Books
“KOTA Z YANG HILANG”
Judul Asli : THE LOST CITY OF Z
Copyright © 2005,
2009 by David Grann
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa :
Primadonna Angela
Editor : Lulu Fitri
Rahman
Desain &
ilustrasi sampul : Peter van Dongen
Cetakan I : 2015 ;
464 hlm ; ISBN 978-602-03-1380-1
Harga Normal : Rp.
88.800,-
Rate : 4 of 5
“Dalam setiap pencarian, kita diarahkan untuk percaya bahwa asal-usulnya romantis. Meski demikian, bahkan sekarang, aku tak dapat menjelaskan asal-usul yang bagus untuk pencarianku.” [ ~ David Grann | p. 50 ]
David Grann adalah
seorang wartawan yang sedang melakukan riset tentang fenomena Sherlock Holmes dan Sir Arthur Conan
Doyle, ketika ia menemukan kisah lain yang merupakan awal dari pencarian
panjang dalam hidupnya. Kisah tersebut tentang pria bernama Percy Harrison
Fawcett – seorang penjelajah, arkeolog yang terkenal dan telah menjadi sumber
inspirasi bagi para penulis maupun para penjelajah lainnya. Mulai dari Sir Arthur
Conan Doyle yang menulis ‘The Lost World’
hingga Sir Henry Rider Haagard dengan petualangan Allan Quatermain (salah satu
yang terkenal adalah ‘King Solomon’s
Mines’), bahkan Herge dalam salah satu kisah ‘Petualangan Tintin’ maupun penulis Joseph Conrad dengan karya
klasiknya ‘Heart of Darkness’ –
semuanya berdasarkan perjalanan penjelajahan yang dilakukan oleh Kolonel
Fawcett dalam menembus Amazon dan misinya untuk menemukan lokasi Kota Z yang
Hilang atau yang lebih dikenal dengan nama El Dorado – legenda tentang kota
dengan peradaban yang maju, memiliki kekayaan berupa emas yang digambarkan
menyelimuti hunian dan kawasan tersebut ...
“Kau akan pergi ke Amazon untuk mencoba menemukan seseorang yang menghilang dua ratus tahun lalu?” tanya istriku, Kyra.“Terjadinya delapan puluh tahun lalu.”“Jadi kau akan pergi untuk mencari seseorang yang menghilang delapan puluh tahun lalu?”“Begitulah gagasan mendasarnya.”“Kau bakal tahu harus mencarinya di mana?”“Aku belum mengetahuinya. Aku bukan orang pertama yang pergi ke sana. Ratusan orang sudah melakukannya.”“Dan apa yang terjadi pada mereka.”“....kebanyakan dari mereka menghilang.”
Amazon adalah salah
satu bagian dari dunia yang hingga kini masih menyimpan banyak misteri karena
sulit ditembusi oleh manusia selama berabad-abad. Kawasan luas yang mayoritas
terdiri dari hutan tropis yang padat, liar dan penuh dengan aneka jenis
kehidupan yang tak pernah ada atau pernah ditemui di peradaban manusia. Mulai
dari tanaman, serangga, hewan-hewan penghuni, suku-suku Indian yang beraneka
ragam hingga organisme yang hanya ditemui di kawasan tersebut. Semuanya
memiliki kesamaan : tidak akan membiarkan siapa saja memasuki kawasan tersebut
dan keluar dari kawasan tersebut dalam kondisi serupa saat mereka memasukinya.
Bahkan bisa dikatakan sebagian besar dari mereka yang nekad, bisa dihitung yang
berhasil selamat dengan mengorbankan banyak hal, termasuk kesehatan fisik dan
mental mereka.
David Grann bukan
tipikal penjelajah atau gemar berpetualangan. Ia tidak menyukai kegiatan
‘outdoor’ seperti mendaki, berburu atau berkemah. Dengan penampilan pria
setangah baya berusia 40-an, rambut hitam yang mulai menipis, pinggang melebar
karena jarang berolahraga, menderita keratokonus
(kondisi mata degeneratif yang membuatnya sulit melihat di malam hari), maka
tidak ada yang percaya ketika ia menyampaikan niatan untuk melakukan misi ini.
Ia bahkan dikenal memiliki naluri payah dalam mengenali arah, hingga sering
tersesat atau salah jalur saat naik subway atau menjelajah kawasan New York.
Lebih menyukai aktifitas yang santai, seperti membaca surat kabar sampi
menikmati makanan pesan-antar atau menikmati rekaman pertandingan TiVo, memilih
menggunakan elevator daripada harus naik tangga dua tingkat, dan mendekam dalam
ruangan ber-AC yang dipasang suhu terendah.
Namun sesuatu
membuatnya tergerak dan segera berubah menjadi dorongan semangat yang
menggebu-gebu : melakukan napak-tilas rute perjalanan Kolonel Percy Harison Fawcett
dan mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi pada beliau dan rombongannya
setelah mereka lenyap tanpa jejak di belantara Amazon. Kisah ini merupakan
catatan perjalanan David Grann semenjak awal ia tertarik dan melakukan riset
serta wawancara pihak-pihak yang masih hidup, dan mengenal sosok PHF. Kesulitan
semenjak awal dimulai ketika ia berusaha mendapatkan informasi dari keluarga
PHF, yang menutup diri akibat kasus yang membuat mereka menjadi sorotan publik
selama bertahun-tahun. Jika masyarakat tertarik akan skandal dan berlomba-lomba
membuat teori baru atas hilangnya 3 orang anggota ekspedisi yang kontroversial
itu, maka keluarga dan keturunan yang ditinggalkan, berusaha menutup kisah yang
membuat kepedihan, rasa duka nan berkepanjangan karena tidak ada kepastian
bagaimana nasib orang-orang yang mereka kasihi.
~ Percy Harrison F. ~ |
Percy Harrison
Fawcett meraih posisi letnan pada usia 21 tahun di Artileri Kerajaan. Lahir
dari keluarga berantakan, jatuh bangkrut dan terpuruk dalam kemiskinan dan
harus berhadapan kesulitan demi kesulitan setiap hari, membentuk dirinya
menjadi sosok penyendiri, pemberang dan sungguh sensitif terutama bagaimana
penilaian masyarakat terhadap dirinya. Ia berusaha meraih kesuksesan dan
kekayaan melalui jenjang karir militer, namun di usia ke-30 pada akhirnya ia
tak mampu meneruskan kehidupan militer yang serupa sepanjang hidupnya.
Alternatif masa depan yang lebih menjanjikan yang ada di benaknya, dimulai dari
konsorsium Royal Geographical Society di London – klub eksklusif yang layak
bagi kaum pria yang berusaha menjadi sosok terhormat dan terpandang (pengaruh
yang kuat pada era Victorian untuk menjadi seorang ‘gentleman’). Ini adalah
awal mula yang merubah kehidupan sosok PHF dan menjadikan dirinya sebagai ikon
sekaligus legenda menyangkut penjelajahan di Amazon.
Jujur awalnya kukira
ini adalah sebuah kisah fiksi tentang petualangan di kawasan Amazon yang
misterius. Dan mendapati bahwa ini lebih merupakan karya non-fiksi tentang
perjalanan sang penulis, David Grann untuk mengungkap misteri yang tentang
hilangnya 3 orang anggota ekspedisi termasuk Kolonel PHF yang legendaris
dikalangan antropolog, tidak membuatku kehilangan antusias untuk melahap
halaman demi halaman buku ini. David Grann bisa dikatakan menyajikan ‘petualangan’
yang sangat menarik dari penelitian dan perjalanan nan panjang memasuki kawasan
Amazon yang sangat berbahaya sekaligus mengundang banyak pihakyang tertarik
untuk ‘menembus’ dan ‘membuka’ rahasia alam sertasejarah masa lalu peradaban
yang pernah ada serta yang masih ada hingga abad ke-20. Dituturkan melalui
sudut pandang sang penulis sebagai narator sekaligus tokoh utama dalam
petualangan ini, dipadu dengan cukilan-cukilan adegan yang dilakukan oleh sosok
PHF berdasarkan riset dan catatan-catatan yang menjadi bukti nyata kehidupan
beliau, semuanya tersaji dalam rangkaian yang menggugah rasa penasaran ...
“Bukan predator besar yang paling dicemaskan saat memasuki kawasan Amazon. Melainkan serangga dan makhluk-makhluk kecil yang tidak langsung terlihat. Semut sauba yang dapat mengubah pakaian dan ransel menjadi benang hanya dalam waktu semalam. Kutu yang menempel seperti lintah, tuma berambut merah yang melahap jaringan tubuh manusia. Kaki seribu yang memuncratkan sianida. Cacing parasit yang mengakibatkan kebutaan. Lebah pemakan bangkai dan pelahap daging. Lalat berne yang menempatkan organ tubuh mereka yang mengeluarkan telur menembus pakaian hingga mengeluarkan telur berisi larva yang menetas dan menggali ke bawah kulit. Lalat penggigit nyaris tak kasat mata yang disebut pium, yang menyebabkan tubuh para penjelajah luka-luka. Serangga pencium yang menggigit korbannya di bibir, meninggalkan protozoa bernama Trypasonoma cruzi. Semua ini bisa ‘diam’ di dalam tubuh selama lebih dari duapuluh tahun, sehingga mereka yang selamat keluar dari Amazon, bertahun-tahun kemudian akhirnya tewas akibat pembengkakan jantung atau otak. Dan yang paling berbahaya adalah nyamuk, yang menjadi penyebab penyakit menular mulai dari malaria, demam peremuk tulang, penyakit kaki gajah hingga demam kuning.” [ p. 125 ]
Membaca kisah ini,
mudah kubayangkan mengapa kisah ‘King Solomon’s Mines’ bisa dikatakan cukup
brutal karena menggambarkan kanibalisme (yang membuatku bertanya-tanya, mengapa
kisah ini menjadi bacaan wajib bagi anak-anak), atau tentang peradaban
purbakala serta makhluk-mahluk eksotis yang muncul sepanjang kisah ‘The Lost
World’ karya Sir Arthur Conan Doyle. Bahkan kebrutalan lain yang muncul dari
sisi masuknya peradaban baru oleh Dunia Barat yang menyebabkan musnahnya kaum
Indian Amazon, perbudakan nan keji yang tergambar dalam ‘Heart of Darkness’
karya Joseph Conrad, semuanya tercatat dalam sejarah perjalanan memasuki Amazon
yang telah dilakukan oleh para arkelog maupun penjelajah amatir yang berusaha
menaklukan dan mengungkap rahasia Amazon. Kawasan ini tercatat telah menelan
banyak korban jiwa, baik yang ditemukan tewas hingga mereka yang dinyatakan
hilang tanpa jejak hingga kini. Membaca kisah ini, berbagai sudut pandang
muncul di benakku yang cukup membuat perubahan dan pemahaman tentang dunia
Amazon serta daya tariknya yang bisa ku-ibaratkan bagai tumbuhan ‘kantong semar’
raksasa yang mampu memikat mangsa untuk ‘singgah’ dan masuk dalam perangkap ...
David Grann bukan
sekedar menulis-ulang kesuksesan (maupun kegagalan) ekspedisi demi ekspedisi
yang dilakukan oleh PHF, ia juga menampilkan sosok beliau sebagai pria yang
lebih memilih untuk menerobos hutan belantara dan menjelajah wilayah yang liar,
meletakkan tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya kepada istrinya demi
memenuhi obsesi untuk menemukan jawaban di balik misteri El Dorado. Saat
berusaha memahami siapa sebenarnya Kolonel PHF, tanpa disadari David Grann ‘berubah’
menjadi beliau, atau setidaknya usaha melakukan napak-tilas menjadi obsesi
tersendiri yang menyeretnya meninggalkan istri serta anaknya sekian lama untuk
menemukan di mana sebenarnya kota Z yang (berusaha) ditemukan oleh Kolonel PHF
... dan apa gerangan yang terjadi pada ke-3 anggota ekspedisi yang hilang tanpa
jejak pada tahun 1925. Dan tanpa disadari, diriku sebagai pembaca turut
merasakan obsesi untuk menemukan jawaban atas serangkaian misteri yang menjadi
tanda tanya kaum intelektual, arkelog hingga masyarakat luas selama sekian
tahun. Terlepas dari ‘kunci’ atas teka-teki yang muncul, kisah ini layak dibaca
oleh penggemar sejarah, mitos maupun misteri (^_^)
“Aku sering mendengar biografer yang dilahap oleh topiknya, yang, setelah bertahun-tahun menyelidiki kisah hidup mereka, mencoba mengikuti semua jejak mereka dan menghuni dunia mereka sepenuhnya, diarahkan ke serangan amarah dan putus asa, karena, pada tingkatan tertentu, orang-orang itu tidak bisa dikenalnya. Aspek dari karakternya, bagian kisah mereka, masih tidak bisa ditembus. Aku bertanya-tanya apa mereka dibunuh Indian, dan apabila memang demikian, suku Indian mana yang melakukannya. Aku bertanya-tanya apa Jack mencapai titik dia mulai mempertanyakan ayahnya, dan apakah Fawcett sendiri, barangkali, melihat anaknya sekarat, bertanya-tanya, “apa yang sudah kulakukan?” Dan aku bertanya-tanya, yang paling utama, apa Z itu benar-benar ada." [ p. 380 ]
[
more about this author & related works, just check at here : David Grann | on Goodreads
| on Wikipedia | at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment