Judul Asli : BETWEEN SHADES OF GRAY
Copyright © 2011
by Ruta Sepetys
Penerbit Noura
Books
Alih Bahasa :
Ingrid Nimpoeno
Editor : Rika
Iffati Farihah
Proofreader :
Nunung Wiyati
Layout : Abdul
Wahab
Desain
sampul : Fahmi Ilmansyah
Cetakan I :
Desember 2014 ; 390 hlm ; ISBN 978-602-1306-45-1
Harga Normal : Rp.
69.000,-
Rate : 3.5 of 5
Mereka masih
sangat muda ketika hal itu terjadi. Pasukan NKVD mendobrak paksa kediaman
mereka, membawa dirinya, adiknya serta ibunya, bersama sebagian besar penduduk
kesuatu tempat yang tak pernah terbayangkan pernah ada, atau akan menjadi masa
depannya. Lina Vilkas akan merayakan ulang tahunnya ke-16 dan bersiap-siap
menjalani pendidikan di luar negeri melalui beasiswa seni yang ia peroleh, dan
impian itu pun hancur berkeping-keping. Adiknya, Jonas baru berusia 10 tahun,
pemuda periang dan tampan yang tak akan pernah melihat dunia yang lebih besar
dari yang selama ini ia ketahui. Mereka semua ditangkap atas tuduhan terlibat
dalam aksi Anti-Soviet, terutama karena ayah dan ibunya, Kostas dan Elena,
bersimpati para korban-korban perang. Status Kostas sebagai rektor universitas
terkenal, turut membuatnya menjadi ‘sasaran target’ Soviet kala mereka
menaklukan Lithuania. Gerakan repatriasi akan ‘New Lithuania’ nyaris tak
terdengar akibat ganasnya aksi Soviet dalam membungkam semua pihak yang terkait
hingga dunia tak pernah mengetahui hal tersebut hingga bertahun-tahun kemudian.
Ini adalah kisah
tentang Lina Vilkas, seniman muda berbakat yang harus bertahan hidup sepanjang
hampir sepuluh tahun lebih dalam kamp kerja paksa di Siberia bersama adiknya
Jonas, menyaksikan kematian ibunya, tak pernah bisa melihat saat-saat terakhir
ayahnya yang di penjara terpisah. Ia harus membuang impian tentang dunia yang
ia tinggalkan, dan merengkuh impian baru : kebebasan yang entah bagaimana harus
ia capai dalam situasi yang sama sekali tidak memungkinkan untuk terjadi. Di
kamp ini pula ia menemukan persahabatan tak terduga, dari manusia-manusia asing
dan tak dikenal pada awalnya, sekaligus penderitaan tiada henti dari mereka
yang entah mengapa sangat membenci dan berusaha melenyapkan dirinya,
keluarganya dan ras Baltik lainnya. Hukum yang dibuat oleh Soviet membuat
mereka dicap sebagai kriminal, tahanan politik yang ‘mengakui’ telah bersalah
(hampir dipastikan pengakuan tesebut tidak dilakukan secara sukarela) dan harus
menjalani 20-30 tahun hukuman kerja paksa yang jauh dari peri kemanusiaan. Ini
adalah sebagian kecil dari kisah mereka ...
Salah satu jenis
cerita yang tak pernah lepas dari ingatan dan selalu bikin ‘merinding’ adalah
tema menyangkut holocaust – pembantaian kaum Yahudi yang diprakarsai oleh Adolf
Hitler melalui pasukan Nazi Jerman yang menyebar nyaris ke seluruh penjuru
dunia. Dan baru kali ini diriku menjumpai kisah sejenis yang bukan disebabkan
secara langsung oleh Hitler melainkan oleh sosok diktator lain yang tak kalah
kejinya : Stalin – pemimpin Rusia (disebut sebagai Uni Soviet) yang namanya
dikenal baik sepanjang sejarah karena berani melakukan perubahan radikal dalam
pemerintahan Rusia. Seseorang pernah menyebutkan bahwa sejarah ditulis karena
adanya evolusi manusia, yang bisa dipastikan terjadi akibat pemusnahan atau
lenyapnya sebagian besar koloni – atau dalam kasus ini merupakan penghapusan
suatu ras bangsa tertentu.
Kisah yang
mengambil latar belakang semasa Jerman mulai dengan propaganda untuk menghapus
bangsa yang tidak termasuk kasta Arya, teror kedatangan pasukan Nazi mulai
bergaung dan membuat gelisah sebagian besar penduduk Eropa. Bagi sekelompok
negara-negara Baltik, mereka menduga hanya kaum Yahudi yang harus merasa
was-was dengan penaklukan Jerman. Namun musuh ternyata muncul lebih dekat dari
perkiraan mereka. Demi menghalangi atau mengalahkan kekuasaan Jerman, Rusia
(Uni Soviet) di bawah pimpinan Kremlin melancarkan langkah-langkah penaklukan
terlebih dahulu sebelum pasukan Jerman mulai merambah wilayah di dekat Rusia.
Melalui pemikiran dan strategi yang bisa dikatakan brilian, Josef Stalin
mengeluarkan maklumat untuk menghancurkan bangsa-bangsa lain untuk memperkuat
pihak Rusia.
Tepat pada tahun
1939, mereka mulai serentak menduduki negara-negara kawasan Baltik dari
Lithuania, Latvia, Estonia dan sekitarnya. Pihak-pihak yang dianggap memiliki
potensi berbahaya, segera ditangkap dengan tuduhan melakukan propaganda
Anti-Soviet, dan hampir dipastikan seluruh keluarga dan kerabat korban-korban
yang ditangkap turut mengalami penderitaan, hidup dalam pengawasan ketat dewan
pengawas atau langsung diciduk dan tidak diketahui keberadaannya. Tua-muda,
miskin-kaya, pria-wanita, bahkan anak hingga bayi tidak satu pun luput dari
serangan ini. Pada tanggal 14 Juni 1941, deportasi pertama dilakukan atas
tahanan politik yang dianggap berbahaya, sebagian di penjara tanpa pernah
keluar kecuali meninggal dunia, sebagian dikirim menjalani kerja paksa yang
akhirnya juga mengalami kematian mengenaskan akibat buruknya perlakuan yang
mereka terima.
Ribuan jiwa
melayang, ribuan lagi tak pernah diketahui keberadaannya, kerabat yang masih
hidup akhirnya harus menerima bahwa mereka telah tewas tanpa pernah tahu di
mana tepatnya. Mereka yang berhasil lolos, dengan melarikan diri ke luar negeri
sebelum diciduk, mereka ini pula yang meninggalkan warisan sejarah kisah yang
kini mulai dikenal khalayak umum. Penulis merupakan salah satu keturunan
langsung pihak yang berhasil melarikan diri. Keinginan untuk mencari tahu serta
mengungkap kebenaran, membuatnya menulis sejarah kelam yang tersembunyi selama
bertahun-tahun dalam wujud fiksi, salah satu cara yang dianggap mampu
mendekatkan dirinya serta pembaca untuk menyelami situasi mengerikan yang
terjadi pada masa itu. Perang akbar antara Jerman dan Rusia, membuat dunia
‘melupakan’ keberadaan negera-negara kecil kawasan Baltik, tentang penderitaan
tiada henti di kamp kerja paksa di Siberia.
Sistem ‘gulag’ (kerja
paksa) merupakan salah satu teror yang terus berlanjut bahkan setelah perang
dinyatakan usai. Soviet memimpin dengan tangan besi dan kekuatan pasukan NKVD
(yang lebih dikenal sebagai KGB), mengancam pihak-pihak yang masih hidup,
selamat dari keganasan Siberia untuk tetap bungkam demi keselamatan mereka
maupun kerabat, jika tidak ingin kembali ke ‘gulag’ (kerja paksa yang awalnya
disangkal oleh pihak Soviet). Perang bukanlah topik yang kusukai dalam versi mana
pun, akan tetapi sejarah dunia nyaris tak bisa dilepaskan dari sisi terburuk
yang terjadi sepanjang masa ini. Kebangkitan serta revolusi memang terjadi usai
periode tersebut, namun berapa banyak korban jiwa yang dibutuhkan untuk
terjadinya perubahan drastis pada suatu bangsa – atau lenyapnya beberapa bangsa
sekaligus ? Ini adalah sebuah fiksi – namun ‘suara’ yang mengisinya merupakan
jeritan jiwa-jiwa yang terlupakan dalam sejarah ...
Note :
Sebagai
salah satu tema yang cukup kontroversial dan menggugah keingin-tahuan diriku
akan tragedi yang tersembunyi dari catatan sejarah selama bertahun-tahun, jujur
diriku memberikan ekspestasi yang cukup tinggi dan berharap akan menemukan
kisah yang mengguncang emosi layaknya karya Elie Wiesel yang menulis perjalanan
(sejarah) hidupnya sebagai sekian banyak korban Auschwitz (kamp konsentrasi
kaum Yahudi). Sayangnya hal itu tidak mampu kuperoleh sepanjang kisah ini. Latar
belakang serta karakter-karakter yang muncul, berusaha menampilkan sudut
pandang penderitaan para korban kamp kerja paksa yang menjadi ‘kisah horor’
selama sekian tahun bagi mereka yang tinggal di kawasan Baltik dan kekuasaan
Soviet. Entah mengapa, jalinan emosi tidak mampu menembus lebih dalam,
alih-alih justru kesan ‘drama-romansa’ dengan bumbu historis yang tertinggal
usai membaca kisah ini. Apakah karena penulis tidak memiliki pengalaman
langsung yang membuatnya ‘kurang’ dalam mencurahkan kekuatan emosi yang
terdalam, yang jelas diriku tak mampu memberikan lebih dari 3.5 bintang untuk
kisah ini ...
Tentang Penulis :
Ruta Sepetys,
lahir dan dibesarkan di Michigan, Amerika, merupakan putri dari pengunsi
Lithuania. Negara Lithuania, Latvia dan Estonia menghilang dari peta dunia pada
tahun 1941 dan tidak pernah muncul kembali atau diketahui khalayak umum hingga
tahun 1990. Karena kisah ini jarang diceritakan, Ruta ingin memberikan suara
kepada ratusan ribu orang yang kehilangan nyawa selama pembersihan wilayah
Baltik oleh Stalin. Kini Ruta tinggal bersama keluarganya di Tennessee. Between Shades of Gray adalah novel
pertamanya, yang juga masuk dalam daftar New York Times Notable Book,
International Bestseller serta Nominasi Penghargaan Carnegie Medal.
[
more about the author & related works, just check at here : Ruta Sepetys | Between Shades of Gray | on Goodreads
| on Wikipedia | at Twitter | at Facebook ]
Best Regards,
@HobbyBuku
Great
ReplyDelete