Books
“BUNGA LIAR”
Judul Asli : WEEDFLOWER
Copyright © 2005 by
Cynthia Kadohata
Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa : Lanny
Murtihardjana
Desain Sampul :
Marcel A.W.
Cetakan I : Oktober
2008 ; 272 hlm ; ISBN 978-979-22-4088-7
Harga Normal : Rp. 35.000,-
Rate : 4 of 5
[
Re-Blogged from Little Alice’s Garden ]
SEPERTI
INILAH RASANYA KESEPIAN :
Seakan-akan
semua orang menatapmu. (Adakalanya Sumiko
merasakan ini.)
Seakan-akan
tak seorang pun melihat kepadamu. (Sumiko
sering mengalaminya.)
Seakan-akan
kau tak peduli apa pun. (Ia merasakan ini
lebih-kurang sekali seminggu.)
Seakan-akan
kau nyaris hendak menangisi tiap hal sepele. (Ia merasakan ini sekitar sekali sehati.)
Rangkaian kalimat
pembuka yang mampu menggugah diriku untuk mengetahui lebih dalam tentang sosok
gadis cilik bernama Sumiko yang telah menginjak usia 12 tahun. Sumiko bersama
adiknya Takao yang biasa dipanggil Tak-Tak, telah menjadi bagian dari keluarga
Paman dan Bibinya semenjak kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Mereka tinggal di salah satu kawasan distrik di California, Amerika Serikat,
bersama Jiichan (kakek) dan kedua putra Paman-Bibinya, Ichiro (23 tahun) dan
Bull (19 tahun). Sebagaimana pendatang dari Asia, peraturan pemerintah melarang
orang-orang yang tidak lahir di Amerika untuk mendaftar sebagai warga negara
atau menyewa tanah, lahan tempat tinggal. Meski baik Jiichan maupun Paman telah bertahun-tahun
merantau dan tinggal di Amerika, mereka tak memiliki hak apa pun sebagai warga
negara yang senantiasa memberikan slogan jaminan kebebasan dan masa depan yang
cerah bagi siapa pun juga. Sumiko dan keluarganya sudah terbiasa untuk hidup
berdampingan dengan ‘orang-orang kulit putih’ yang acapkali melihat mereka
dengan pandangan berbeda. Kemudian, suatu hari, semuanya berubah ...
Perang Dunia dan
serangan Jepang terhadap Pearl Harbor memicu serangkaian propaganda untuk
membenci siapa pun atau apa pun yang berbau Jepang. Meski cukup banyak warga
keturunan Jepang yang lahir dan menetap di Amerika tanpa pernah menginjakkan
kaki ke tanah leluhur, mereka senantiasa hidup dalam kondisi dicurigai sebagai
mata-mata dan musuh yang harus disingkirkan. Melalui narasi Sumiko, diriku
terhanyut dalam suasana penuh pergolakan, tercabik-cabik antara rasa haru dan
kemarahan atas perilaku yang tidak adil bagi hampir sebagian besar penduduk
Jepang di Amerika. Sumiko gadis yang sederhana namun memiliki impian demi masa
depannya. Ia memiliki keahlian dalam berkebun dan merawat bunga-bunga untuk
dijual. Impian itu menjadi satu-satunya pegangan, keyakinan bahwa masa depannya
akan lebih baik, saat ia beranjak dewasa di mana ia akan memiliki kebun dan
toko bunga sendiri. Meski kerap menjadi korban ‘bullying’ baik oleh anak-anak
seusianya, ia mampu bertahan. Hingga saat ia mendapati undangan pesta ulang
tahun salah satu anak populer di sekolahnya, ternyata ‘tidak berlaku’ untuk
dirinya. Membayangkan Sumiko bertahan menghadapi ‘hinaan’ karena diusir secara
halus oleh orang tua anak yang berulang tahun, hanya karena ia anak Jepang ...
(┬,┬) #sigh
Dengan
senang hati kami mengundangmu ke pesta ulang tahun
Marsha
Melrose
12372
La Mirada Terrace
Sabtu,
6 Desember, 1941
Pk.
13.00 – 15.00
Ini adalah buku
pertama karya Cynthia Kadohata yang kubaca dan bisa kukatakan gaya penulisannya
yang lugas mampu menyentuh hanya dengan kalimat-kalimat polos namun mengandung
makna yang cukup dalam. Kisah fiksi yang ditulis berdasarkan riset sejarah dan
fakta tentang kehidupan warga Jepang di Amerika, termasuk kamp tahanan bagi
mereka yang diadakan justru di wilayah reservasi kaum Indian, menarik
perhatianku dan membuatku tertegun akan ‘ketidak-pahaman’ bagaimana Amerika
mampu berperang dengan mengatas-namakan kemerdekaan dan hak asasi manusia,
sedangkan jauh di wilayah mereka, hak asasi warga asli yaitu kaum Indian sama
sekali tidak dipedulikan selama berabad-abad. Kisah (hanya) sepanjang 200
halaman ini ternyata bukan jenis bacaan ringan yang asal lewat, momen dan
kompleksitas yang disajikan, alur yang mengalir, benar-benar membuatku tak
mampu berhenti walau sekejab. Persahabat unik antara Sumiko dan Frank – pemuda
Indian yang awalnya membenci kedatangan kaum Jepang karena dianggap telah
‘mengusir’ kaum Indian dari lahan reservasi mereka, demikian pula Sumiko yang
melampiaskan kemarahan atas ketidak-adilan dalam hidupnya pada Frank, semuanya
membuat kisah ini sangat-sangat hidup dalam benakku.
“Sumiko berpendapat bahwa hakujin (orang kulit putih) menyangka mereka lebih baik daripada orang Jepang dan Indian. Orang Indian sepertinya tidak begitu menyukai orang kulit putih maupun orang Jepang, sedangkan orang Jepang tidak ingin bergaul dengan orang Indian, dan membenci orang kulit putih. Jadi, tidak ada yang sangat menyukai siapa pun.”
~ Cynthia Kadohata ~ |
Dengan menyajikan
realita dan situasi yang terburuk pada warga Jepang (dan warga Indian) yang mau
tidak mau terpaksa hidup dalam satu wilayah, penulis juga membangkitkan sisi
positif melalui karakter-karakter pendamping yang alih-alih memilih menyerah
terhadap hal-hal yang buruk, mereka memilih bukan sekedar bertahan hidup tetapi
juga melakukan perubahan untuk menyesuaikan situasi dan kondisi. Sumiko berada
pada posisi tengah, terbentur pada dua pilihan, apakah ia akan ikut menjadi
golongan yang membalas ketidak-adilan dan melakukan pemberontakan, atau ia bisa
merubah pikirannya demi masa depan dan impiannya yang pernah kandas. Sungguh
luar biasa kekuatan kasih sayang keluarga, bahkan Jiichan – kakek Sumiko yang
sangat lanjut usia dan terasing dalam tahanan perang, terpisah dari
keluarganya, tetap mampu memberikan semangat hidup kepada Sumiko dengan caranya
yang unik. Sumiko – Gadis Weedflower, belajar untuk menanamkan ‘benih’ di lahan
tandus bak padang pasir, merawat dan menjaganya hingga membuahkan hasil yang
INDAH yang mampu memberikan penghiburan bagi siapa saja. Hal ini membuatku juga
penasaran akan karya Cynthia Kadohata lainnya (^_^) ‘coz I really love this
story !!
[
more about the author & related works, just check at here : Cynthia Kadohata | on Goodreads
| on Wikipedia ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments :
Post a Comment