohongan’ demi menyelamatkan
jiwa yang tersiksa, berlangsung selama bertahun-tahun.
Sedangkan
“Edward
Milss dan George Benton” mengangkat kisah sepasang anak yatim-piatu
yang dibesarkan oleh pasangan penuh kasih, namun masing-masing menjalani
kehidupan yang berbeda. Uniknya, Edward Mills yang menjalani kehidupan dengan
prinsip kejujuran dan selalu memperhatikan kepentingan orang lain (termasuk
selalu mengalah terhadap perilaku George) justru berakhir dengan kepedihan dan
tragis. George yang seumur hidup selalu bersenang-senang, memilih jalur singkat
untuk mendapatkan apapun yang ia inginkan dengan segaal cara, mendulang
kesuksesan, kekayaan dan kejayaan hingga menjelang ajal. Manakah diantara kedua
prinsip dan keyakinan akan makna kehidupan yang lebih berarti ? Pilihan
tampaknya dikembalikan kepada pembaca melalui ending yang cukup mengejutkan.
Demikian pula dengan “Monumen untuk Adam” yang cukup
membuatku kebingungan akan ending yang tampak ‘menggantung’ – apakah sekedar
pengingat akan makna kisah sosok Adam sebagai citra makhluk ciptaan Tuhan yang
pertama, yang memiliki akhlak dan kebebasan untuk menentukan arah serta tujuan
hidup di dunia ?
Content
:
ᴥ
Extracts From Adam’s Diary (Ringkasan Catatan Harian Adam) | ♡♡♡♡
ᴥ
Eve’s Diary (Catatan Harian Hawa) | ♡♡♡♡
ᴥ
The $ 30.000 Bequest (Warisan $ 30.000) | ♡♡♡
ᴥ
What It Heaven ? Or Hell ? (Apakah Itu Surga ? Atau Neraka ?) | ♡♡♡
ᴥ
Edward Mills & George Benton : A Tale (Edward Mills dan George Benton) | ♡♡
ᴥ
The Californian’s Tale (Kisah California) | ♡♡
ᴥ
A Monument To Adam (Monumen Untuk Adam) | ♡♡
Tentang Penulis :
Mark Twain (30
Nopember 1835 – 21 April 1910) adalah
nama pena Samuel Langhorne Clemens. Tumbuh besar di Hannibal, Missouri, tempat
kelahirannya ini menjadi seting pada novel The
Adventures of Huckleyberrry Finn dan The
Adventures of Tom Sawyer. Di tempat itu dia pernah menjalani karier sebagai
tukang cetak di sebuah percetakan, juga pengemudi kapal di Sungai Mississipi.
Anak keenam dari tujuh bersaudara ini sempat pula tertarik untuk terjun di
bidang pertambangan. Sayang ia gagal sehingga memutuskan untuk menggeluti
bidang jurnalistik.
Pada awal karier
jurnalistiknya, Twain menulis beberapa kisah lucu, salah satunya adalah The Celebrated Jumping Frog of Calaveras
Count, yang menarik perhatian banyak orang. Bahkan karya tulisnya berupa
buku-buku catatan perjalanan, mendapat tempat tersendiri bagi para
penggemarnya. Pada titik inilah beliau menemukan panggilan hidupnya untuk
menulis.
Setelah kematian
putra pertamanya, beliau membawa istrinya, Olovia Langdon untuk pindah ke
Hartford Connecticut. Di tempat itu, Mark Twain banyak menuliskan karya-karya
besarnya seperti The Adventures of Tom
Sawyer (1876), The Prince and The
Pauper (1881), Life on the Mississipi
(1883), The Adventures of
Huckleyberrry Finn (1884), dan A
Connecticut Yankee in King Arthur’s Court (1889)
[ more about the author &
related works, just check at here : Mark Twain | on Goodreads | on Wikipedia ]
~ This Post are
include in 2014 Reading Challenge ~
37th Book
in What’s A Name Challenge
117th Book
in TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments :
Post a Comment