WELCOME

For everyone who love classical stories
from many centuries until millenium
with some great story-teller around the world
these is just some compilation of epic-stories
that I've read and loved so many times
... an everlasting stories and memories ...

Translate

Friday, June 29, 2012

Books "THE COUNT OF MONTE CRISTO" ( Part II )



Judul Asli : THE COUNT OF MONTE CRISTO
Copyright © Alexandre Dumas
Penerbit Bentang
Alih Bahasa : Nin Bakdi Soemanto
Editor : Dhewiberta
Cover by Edi Jatmiko
Cetakan I : Maret 2011 ; 568 hlm 

~ Part II : Story about Count of Monte Cristo ~ 


Edmond Dantès yang hanya dikenal sebagai Tahanan No. 34 dinyatakan telah tewas. Peristiwa percobaan pelariannya yang tidak dipublikasikan bagi khalayak umum, ternyata justru membuat tubuhnya terbuang ke dasar lautan yang dalam, terbungkus rapat dalam pembungkus mayat yang terikat erat dengan pemberat besi. Maka tiada lagi yang mengingat keberadaan pemuda itu, hanya satu-dua orang saja yang masih menyimpan kenangan akan dirinya.

"Hatred is blind; rage carries you away; and he who pours out vengeance runs the risk of tasting a bitter draught."

Setiap orang yang pernah berkenalan atau mengetahui tentang Dantès telah menjalani kehidupan masa depan masing-masing. Garpard Caderousse, mantan tetangga kediaman Louis Dantès, ayahanda Edmond, mengetahui persis hal-ikhwal tentang keluarga tersebut, hingga kematian sang ayah dalam penderitaan karena kehilangan putra satu-satunya. Ia juga mengetahui dan terlibat secara tidak langsung dalam upaya menjebak Dantès – sesuatu yang sangat disesali seumur hidupnya. Dan ia tak mengetahui bahwa segala perbuatannya akan mendapat balasan yang setimpal, mulai dari pemberian sebutir berlian yang sangat mahal, sebuah warisan tak terduga dari almarhum Edmond Dantès, yang membawa kehancuran rumah tangganya dan menjadikan dirinya sebagai buronan, terlibat dalam berbagai tindakan kriminal lainnya.

Monsieur Morrel, mantan majikan Dantès yang sangat memperhatikan pemuda itu, bahkan berjuang demi kebebasannya tanpa henti, hingga ia sendiri terlibat dalam masalah pelik, perusahaannya terancam bangkrut, para kreditor berdatangan menagih janji, hutang menumpuk membayang pada masa depan keluarganya, hanya karena kebaikan dan kemurahan hati beliau di masa lalu yang mencegah sebagian orang untuk mendesak dirinya lebih lanjut. Monsieur Morrel khawatir akan aib yang akan menimpa pula pada keluarganya, istri serta kedua anaknya Maximillian dan Julie. Dan tanpa diduga, disaat terdesak, di saat beliau memutuskan bunuh-diri adalah jalan keluar yang terbaik bagi keluarganya, datang bantuan tak terduga dari ‘malaikat-pelindung’ (demikian putra-puti Morrel menyebutnya) yang menyelesaikan semua masalah.

Di tempat lain, Mercédès, tunangan dan kekasih Dantès yang ditinggalkan, menunggu sekian lama, hingga akhirnya setelah Louis Dantès meninggal dunia, beberapa bulan kemudian ia akhirnya menerima lamaran Fernand Mondego yang juga sekian lamanya menanti dengan penuh kesabaran. Berkat perkembangan karir yang pesat, maka tak berapa lama sosok nelayan miskin dari Catalan berhasil mengganjar dirinya dan mengangkat nama keluarganya menjadi seorang bangsawan bergelar Count of Morcerf. Mercédès yang sekarang bergelar Lady of Morcerf tetap menyimpan kenangan akan Edmond Dantès di dalam hatinya yang terdalam. Dan kini ia mencurahkan waktu dan kasihnya untuk membesarkan serta mendidik putra tunggal mereka yang bergelar Viscount Albert Morcerf – pemuda tampan, periang dan pemberani, terkadang cenderung bertindak tanpa hati-hati, namun ia memegang teguh ajaran sang ibu untuk bersikap jujur dan menegakkan kebenaran.

“It is the way of weakened minds to see everything through a black cloud. The soul forms its own horizons; your soul is darkened, and consequently the sky of the future appears stormy and unpromising” 

Meski demikian sebagaimana anak muda, Albert suka bersenang-senang dan bertualang. Pada salah satu petualangannya di Italia bersama sahabatnya Franz de Quesnal – Baron dari Epinay, ia terjebak dan diculik oleh mafia Italia yang terkenal di bawah pimpinan Luigi Vampa. Nasibnya akan bertambah parah, seandainya saja tak muncul seorang penolong yang baru mereka kenal beberapa hari sebelumnya, seorang bangsawan aneh bernama Count of Monte Cristo. Karena berhutang nyawa, Albert berusaha membalas budi, namun sang Count hanya meminta bantuan untuk melancarkan jalannya memasuki dunia kelas atas, apalagi beliau mengaku bahwa sebelumnya tinggal di kepulauan terpencil, Pulau Monte Cristo. Meski tampak misterius dan menyimpan rahasia, Albert menyanggupi permintaan sang Count, apalagi melihat kekayaan beliau yang sangat luar biasa. 

Tak berapa lama, pada saat yang ditentukan, nama Count of Monte Cristo mulai dikenal di kalangan para bangsawan, dengan perkenalan melalui keluarga Morcerf yang diwakili oleh Viscount Albert de Morcerf. Beliau juga dikenal dan diterima oleh keluarga Baron Danglars yang terkenal akan kekayaannya yang terus meningkat berkat kepandaian melakukan spekulasi di bidang saham. Dan tidak berapa lama kemudian, Count of Monte Cristo juga berkesempatan berkenalan dengan Gerald de Villefort – penuntut umum negara yang terkemuka,  saat pelayannya berhasil menolong Helȯise de Villefort beserta putra tunggalnya Edouard, dari bahaya akan terbaliknya kereta yang ditumpangi saat kuda-kuda penariknya mendadak ‘mengamuk’. 

Pertemuan pertama, menjadi berkelanjutan pada pertemuan kedua dan berikutnya. Masing-masing pribadi, memiliki kepentingan sendiri-sendiri, tetapi entah bagaimana, bisa terjalin suatu hubungan yang tak terlihat pada awalnya, yang membuat mereka saling terkait dan tanpa sadar menggantungkan sebagian masa depan mereka pada beberapa orang tersebut. Kelima keluarga yang memegang peranan penting, keluarga Danglars, keluarga Morcerf, keluarga Villefort dan keluarga Morrel, saling terhubung lewat peranan sosok Count of Monte Cristo yang serba misterius dan mengundang rasa ingin tahu lebih dalam.  

“Moral wounds have this peculiarity - they may be hidden, but they never close; always painful, always ready to bleed when touched, they remain fresh and open in the heart.”

Kesan : 
Kelanjutan kisah perjalanan Edmond Dantès sebagai Count of Monte Cristo sungguh sangat menarik. Dengan melakukan penyelidikan ala detektif, menyamar menjadi beberapa sosok yang berbeda, ia mampu menggali keterangan serta memancing berbagai informasi yang digunakan sebagai pelengkap atas penyusunan skenario peristiwa yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, sebelum ia ditahan atas tuduhan yang tak pernah ia lakukan. Bukan sekedar sebagai detektif, boleh dikatakan ia menjadi sosok aktor hebat yang mampu berperan secara mahir manjadi orang yang benar-benar berbeda. 

Sebelum membaca kisah ini, diriku sudah membaca novel Dumas yang lain yaitu The Three Musketrees, buku pertama dari seri D'Artagnan Romances,  namun entah mengapa, meskipun petualangan yang dijanjikan tidak kalah hebatnya, ada perasaan janggal dalam membaca edisi terjemahannya. Dan untuk edisi terjemahan Count of Monte Cristo ini, tidak terlalu banyak ‘ganjalan’ yang timbul, justru keasyikan menikmati petualangan yang kian seru mendekati halaman-halaman terakhir. Boleh dikatakan menjelang separuh buku dapat terselesaikan hanya dalam waktu setengah hari saja (^_^) .... justru membuat reviewnya yang butuh waktu sehari penuh.

Mengapa butuh waktu lebih lama untuk membuat reviewnya, karena menjelang separuh bagian buku ini, kusadari bahwa isinya mayoritas berupa percakapan serta dialog yang bisa diibaratkan kita menyaksikan sebuah drama kolosal di atas panggung. Memudahkan kita sebagai pembaca dan penikmat cerita, namun bagaimana membuat review atas kisahnya tanpa melakukan ‘spoiler’ lebih besar ?? Nah, di sini tantangan baru yang membutuhkan sedikit waktu , memilah bagian-bagian yang patut dibagikan sekaligus masih menyimpan detail serta poin-poin penting yang tersimpan jika kita membacanya secara lengkap. 

Jangan khawatir akan ‘spoiler’ karena justru makna penting dan kejelasan akan kisah ini sengaja tdak kuungkapkan. Yang perlu kusampaikan bahwa jika saja novel-novel terbaru mampu memberikan sajian berupa drama, petualangan, romansa dengan ketegangan ala kisah suspense yang mendebarkan sekaligus mengundang rasa penasaran, maka boleh dijamin bukan hanya menjadi best seller tapi juga bakal menjadi kisah klasik beberapa abad kedepan. Perlu diingat bahwa kisah ini ditulis pada sekitar abad ke-18. Tema yang digunakan sebetulnya cukup simple, antara cinta dan benci, antara dendam dan balas budi, tapi penulis mampu meramunya dengan bumbu-bumbu yang pas sehingga adegan per adegan yang terpisah bagaikan dijalin menjadi sebuah kesatuan gambaran yang sangat luas dan menakjubkan. 

Penulis bahkan mampu menanamkan berbagai kesan serta pendapatnya, lewat berbagai dialog yang menunjukkan betapa rentannya jiwa manusia terhadap berbagai godaan akan iri, dengki, cemburu, serakah, dan dendam kesumat, dan pada akhirnya manusia pun harus mengandalkan pada kekuatan yang ada dalam diri masing-masing, kekuatan akan cinta kasih serta penerimaan akan diri sendiri justru merupakan sumber kekuatan yang tak ternilai dan mampu menghadapi berbagai macam badai kehancuran yang melanda. Dengan awalan yang menarik, perseteruan yang seru, dan diakhiri dengan ending yang sangat menyentuh, menjadi kisah ini salah satu bacaan klasik kesukaanku (^_^)

"Life is a storm, my young friend. You will bask in the sunlight one moment, be shattered on the rocks the next. What makes you a man is what you do when that storm comes. You must look into that storm and shout as you did in Rome. Do your worst, for I will do mine! Then the fates will know you as we know you.”

Note :
Dengan berbagai aspek yang mencakup pemikiran serta pemahaman sosok Edmond Dantès sebagai pemuda belia, memiliki pandangan jauh ke depan yang sangat positif serta semangat menggelora, hingga ia menjalani beratnya kehidupan dalam tahanan, dan mengatur rencana untuk balas dendam, membuat jaring-jaring yang tak terlihat yang menjerat satu persatu orang-orang yang menjadi sasarannya ... akan sangat menarik jika ada kesempatan untuk mengungkap dan mengulas pokok-pokok pemikirannya secara lebih mendalam. Mungkin pada waktu mendatang, akan kucoba mengupas lebih dalam tentang karakter masing-masing dalam kisah ini. Untuk sementara, inilah hasil review bacaan klasik sekaligus dalam rangka posting bersama tema gothic di bulan Juni 2012 bersama BBI (^_^)

Tentang Penulis : 


Alexandre Dumas ( 24 Juli 1802 – 5 Desember 1870 ), lahir di Picardy, Prancis. Ayahnya – Thomas-Alexandre Dumas, masih berdarah bangsawan, kemudian menjadi seorang jenderal dalam pasukan Napoleon. Namun, sang ayah meninggal saat ia masih berusia 4 tahun. Masalah keuangan membuatibunya : Marie-Louise Élisabeth Labouret, tak mampu menyekolahkan Dumas ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untunglah, Dumas gemar membaca. Dia melahap banyak buku dan menyerap berbagai pengetahuan melaluinya.  Ibunya pun kerap menceritakan kisah-kisah heroik sang ayah di masa pemerintahan Napoleon I. Kelak cerita-cerita inilah yang menginspirasi Dumas dalam menulis novel-novelnya. 

~The Count of Monte Cristo (2002) ~

Saat berusia 21 tahun, Dumas pindah ke Paris. Di sanalah dia mulai menghasilkan beberapa karyanya, dimulai dari naskah-naskah drama. Dia juga aktif dalam penulisan di berbagai media, dan mulai serius dalam penulisan novel. Novel-novelnya tetap terkenal hingga beberapa abad kemudian, diantaranya : Georges (1843). Three Musketeers (1844), The Corsican Brothers (1844), dan The Count of Monte Cristo (1845-1846). Karya-karyanya telah diterjemahkan di hampir 100 bahasa serta menginspirasi pembuatan tidak kurang dari 200 drama serta film layar lebar, serial televisi, maupun dalam bentuk komik manga serta animasi film. 

~ The Count of Monte Cristo versi Anime ~

Dalam kehidupan pribadinya, beliau terlibat hubungan dengan beberapa wanita, dan menghasilkan beberapa putra-putri. Salah satu putranya yang diberi nama sama, Alexandre Dumas Jr, juga mengikuti jejaknya sebagai penulis yang novelnya yang terkenal ‘The Lady of the Camellias’ 

Best Regards,
* Hobby Buku *

EVENT "POSTING BERSAMA BBI Juni 2012" dengan tema GOTHIC :

[ Linky is close ]
see the list on participants at here :
  1. HobbyBuku | The Count of Monte Cristo ( Part I )
  2. HobbyBuku | The Count of Monte Cristo ( Part II )
  3. Sulis | Danur
  4. Astrid | Miss Peregrines Home For Peculiar Children
  5. Alvina | Let The Right One In
  6. Dion | Dracula
  7. Fanda | Picture of Dorian Gray
  8. Ren | Dracula My Love
  9. Tezar | Dr. Jeckyll & Mr. Hyde
  10. Gea | Dalam Cengkeraman Iblis
  11. Melisa | Northanger Abbey
  12. Sekar W | Prince of Mist
  13. Peni | Never Ending Sad Story
  14. Made Melani | Dracula
  15. Dani | Frankestein

6 comments :

  1. One of my favourites. The book is full of philosophy, deep thoughts, deep feelings. Anyone who reads the story can feel the pain, hatred, sadness, and anger that burns inside Dantes, and I'm not ashamed to say that I cried at the part when Dantes revisited his and Faria's cell, and poured out his heart (sort of) there.

    Glad that you like it.

    ReplyDelete
    Replies
    1. I know !!! This is a stories that you can get-off your mind after reading it. Just like seeing some dramatic scene, from beginning 'till the end.

      Delete
  2. I love all the different covers you've included in both of your posts. Thank you!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank You Arie :D looking forward to read another Dumas, I'm planning reading The Three Musketeer after this ;D

      Delete