Books “WANG SI MACAN”
Judul
Asli : SONS ( book 2 of The House of Earth )
Copyright
© 1932, renewed 1959 by Pearl S. Buck
Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Alih
Bahasa : Irina M. Susetyo
Cover by Satya Utama Jadi
Cover by Satya Utama Jadi
Cetakan
ke-01 : Maret 2008 , 608 hlm
Sinopsis :
Kelanjutan dari kisah keluarga Wang
dimulai dengan sang Kepala Keluarga Wang Lung menjelang ajalnya hanya ditemani
selir setia Pear Blossom. Walaupun telah memiliki kekayaan & mendiami
istana yang megah, namun diakhir hayatnya, Wang Lung memilih menghabiskan
waktunya di kediaman lama di tanah pertanian, tempat dimana ia dapat merasakan
ketenangan & kebahagiaan. Kedua putranya sibuk mempersiapkan pemakaman
& merencanakan pembagian tanah warisan milik mereka setelah Wang Lung
meninggal. Sedangkan putra ketiga yang melarikan diri, tidak dapat ditemukan
sampai Wang Lung menghembuskan nafas terakhir, menyusul ayahnya & istri
pertama yang setia O-lan, ibu seluruh putra-putrinya yang telah lama
meninggalkan dunia terlebih dahulu.
[ source ] |
Sedangkan Wang putra kedua yang lebih pandai, mampu
berhemat bahkan senantiasa mencari jalan guna melipatgandakan warisan kekayaan
miliknya dengan segala cara, apalagi semenjak muda ia telah dibekali ilmu
berdagang. Ia memilih istri bukan dari kalangan kaya & terpelajar, namun
menikahi wanita desa sederhana yang kuat & sigap dalam bekerja serta pandai
mengatur pembelanjaan dalam keluarga. Berkat kecerdikkan yang dimiliki, tak
lama kekayaan yang ada telah jauh melampaui warisan diantara
saudara-saudaranya, namun sifat hemat & hidup sederhana tetap dilakukan
dalam keluarganya sehingga tak ada yang mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Wang Sang Saudagar bahkan secara diam-diam mengambil keuntungan dari
transaksi-transaksi warisan kedua saudaranya, yang tidak terlalu peduli dengan
urusan tanah pertanian keluarga.
Wang putra ketiga, yang datang
terlambat menjelang pemakaman ayahnya, tidak tertarik untuk tinggal lebih lama
di tanah keluarga yang dibencinya. Setelah menerima warisan, ia meminta
pertolongan kakak-kakaknya untuk mengelola atau menjual tanah warisan miliknya,
karena yang sangat dibutuhkan adalah uang perak yang banyak. Putra ketiga yang
dijuluki Wang Si Macan memiliki cita-cita tinggi untuk membentuk & memiliki
pasukan serdadu sendiri serta menguasai daerah-daerah jajahan yang sangat luas.
Siapa tahu ia bisa menjadi panglima, jenderal bahkan Kaisar penguasa, apalagi
mengingat pergolakkan peperangan yang terjadi dimana-mana akibat mangkatnya
kaisar terdahulu tanpa pewaris.
Maka selepas upacara pemakaman, ia segera
meninggalkan daerah kelahiran & mulai membentuk pasukan serdadu, membeli
persenjataan, memperluas wilayah kekuasaan dengan menumpas penguasa sebelumnya
& mendirikan wilayah kerajaan kecil miliknya. Dengan keuletan, kecerdikan
& tekad yang kuat, akhirnya Wang si Macan mampu membuktikan dirinya menjadi
penguasa wilayah yang luas dengan serdadu ribuan jumlahnya serta rakyat yang
hidup di lahan yang subur & kaya sehingga memberikan pemasukkan pajak yang
tinggi bagi kehidupannya.
Akan tetapi walau semua tampak telah
berhasil dimilikinya, Wang si Macan merasa senantiasa resah & gelisah, ada
sesuatu yang hilang dari kehidupannya. Saat melihat keadaan kakak-kakaknya
beserta keluarga masing-masing, ia mulai berpikir tentang kehidupan pribadinya.
Sejak kehilangan Pear Blossom – satu-satunya gadis yang pernah dicintainya,
Wang si Macan tidak pernah memikirkan masalah wanita. Tapi sejak berjumpa
dengan bekas gundik Leopard-kepala perompak yang ditumpasnya, ia tak mampu
menghilangkan pikiran tentang wanita tersebut dari benaknya. Maka tanpa
mengindahkan peringatan dari pendamping setianya, ia menikahi wanita cantik
mempesonakan yang tak jelas asal-usulnya. Sejak saat itu dimulai bibit bencana
yang akan merubah kehidupan Wang si Macan di masa depan.
Kisah tentang dinasti keluarga Wang
berlanjut dengan perkembangan pola kehidupan yang berbeda antara ketiga putra
Wang Lung. Akibat adanya perubahan politik & sosial budaya yang terjadi di
Cina saat itu, membuat generasi putra-putra Wang Lung tidak menjalani kehidupan
mereka sebagaimana yang dilakukan oleh Wang Lung – terutama bagaimana
memperlakukan & menghargai nilai daripada tanah-tanah warisan hasil jerih
payah Wang Lung seumur hidupnya.
Maka dalam sekejap, wilayah &
tanah yang subur milik Wang Lung untuk keluarganya mulai lenyap sebagaimana
dulu Wang Lung mulai membeli sedikit demi sedikit tanah milik penguasa keluarga
Hwang yang dijual oleh putra-putra mereka. Bahkan penggambaran masa depan
keturunan cucu maupun cicit Wang Lung mulai tampak akan mengulang sejarah yang
sama.
Kesan
:
"Meski
zaman & peradaban boleh berbeda & berubah sewaktu-waktu, namun sifat
dasar manusia tetaplah mengikuti pola yang sama. Meski sang anak bersumpah
untuk tidak mengikuti jejak orang tua – ataupun
mereka ingin memperoleh hidup yang lebih baik, bagaimana pun karma akan
hukum kebajikan melawan kejahatan akan keserakahan – tamak – iri hati tetap
berjalan sebagaimana adanya.
Ibarat
semua manusia adalah petani penggarap sebagaimana kehidupan Wang Lung, maka apa
yang ditanam serta bagaimana merawat serta memupuknya, seberapa banyak
perhatian & dedikasi dalam proses – itu semua yang akan menentukan hasil yang akan kita
peroleh."
Best Regards,
* HobbyBuku *
No comments :
Post a Comment